OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 24 Juli 2017

Emir Qatar Bersedia Lakukan Perundingan dengan Syarat

Emir Qatar Bersedia Lakukan Perundingan dengan Syarat

Erdogan mengumumkan tur dua harinya akan dimulai dengan kunjungan ke Kuwait untuk membahas upaya mediasi terhadap krisis Qatar

Doha News

Presiden Recep Tayyop Erdogan dan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Tsani

10Berita–Emir  Qatar hari Jumat (21/07/2017) mengatakan bahwa Negara Teluk itu siap untuk mengadakan negosiasi untuk menguraikan krisis diplomatik  dengan syarat kedaulatan negaranya dihormati.

“Kami bersikap terbuka untuk mengadakan dialog untuk menguraikan masalah signifikan itu,” asalkan “kedaulatan Qatar dihormati”, “kata Emir  Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dikutip AFP.

Pernyataan ini adalah  komentarnya Emir Qatar untuk pertama kali secara terbuka sejak Arab Saudi dan negara-negara sekutunya memutuskan hubungan dengan negara tersebut.

“Setiap perjanjian bagi krisis itu harus berlandaskan dua prinsip,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan di televisi. Sheikh Tamim menekankan bahwa setiap perjanjian “tidak harus disegel dalam bentuk perintah melainkan melalui komitmen bersama oleh semua pihak”.

“Kami terbuka untuk dialog untuk mencari deskripsi dari masalah berkelanjutan dalam rangka menghormati terhadap kedaulatan tersebut dan akan menyatukan semua pihak dari setiap negara sebagai implementasi dan komitmen bersama,” katanya.

Baca: Pakar IT: Dalang Peretas Kantor Berita Qatar Dilakukan dari Uni Emirat Arab


Pada 5 Juni 2017, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar sambil menuduhnya mendukung terorisme dan menjalin hubungan dengan Iran. Doha bagaimanapun menolak tuduhan tersebut.

Dalam pidatonya yang disampaikan pada Jumat malam dan Emir  itu mengatakan Qatar sedang “terus memerangi terorisme dan tanpa kompromi, dan masyarakat internasional menghargainya”.

Krisis antara negara-negara sekutu regional itu adalah yang paling parah terjadi di Teluk sejak beberapa puluh tahun lalu.

Arab Saudi dan negara-negara sekutunya juga memberlakukan pembatasan atas Doha, termasuk menutup satu-satunya perbatasan darat negara itu, yang turut menghambat akses bagi ruang udaranya dan mengarahkan rakyatnya meninggalkan Qatar.

Pada 22 Juni, negara-negara tersebut juga menyerahkan daftar 13 tuntutan kepada Qatar, yang harus dipatuhi untuk menguraikan krisis bersangkutan.

Baca: Mengapa Qatar Berbeda dari Negara Teluk Lain?


Kuwait sedang mencoba menjadi mediator krisis itu dan beberapa diplomat senior Barat juga mengadakan kunjungan ke wilayah tersebut untuk mencoba meredakan ketegangan, termasuk Menlu AS Rex Tillerson.

Selain Kuwait, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga telah memulai tur di negara Teluk untuk membantu menyelesaikan krisis Qatar. Erdogan dijadwalkan mengunjungi Qatar, Arab Saudi, dan Kuwait.

Sebagaimana dilansir Al Arabiya hari Ahad (23/07/2017), kantor Erdogan mengumumkan tur dua harinya akan dimulai dengan kunjungan ke Kuwait untuk membahas upaya mediasi terbaru yang telah dilakukan sejak awal krisis di Qatar.

Dia kemudian akan mengunjungi Arab Saudi dan kemudian Doha untuk membahas kemungkinan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan krisis antara negara-negara Qatar dan kuartet negara Teluk, yakni Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.

Turki sendiri sejatinya adalah pendukung kuat dari Qatar. Turki telah beberapa kali mendesak Saudi cs untuk mencabut 13 tuntutan yang telah dibuat terhadap Qatar, dan mengatakan apa yang dilakukan oleh Saudi dan kompatriotnya sebuah pelanggaran atas kedaulatannya.*

Sumber: Hidayatullah