OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 17 Agustus 2017

Inilah Hikmah di Balik Kesedihan yang Menimpa Orang Beriman (Bagian 2)

Inilah Hikmah di Balik Kesedihan yang Menimpa Orang Beriman (Bagian 2)


ilustrasi sedih (hdwallpapersrocks)

2. Untuk menghapus dosa dan kesalahan orang beriman

Siapakah di antara kita yang tidak pernah menganiaya diri sendiri? Setiap anak Adam pasti pernah melakukan kesalahan. Namun demikian, Allah Maha Pengasih. Di antara kasih sayang-Nya, Dia membuat musibah-musibah dan kesedihan-kesedihan yang menimpa seseorang sebagai penghapus dosa-dosa baginya.

Dalam hal ini, sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id Radhiyallahu Anhuma, dari NabiShallallahu Alaihi wa Sallam, disebutkan bahwa beliau bersabda,

“Tidaklah orang mukmin ditimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan dan kesusahan, sampai duri yang menusuknya sekalipun, kecuali Allah menghapus dengannya kesalahan-kesalahannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, lafazh hadits ini menurut riwayat Al-Bukhari).

Adapun menurut lafazh Muslim berbunyi,

“Tidaklah seorang mukmin ditimpa suatu penyakit, keletihan, kepedihan maupun kesedihan, sampai sekedar kecemasan yang dia rasakan, kecuali Allah menghapus dengannya keburukan-keburukannya.”

Di antara yang menambah pahala yang diberikan kepada orang yang mengalami kesedihan, ialah apabila kesedihannya itu karena Allah Ta’ala, seperti sedih atas musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin, atau sedih atas suatu dosa yang telah dilakukannya, atau sedih atas kelalaian yang dia lakukan dan sebagainya.

Dalam kaitan ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahberkata,

“Kadang-kadang kesedihan itu dibarengi pula dengan hal-hal yang penyandangnya diberi pahala dan mendapat pujian, sehingga dari sisi itu dia menjadi orang terpuji bukan dari kesedihan itu sendiri.

Contohnya, sedih atas suatu musibah yang menimpa urusan agama dan sedih atas musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin pada umumnya.

Dalam hal ini, orang tersebut mendapat pahala atas apa yang terjadi dalam hatinya, yaitu cintanya kepada kebaikan dan kebenciannya kepada kejahatan.”

Selain itu, ada hadits yang diriwayatkan dari Abu HurairahRadhiyallahu Anhu, yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Orang mukmin lelaki atau perempuan tak henti-hentinya mendapat bencana pada dirinya, anaknya dan hartanya, hingga akhirnya dia menemui Allah dalam keadaan tidak punya kesalahan sama sekali.” (HR. Abu Dawud)

[Abu Syafiq/]

Sumber: BersamaDakwah