OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 02 Juli 2017

Kenaikan Mohammad bin Salman: Kemajuan atau Kemunduran?

Kenaikan Mohammad bin Salman: Kemajuan atau Kemunduran?

Di dalam negeri, MbS yang dikenal policymakers di Barat sebagai ‘Petualang’ dan aliasnya “Mr. Everything” (Tuan Segalanya)

tribune.com.pk

Jendral Raheel Syarif (paling kanan), Muhamad bin Salman (tengah) dan Jared Kushner (kiri), menantu Donald Trump

Oleh: ACE Abdullah

RABU 21 Juni 2017, pekan lalu dunia internasional menyaksikan sebuah perubahan besar dalam tubuh negeri Saudi Arabia yakni naiknya Mohammad bin Salman, 31 tahun, (sering dipanggil MbS) menggantikan sepupunya Mohammad bin Nayef (MbN), 57 tahun.

MbN memiliki pembawaan yang low-profile dengan pengalaman puluhan tahun sebagai menteri dalam negeri Saudi, dan sukses menjalankan program rehabilitasi terhadap veteran perang Afghan serta mengamankan negerinya yang beberapa kali dilanda serangan kaum radikal pada awal dan pertengahan tahun 2000an.

MbS sebaliknya merupakan seorang darah muda yang dianggap ambisius namun  cenderung konfrontatif  dalam mengambil kebijakan. Perang di Yaman melawan milisi pemberontak Syiah Al Houtsi adalah salah satu inisiatifnya yang banyak dinilai menghabiskan milyaran dolar perbendaharaan Saudi, menyebabkan  krisis kemanusiaan besar yang belum menunjukkan tanda kemenangan Saudi.

Di dalam negeri, MbS yang dikenal policymakers di Barat sebagai ‘Petualang’ dan aliasnya “Mr. Everything” (Tuan Segalanya) didukung oleh kaum muda-mudi karena visinya yang lebih liberal dan terbuka.

Baca: Raja Salman Tunjuk Anaknya Sebagai Putera Mahkota Saudi


Dialah yang memprakarsai Visi 2030 yang bertujuan merubah ekonomi Saudi dari yang terlalu bergantung pada patron pemerintah dan sepenuhnya berbasis karbon/minyak menjadi lebih berbasis sektor swasta dan pariwisata untuk menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya. Saat ini lebih dari 70 persen rakyat Saudi berusia dibawah 30 tahun dengan tingkat pengangguran telah melampaui 12%.

MbS juga telah mencanangkan legalisasi taman hiburan, lokasi kultural dan klab-klab sosial, mendorong peran serta wanita dalam ekonomi dan izin mengemudi, dan mengizinkan dibukanya kembali bioskop dan perfilman yang sebelumnya ditentang oleh ulama-ulama negerinya.

Pangeran MbS telah mewanti-wanti hukuman berat bagi ulama yang menentang keputusannya ini. Upaya MbS sebelumnya untuk melakukan pemotongan anggaran bagi pegawai negeri sipil dan personil militer telah memperoleh penolakan keras hingga Raja Salman pun terpaksa membatalkan pemotongan tersebut yang membebani anggaran hingga 45 persen.

Baca: Pangeran Nayef Ditunjuk Sebagai Putra Mahkota Kedua


Belum usai masalah dalam negerinya, MbS dengan lobinya ke AS melalui menantu Trump, Jared Kushner seorang Zionis Yahudi, berjanji membeli senjata senilai 100 milyar dollar dan mendanai infrastruktur AS sebesar 40 milyar dolar, sementara sebagai imbal balik meminta dukungan untuk ‘petualangan’-nya memblokade Qatar dengan bantuan Bahrain, UAE dan Mesir. Pakar ekonomi menyebutkan bahwa blokade Qatar yang tergesa-gesa ini juga merugikan ratusan perusahaan Saudi di Qatar.

Tidak kurang dari 315 perusahaan Saudi berbisnis di Qatar dengan modal penuh mereka, dan sejumlah 303 perusahaan berbisnis secara kongsi dengan warga Qatar. Tidak kurang 300 juta USD dana yang berputar dalam bisnis ini. Disamping itu banyak perusahaan juga memiliki kontrak membangun stadium untuk Piala Dunia FIFA 2022. Kerugian yang sama ditengarai juga dialami oleh UAE.

Baca: Pangeran Mahkota Arab Saudi yang Baru Diharapkan Memberi Dampak Stabilitas Kawasan


Melihat besarnya dana yang dijanjikan kepihak AS, masyarakat juga bertanya mengapa dana yang begitu besar tidak dipergunakan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di negerinya melainkan digunakan untuk membeli begitu banyak senjata-senjata yang mungkin tidak akan dipergunakan serta mengentakan kemiskinan di negeri orang lain.

Melihat catatannya yang mengambil keputusan secara mentah tanpa pertimbangan serta cenderung emosional dapat dipastikan bahwa Saudi sekarang ini sedang jalan ditempat atau bahkan mengalami kemunduran dibawah gerak-gerik pangeran yang menanjak berkat posisinya sebagai ‘anak kesayangan’ ayahnya Raja Salman.*

Penulis kini berdomisili di Doha, Qatar

Sumber: Hidayatullah

Related Posts: