OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 11 September 2017

Al Azhar: Hanya Kutukan Tidak Akan Hentikan Genosida Rohingya

Al Azhar: Hanya Kutukan
Tidak Akan Hentikan Genosida Rohingya


10Berita– Otoritas tertinggi Muslim Sunni di dunia, Al-Azhar Mesir, mengecam keras serangan brutal terhadap kaum Muslimin di Rakhine. Dalam pernyataan resminya terkait masalah tersebut, Al-Azhar apa yang dialami oleh Muslim Rohingya mengingatkan kita dengan tabiat binatang buas di hutan belantara.

Berikut pernyataan lengkap Al-Azhar soal tragedi kemanusiaan Rohingya:

Selama beberapa hari terakhir, melalui media dan jejaring sosial dunia telah menyaksikan gambar-gambar yang sangat mengerikan terkait aksi-aksi pembunuhan, pengusiran, pembakaran, genosida dan pembantaian sadis yang merenggut nyawa ratusan wanita, anak-anak, pemuda dan orang-orang lanjut usia yang terjebak di wilayah Rakhine, Myanmar.  

Pemerintah setempat memaksa mereka untuk pergi dari wilayah tempat tinggal mereka di bawah tekanan serangan bersenjata yang sangat biadab, yang tidak pernah dikenal oleh sejarah manusia sebelumnya. Diantara mereka ada yang meninggal dunia karena lelahnya perjalanan, kelaparan, kehausan dan sengatan terik matahari yang membakar. Diantara mereka juga ada yang ditelan gelombang ombak setelah melarikan diri ke jalur laut.

Sungguh kejadian yang sangat tragis dan tidak manusiawi ini tidak akan terjadi jika hati nurani dunia internasional tidak mati dan mereka yang memilikinya masih ada. Dan itu semua membuat sirna nilai-nilai moralitas dan kemanusiaan. Dengan kematian hati nurani itu, suara-suara yang selama ini menyuarakan keadilan, kebebasan dan hak-hak manusia pun bungkam, hening seperti di kuburan.

Dan semua perjanjian internasional yang dibuat untuk melindungi hak-hak manusia serta keselamatan sebuah bangsa dan haknya untuk hidup di atas tanahnya; semua itu hanya menjadi tinta di atas kertas. Bahkan semua perjanjian itu hanyalah dusta yang tak sebanding dengan harga tinta yang dibuat untuk menuliskannya.

Sekedar kutukan tidak akan memberikan dampak positif apapun di hadapan fakta genosida sadis terhadap Muslim Rohingya, dimana hal ini mengingatkan kita kepada praktik kebiadaban yang terjadi di hutan belantara. Demikian juga seruan malu-malu yang terus didengungkan oleh organisasi-organisasi internasional dan kemanusiaan untuk menyelamatkan Muslim Rohingya dari agresi tentara dan pemerintah Myanmar; menjadi sia-sia dan membuang-buang waktu. Dan kami sangat yakin sekali semua organisasi internasional ini akan mengambil sikap yang berbeda, tegas dan cepat seandainya warga yang menjadi korban ini beragama Yahudi, Kristen, Budha atau penganut agama apapun selain agama Islam.

Dengan bekerjasama dengan Majelis Hukama Muslimin, Al-Azhar telah berusaha untuk memediasi pihak-pihak yang berkonflik dan mendekatkan pandangan yang bertentangan di Rakhine. Hal itu dilakukan oleh Al-Azhar di awal tahun ini, bertempat Kairo, ketika menjamu sejumlah pimpinan pemuda yang mewakili semua agama dan etnis di Myanmar,termasuk biksu dan pemuka berbagai agama. Itu sebagai langkah awal untuk menempatkan isu tersebut di jalan menuju perdamaian.

Namun beberapa pemimpin agama di Myanmar tidak mengindahkan sama sekali upaya yang telah dilakukan oleh Al-Azhar ini. Mereka membiarkan hati nurani mereka untuk bersekongkol dengan para ekstremis dari barisan militer bersenjata pemerintah Myanmar, untuk melakukan genosida dan pembersihan etnis muslim, dengan cara yang sangat sadis dan tidak manusiawi. Dan sikap yang tidak sesuai dengan ajaran agama manapun ini akan menjadi catatan sejarah yang buruk bagi Myanmar yang tidak akan terhapus oleh waktu.

Berangkat dari rasa tanggung jawab keagamaan dan kemanusiaan serta komitmen dan misi internasionalnya, Al-Azhar tidak mungkin hanya berpangku tangan terhadap aksi-aksi brutal yang tidak manusiawi ini. Al-Azhar akan memimpin gerakan kemanusiaan di kawasan Arab, dunia Islam dan dunia internasional untuk menghentikan pembantaian yang harganya hanya ditanggung oleh umat Islam di Myanmar.

Sekarang Al-Azhar meminta kepada seluruh badan dan organisasi internasional serta lembaga-lembaga hak asasi manusia di dunia agar menunaikan kewajibannya dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelidiki kejahatan yang sangat keji ini. Juga mencari para pelakunya, untuk kemudian dibawa ke Pengadilan Internasional untuk diadili sebagai penjahat perang atas kekejaman mereka. Semua pihak harus benar-benar memperhatikan bahwa kejahatan semacam ini merupakan faktor terkuat untuk mendorong munculnya kejahatan terorisme yang menimpa seluruh umat manusia.

Dari sini: dari Mesir jantung Arab dan Islam, dan dari Al-Azhar, kami menyerukan seruan kemanusiaan agar Liga Arab, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Eropa, Perserikatan Bangsa Bangsa, khususnya Dewan Keamanan, segera mengambil tindakan. Dan sebelum itu semua, kami juga menyerukan kepada seluruh pengambil kebijakan di negara-negara Arab dan Islam, agar mengerahkan segala upaya untuk memberikan tekanan politik dan ekonomi agar pemerintah Myanmar kembali ke jalan yang benar dan menghentikan kebijakan diskriminatif rasial yang didasarkan pada perbedaan agama di antara warga negara.

Al-Azhar juga tidak lupa untuk mengungkapkan penyesalannya terhadap sikap paradoks dari orang yang memegang hadiah Nobel Perdamaian di salah satu tangannya, namun dengan tangannya yang lain memberikan restu terhadap semua kejahatan yang meletakkan “perdamaian” dalam sapuan angin, sehingga menjadikannya hanya sekedar kata tanpa makna.

Terakhir, kami ingin mengatakan kepada saudara-saudara kami di Myanmar: teruslah b erjuang untuk menghadapi serangan brutal ini. Kami bersama kalian, dan kami tak akan pernah mengecewakan kalian. Allah akan menolong kalian. Ketahuilah bahwa “…..sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Yunus: 81), “Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (AH/Ram)

Sumber: Eramuslim