OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 15 Agustus 2017

Rasisnya Cina: Berhijab, Muslimah Ini malah Dikatai Gila

Rasisnya Cina: Berhijab, Muslimah Ini malah Dikatai Gila


10Berita~ Di era zaman dunia digital dan pesatnya informasi, tidak semua negara menganggap wanita berhijab adalah suatu yang wajar. Bahkan sejumlah masyarakat dibeberapa negara tidak mengerti mengapa wanita memakai jilbab dan mengatai Muslimah yang mengenakannya dengan sebutan gila.

Pengalaman ini dirasakan oleh seorang muslimah Cina bernama Ye Qingfang. Namun itu nama China-nya sedangkan nama muslimnya adalah Rahmah yang sempat dikatai gila karena berhijab..

Rahmah bercerita kalau ia lahir sebagai muslim dan besar di Qinhai, Cina. Saat masih sekolah ia belum memakai jilbab hingga memasuki perguruan tinggi. Rahmah mengaku baru berhijab setelah duduk di bangku kuliah.

Menurut Rahmah, memakai hijab di Cina masih dianggap barang tabu walaupun ada 23 juta muslim di negeri tirai bambu tersebut. Meski masih dianggap tabu namun tak meluluhkan niat Rahmah untuk berhijab setelah menjadi mahasiswa.

“Aku ingin menjadi wajah dari wanita berhijab di Cina. Awalnya aku nggak berhijab sampai masuk kuliah. Saat kuliah aku memilih untuk mempelajari agama dan budaya Islam lebih dalam. Itulah mengapa aku memutuskan berhijab. Ternyata identitas muslim membuatku terlihat unik di negeri ini. Banyak orang tidak mengerti dan salah paham karena hijabku,” ujar Rahmah seperti dilansir dari BBC.

Mengenakan hijab saat kuliah di Cina tidak mudah dijalani oleh Rahmah. Bahkan beberapa temannya menyebut dirinya gila hingga menyuruhnya pergi untuk konsultasi kejiwaan, dan dianggap sudah dimanipulasi oleh kelompok setan.

“Mulanya orang-orang nggak mengerti dengan keputusanku (berhijab). Bahkan aku disuruh untuk konsultasi kejiwaan. Aku dianggap memiliki hubungan dengan grup setan atau yang terkait dengan itu,” tambah Rahmah.

Tidak hanya saat kuliah, Rahmah juga mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan karena hijabnya. Banyak perusahaan yang tak menerima dirinya hanya karena memakai jilbab.

Banyaknya rintangan dengan berhijab tak membuat Rahmah menyerah. Ia tak ingin mengorbankan ‘identitasnya’ hanya untuk urusan duniawi. Hingga akhirnya Rahmah mendapatkan pekerjaan sebagai guru sekolah tapi hanya sebentar.

“Pekerjaan pertamaku menjadi guru di sekolahku dulu untuk mengajar Bahasa China. Tapi sekolah itu tak ingin punya guru yang berhijab. Mereka merasa hijab akan memberikan pengaruh buruk,” ujarnya.

Rahmah kemudian memutuskan pindah ke Beijing pada tahun 2012. Ia tak mencari pekerjaan, tapi berusaha membuat lapangan pekerjaan. Ya, Rahmah mencoba berbisnis hijab. Ia mendesain busana muslim dan bisnis hijab di Beijing, China.

Bisnis Rahmah masih terus jalan hingga saat ini. Ia berharap muslimah lain di luar sana bisa terus berhijab apa pun yang terjadi. Rahmah juga menyarankan untuk para muslimah tetap percaya diri ketika berhijab di muka umum.

“Aku berharap para wanita muslim bisa lebih percaya diri tampil dengan hijab mereka di muka umum dan tetap tenang serta elegan di tempat kerja,” kata Rahmah. (Dtk/Ram)

Sumber: detik, eramuslim