OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 20 Juli 2017

Saling Menghargai Perasaan

Saling Menghargai Perasaan

10Berita,  JAKARTA -- Sekelompok pemuda pernah mendatangi Rasulullah SAW dan menetap 20 hari 20 malam di Masjid Nabawi untuk belajar. Lama meninggalkan sanak keluarga, para pemuda tersebut perlahan mulai merindukan kebersamaan dan bersua bersama orang-orang yang mereka cintai.

Rasa ini pun tampak dari raut muka dan bahasa tubuh. Kondisi tersebut dibaca dengan baik oleh Rasulullah yang terkenal sebagai pribadi yang lembut dan penuh kasih sayang. Rasul pun memerintahkan mereka segera pulang dan berbagi ilmu yang mereka peroleh selama belajar.

Begitulah, kata Syekh Musthafa al-Adawi dalam bukunya yang berjudul Fiqh al-Akhlak wa al-Mu'amalat Ma'a al-Mu'minin, manusia memiliki perasaan dan sensitivitas yang penting pula dibaca lalu dijaga dengan baik. Membaca perasaan itu bisa ditempuh dengan menangkap bahasa tubuh yang bersangkutan. Sehingga, perkara yang kurang mengenakkan akibat ketidakpekaan selama berinteraksi bisa dihindari.

Sering kali, ketika bergaul, kurang memperhatikan perasaan orang lain. Mengobrol hingga larut, memaksakan kehendak, dan penggunaan bahasa entah disadari atau tidak kerap menyakiti perasaan.  Contoh di atas menunjukkan, bagaimana Rasul jeli dan sensitif menangkap perasaan para pemuda yang merindukan keluarga mereka.

Rasul merupakan sosok yang peka membaca perasaan dan karakter seseorang. Hal ini dijadikan sebagai acuan untuk berinteraksi dengan sesesorang sesuai dengan latar belakangnya masing-masing. Perhatikan, misalnya, sikap yang ditunjukkan Rasul kepada Utsman bin Affan yang dikenal pemalu di kalangan sahabat.

Seperti yang pernah dikisahkan Aisyah. Abu Bakar pernah menghadap Rasul, ketika itu Rasul hanya memakai baju berbahan wol seadanya sambil berbaring santai. Tanpa segan, ayahanda Aisyah tersebut mengutarakan maksud kedatangannya pada menantunya itu.

Pemandangan yang sama terlihat saat Rasul menerima kunjungan Umar bin Khatab. Ketika, tiba giliran Utsman, Rasul meminta Aisyah berbenah dan menyiapkan pakaian yang lebih bagus.

Aisyah pun terheran, mengapa penyambutan Utsman diistimewakan, sedangkan kedua tamu sebelumnya diperlakukan biasa saja. Rasul menjawab bahwa Utsman merupakan sosok pemalu, bila tidak disambut sedemikian rupa, bisa jadi dia tidak akan berani menyampaikan uneg-uneg-nya.

Sumber: Republika

Related Posts:

  • Milik Negara Bukan untuk Kepentingan Pribadi Milik Negara Bukan untuk Kepentingan Pribadi 10Berita, SUATU malam kelam, Khalifah Umar bin Abdul Aziz sibuk mengerjakan tugas negara ditemani sebuah lentera kecil yang sinarnya tidak seberapa. Cahaya di ruangan kerja s… Read More
  • Kisah di Balik Sekantung Risol Kisah di Balik Sekantung Risol Oleh: Nova Friska, S.Kep., Ns Penulis, Aktivis Intelektual Muslimah Aceh novafriska1@gmail.com SIAPAKAH yang tak merindukan kehadirannya? Bulan penuh rahmat yang didalamnya terdapat berlip… Read More
  • Jangan Berputus Asa Jangan Berputus Asa Takwa (ilustrasi). Foto: blog.science.gc.ca Dewasa ini sering ditemukan manusia-manusia yang mengeluh merasa kesusahan 10Berita ,JAKARTA -- Dewasa ini sering ditemukan manusia-manusia yang mengeluh merasa… Read More
  • Sumpah “Liaan” dalam Islam, Apa Itu? Sumpah “Liaan” dalam Islam, Apa Itu? Apa artinya sumpah liaan dalam syariat Islam? 10Berita, Liyan artinya lain dalam kamus besar bahasa Indonesia. Sementara liaan? Apabila seorang suami menuduh istrinya melakuka… Read More
  • 7 Amal Penghapus Dosa 7 Amal Penghapus Dosa 10Berita , MANUSIA pasti tidak luput dari dosa. Baik itu kecil maupun besar, banyak ataupun sedikit. Bagaimana menghapusnya? Berikut ini adalah tujuh amalan yang dapat dilakukan untuk menghapus dos… Read More