OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 15 November 2017

Ahoker Wartawan Kompas Ini Tertangkap Basah, Bikin Berita Hoax dan Tendensius

Ahoker Wartawan Kompas Ini Tertangkap Basah, Bikin Berita Hoax dan Tendensius


10Berita - Nibras Nada, demikian nama jurnalis Kompas yang hari ini mendadak tenar karena mendapat serangan telak dan mematikan dari seorang warganet.

Nibras Nada tentu tak menyangka, tulisannya kemarin tentang banjir di kawasan Jalan Padang dan Kompleks IKPN Bintaro berbuah serangan mematikan dari Taufik Rendusara, seorang netizen kritis bernama akun @topelucky.

Taufik dengan tajam mengkritisi tulisan Nibras yang berjudul "Maaf-maaf Ya, Waktu Zaman Pak Ahok Enggak Pernah Banjir...".

Berikut kutipannya:

Sugiyanto, warga Jalan Padang RT 006 RW 002 Ulujami, Jakarta Selatan, mengatakan tak ingat kapan terakhir kali ia merasa waswas ketika hujan tiba. Namun, pada Minggu (12/11/2017) petang, perasaan itu kembali muncul karena air Kali Pesanggrahan yang terletak beberapa puluh meter dari rumahnya meluap.

"Semalam banjir, kalau di depan rumah saya tidak sampai masuk karena tinggi, tapi di ujung jalan dekat jembatan Kali Pesanggrahan sampai sedengkul," kata Sugiyanto ketika ditemui di rumahnya, Senin (13/11/2017) petang.

Menurut Sugiyanto, banjir ini pertama kali dalam kurang lebih empat tahun terakhir. Dulu, banjir memang kerap menyambangi daerah Ulujami yang dilintasi Kali Pesanggrahan. Namun, ketika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kala itu menormalisasi Kali Pesanggrahan di Tanah Kusir dan di Pos Pengumben, banjir mulai hilang dari rutinitas warga.

"Maaf-maaf ya, waktu zaman Pak Ahok enggak pernah banjir, baru kali ini aja setelah gubernur baru," ujar Sugiyanto.

Sugiyanto menyebut banjir yang datang semalam memang tidak separah dahulu. Banjir muncul ketika hujan lebat mengguyur dan surut sesaat ketika hujan reda kira-kira pukul 22.00.

Sugiyanto yang sudah tinggal hampir 30 tahun di Jalan Padang mengatakan dulu, banjir biasa merendam atap rumahnya. Ia menunjukkan lekukan di tembok yang kira-kira setinggi 1,5 meter dari permukaan jalan tanda ketinggian rumahnya dulu.

"Rumah saya ini dulu atapnya cuma segini karena banjir terus akhirnya ditinggiin sampai 1,5 meter lagi," katanya.

Banjir sebelum normalisasi Kali Pesanggrahan sangat merugikan warga. Pasalnya, hampir setiap hari banjir terjadi dan memaksa warga mengangkut-angkut barang serta bersih-bersih.

"Dulu kebanjiran hampir setiap hari waktu musim hujan, alhamdulillah begitu zaman Pak Jokowi sudah berkurang banget, terasa enggak pernah banjir lagi," katanya.

Hal yang sama diungkapkan warga IKPN Bintaro, Pal. Warga RW 004, Bintaro, Pesanggrahan, itu mengatakan, genangan yang juga muncul di rumahnya pada Minggu malam adalah genangan pertama setelah hampir empat tahun warga terbebas banjir.

"Iya baru semalam saja banjir, sudah empat tahun ini enggak banjir, kan," kata Pal ketika dihubungi.

Banjir yang terjadi pada Minggu malam, kata Pal, memang tidak sebesar dulu. Air hanya menggenang sekitar 20 sentimeter di beberapa titik. Dulu, banjir bisa menggenangi permukiman warga setinggi 2 meter selama berhari-hari. Namun, sejak 2013, Kali Pesanggrahan dinormalisasi dan banjir mulai berkurang.

"Ya gara-gara gubernurnya ganti mungkin," kata Pal berseloroh.

Pal kurang mengetahui genangan kembali muncul. Ia menduga selain karena Kali Pesanggrahan meluap, pompa untuk menyedot air tak kunjung diganti. Di IKPN, ada dua pompa yang berfungsi mengalirkan air limpasan ke Kali ketika ada genangan. Namun, beberapa tahun lalu salah satu pompa rusak.

Taufik dengan keras menuding tulisan Nibras tak valid. Nibras pun tak terima. Ia menegaskan, tulisannya berdasarkan 2 orang narasumber yang bisa dicek pernyataannya. Nibras bahkan menantang netizen untuk membuat berita tandingan.

Taufik pun menjawab bahwa ia tinggal di Kompleks IKPN Bintaro, bahkan mengenal narasumber yang disebut Nibras. Taufik juga membongkar kedok narasumber Nibras yang ternyata hendak menjual rumahnya, maka menurut Taufik, Pal menyebut rumahnya tak pernah kebanjiran.

Mendapat serangan bertubi-tubi yang mematikan, Nibras pun memilih mlipir dan menyerah.

Pelurusan berita Kompas oleh warga sekritis Taufik, memicu netizen mencari tahu jatidiri Nibras. Rupanya, Nibras seorang pendukung Ahok.

Berikut komentar netizen.[] 

Sumber : dakwahmedia.my.id, portal-islam.id