Nasir Djamil: Diamnya Aung San Suu Kyi Bentuk Persetujuannya Atas Pembantaian di Rohingya
10Berita, Jakarta- Politikus PKS, Nasir Djamil mendesak kepada lembaga pemberi nobel di Oslo, Norwegia untuk mengevaluasi kembali nobel perdamaian yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi. Pasalnya, pemimpin de facto Myanmar itu dipandang diam dengan pembantaian terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya.
“Saya mendesak kepada lembaga pemberi Nobel di Oslo Norwegia, mengevaluasi kembali bahkan mencabut pemberian hadiah Nobel perdamaian kepada tokoh Myanmar, Aung San Suu Kyi yang diam saja atas pelanggaran HAM di Rohingya,” katanya dalam rilis yang diterima Kiblat.net pada Kamis (31/08).
“Diamnya Aung San Suu Kyi dinilai sebagai bentuk persetujuannya atas pembantaian di Rohingya,”sambungnya.
Ia juga meminta kepada PBB maupun ASEAN untuk membentuk tim khusus untuk melakukan pencarian fakta sekaligus menjadi penjaga kedamaian dan melindungi kelompok minoritas muslim di Rohingya. Saat ini, kata dia, telah ada kelompok gerilyawan bernama Arakah Rohingya Salavation Army (ARSA) yang melakukan perlawanan terhadap militer Myanmar.
“Sehingga jika dibiarkan berkonflik, maka akan semakin membuat rumit konflik di Rohingya, sementara warga Muslim biasa hanya akan menjadi korban,” tuturnya.
Ia juga meminta agar pemerintah dapat mendorong komunitas internasional khususnya ASEAN untuk mengembargo Myanmar. Baik secara diplomatik maupun ekonomi.
“Embargo tersebut lazim diterapkan untuk menekan negara yang melakukan kejahatan kemanusiaan,” tandasnya.
Reporter: Taufiq Ishaq
Editor: Syafi’i Iskandar
Sumber: Kiblat.