OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 14 Juli 2017

Haramkah Mengharap Pahala?

Haramkah Mengharap Pahala?


10Berira-Kita tidak boleh mengatakan ini halal dan ini haram tanpa merujuk pada al Qur’an dan sunnah, sebab yang menentukan hukum hanyalah Allah dan rasulNya. Allah Ta’ala berfirman:

‘وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
(116)’ [سورة النحل]

Artinya:

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”. (16: 116)

Bahkan Nabi ditegur oleh Allah ketika mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, sebagaimana yang kita baca dalam Qur’an ayat pertama dari surah at Tahrim. Yang mana kejadiannya adalah Nabi Muhammad ‘alaihish sholaatu wassalaam telah mengharamkan madu hanya gara-gara ucapan dari sebagian istri beliau bahwa madu yang beliau minum menyebabkan bau mulut beliau shollallah ‘alaihi wasallam.

Kita bisa pahami bahwa mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah adalah tindakan yang tidak dibenarkan dalam agama kita, kaitannya dengan ini bahwa mengharamkan mencari pahala atau surga ketika beramal adalah perbuatan yang tidak boleh atau haram dilakukan karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan akan diharamkannya mengharap pahala atau surga ketika beramal, begitu juga takut masuk neraka sehingga meninggalkan maksiat.

Pahala, ganjaran, atau balasan atau juga pemberian, dan juga surga adalah janji Allah bagi orang-orang yang beriman ketika melakukan kebaikan yang disyari’atkan, dan Allah tidak akan menyalahi janjiNya, maka wajarlah orang beriman mengharap apa yang dijanjikan Allah.

Alasan kenapa Allah menjanjikan balasan terbaik bagi orang-orang ta’at.

1. Agar orang yang melakukan kebaikan tulus ikhlas karena Allah.

Ikhlas adalah sesuatu yang harus ada dalam setiap amalan selain kesesuaiannya dengan sunnah nabi bila ingin amalan diterima Allah dan mendapat ganjaranNya, Allah Ta’ala berfirman:

ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﺎﺑُﻮﺍ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺤُﻮﺍ ﻭَﺍﻋْﺘَﺼَﻤُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃَﺧْﻠَﺼُﻮﺍ ﺩِﻳﻨَﻬُﻢْ ﻟِﻠَّﻪِ ﻓَﺄُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ۖ ﻭَﺳَﻮْﻑَ ﻳُﺆْﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﺟْﺮًﺍ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ
” Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. “(QS. An Nisa 146)

2. Mengutamakan keuntungan akhirat

Mungkin saja ketika mengerjakan amal kebaikan dia mengalami kerugian di dunia, atau luput dari padanya keuntungan dunia, maka ia tidak merasa kecewa karena mengingat keuntungan yang besar yang akan ia dapatkan di akhirat.

ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺣَﺮْﺙَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻧَﺰِﺩْ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ
ﺣَﺮْﺛِﻪِ ۖ ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺣَﺮْﺙَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻧُﺆْﺗِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻣِﻦْ ﻧَﺼِﻴﺐٍ
” Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (QS. Asy Syura 20)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

…ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩْ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻧُﺆْﺗِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩْ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻧُﺆْﺗِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ۚ ﻭَﺳَﻨَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟﺸَّﺎﻛِﺮِﻳﻦَ
…. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran 145).

3.   Lebih mengedepankan upah dari Allah

Jika satu amalan agama yang berkonsekuensi upah di dunia atau bagian yang diperoleh setelah melakukannya, maka orang-orang beriman terdorong melakukan amalan tersebut hanya ingin mendapatkan upah, ganjaran dari Allah semata.

Allah Ta’ala berfirman:

فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
artinya: “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)”. (QS. Yunus 72)

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻧُﻄْﻌِﻤُﻜُﻢْ ﻟِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﻧُﺮِﻳﺪُ ﻣِﻨْﻜُﻢْ
ﺟَﺰَﺍﺀً ﻭَﻟَﺎ ﺷُﻜُﻮﺭًﺍ
artinya: “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”(al Insan 9)

Dalam hal rampasan perang, yang tentunya akan dibagikan ke pada orang-orang yang ikut jihad fii sabilillah, bisa menyebabkan orang-orang yang ikut jihad fii sabilillah berkurang keikhlasannya, bahkan bisa jadi dorongan berjihad hanya untuk mendapatkan ghanimah (rampasan perang).

Orang yang hanya ingin mendapatkan rampasan perang ketika berjihad maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran sedikitpun dari Allah. Jika ia ikut serta dalam jihad fii sabilillah ikhlas karena Allah tapi ada sedikit keinginan mendapatkan ghanimah maka ia akan memperoleh pahala sesuai kadar keikhlasannya. Tapi jika ia benar-benar ikhlas karena Allah dan tidak ada niatan lain selain mengharap balasan dari Allah maka ia akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah yang tak terhingga, meskipun ia nantinya mengambil bagian dari harta rampasan perang yang dibagikan padanya. Hal yang sama berlaku pada ibadah yang ada konsekuensi keuntungan duniawi, seperti puasa bisa sehat, sholat bisa sehat jasmani, sedekah bisa menambah harta, dan lain-lain. Orang yang berpuasa hanya karena ingin sehat maka ia tidak akan mendapatkan balasan di sisi Allah.

Perlu kita tahu bahwa balasan (pahala) Allah bagi orang-orang yang berbuat baik ada tiga, yaitu rezeki duniawi, surga dan ridha Allah.
Nabi bersabda:

ﺇﻥ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﺇﺫﺍ ﻋﻤﻞ ﺣﺴﻨﺔ ﺃﻃﻌﻢ ﺑﻬﺎ ﻃﻌﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ، ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺪﺧﺮ ﻟﻪ ﺣﺴﻨﺎﺗﻪ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ، ﻭﻳﻌﻘﺒﻪ ﺭﺯﻗﺎً ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﻋﺘﻪ . ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ .
artinya:” Sesungguhnya orang kafir jika berbuat satu kebaikan maka sebabnya ia diberi makan di dunia, dan adapun seorang beriman, maka Allah simpankan (balasan) kebaikan-kebaikannya di akhirat, dan memberikan rezeki padanya di dunia atas ketaatannya”. (HR. Muslim).

ﺟَﺰَﺍﺅُﻫُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﺟَﻨَّﺎﺕُ ﻋَﺪْﻥٍ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻣِﻦْ ﺗَﺤْﺘِﻬَﺎ ﺍﻟْﺄَﻧْﻬَﺎﺭُ ﺧَﺎﻟِﺪِﻳﻦَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺃَﺑَﺪًﺍ ۖ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺭَﺿُﻮﺍ ﻋَﻨْﻪُ ۚ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﺧَﺸِﻲَ ﺭَﺑَّﻪُ
artinya: “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.(QS. Al Bayinah 8).

Sungguh keliru orang yang menganggap bahwa mengharap pahala ketika beramal baik adalah jauh dari keikhlasan, padahal orang yang ikhlas hanya mengharap pahala dari Allah dan ridhanya. Dan surga itu sepaket dengan ridha, bahkan Allah memberikan ridhaNya yang maksimal hanya pada penghuni surga.

Oleh ust Badurrahman Ever S. Sy (alumni STIBA Angk II, Ketua Dpd Manado)

Sumber: Wahdah Islamiyah