OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 01 November 2017

Bahu Suamipun Bisa Rapuh

Bahu Suamipun Bisa Rapuh


Sahabat ummi yang berbahagia, ketika suami sedang mengalami guncangan ekonomi, hal yang perlu kita lakukan adalah merangkulnya. Jangan bebankan dia dengan menuntut ini dan itu. Walaupun kewajiban mencari nafkah adalah tanggungjawabnya.

Bukan hanya wanita saja yang mudah rapuh. Tak di pungkiri bahwa kewajiban suami selain melindungi dan mengayomi istri dan anaknya, dan utama sebagai pemenuh kebutuhan keluarga atau memberi nafakah. Besarnya tanggungjawab dan beban mental yang ditanggungnya menyebabkan pundak lelakipun mudah rapuh. Walaupun tak diperlihatkan dengan tangisan seperti yang sering wanita lakukan. Jangan di bayangkan rapuhnya lelaki sama seperti kita wanita. Maka tak jarang yang ditunjukkannya adalah egosentris yang tinggi. Agar tak terlihat kelemahannya di depan istri. Justru inilah yang sering memicu menjadi pertengkaran. Bahkan tak jarang yang berakibat perceraian.

Pada dasarnya kita sebagai wanita itu multi talent. Tercipta dari tulang rusuk. Yang melengkapi tapi bukan sekedar pelengkap.Hanya saja terkadang kita tak bisa melihat kelebihan yang ada pada diri. Dan sayangnya, malah ada yang beranggapan kita makhluk yang lemah. Mungkin secara fisik dan tenaga, kita memang lemah. Tapi secara akal dan naluri perempuan lebih unggul. Dan itu bisa menjadi senjata pelunak bagi seorang lelaki.

Setiap rumahtangga pasti menginginkan kehidupan yang ideal. Suami mampu mencukupi kebutuhan lahir dan bathin tanpa ada hambatan. Tak jarang mertua pun mencari menantu ideal yang mapan finansialnya agar terjamin kehidupan anaknya kelak. Tapi yang jarang dipersiapkan justru saat keadaan berbalik seratus delapan puluh derajad dari yang diinginkan. Disinilah terjadinya prahara rumahtangga. Menjadi istri yang lebih bernilai di mata suami justru di saat dia rapuh dan kita mampu menunjukkan ketegaran dan dukungan padanya.

Tips sederhana agar bahu suami tak mudah rapuh:

1.Dukung apapun keadaannya. Saat sulitnya suami, dia butuh dukungan orang terdekatnya. Yaitu istri. 

2.Yakinkan dirinya dia tak sendiri. Mendampingi suami yang sedang mengalami kesulitan (dalam kerjaan atau finansial) memang tak mudah. Tapi ketegaran kita memudahkan suami melaluinya.

3.Hindari berkeluh kesah. Sebagai istri yang terdampak dari kesulitan suami, tanpa kita sadari sering mengeluh padanya. Justru itu yang memperparah keadaan. 

4.Menjadi Jalan Keluar Kesulitannya. Jika masalah dipekerjaannya, lihat dahulu permasalahannya. Ada kalanya kita diam tanpa berkeluh kesah padanya itu cukup membantunya. Kecuali suami minta pendapat kita. Berikan solusi semampunya. Jika masalah pada pendapatannya, kita bisa membantu sebisa yang kita punya. Jika tidak, mungkin istri dapat membantunya dengan bekerja dari rumah. Misalnya jualan via online, menitipkan kue dan jajanan di warung atau apapun yang bisa kita bantu untuk meringankan bebannya.

5.Jangan sekali-kali menyinggung ego suami. Merendahkannya dengan menolak berhubungan intim, mengatai suami dengan bahasa yang kasar dan merendahkan, mengungkit-ungkit bantuan kita padanya. Itu hanya menyebabkan prahara rumahtangga. Tak ada amal yang sia-sia, maka jangan mengharap balasan atau pujian apalagi itu semata untuk keutuhan rumahtangga.

Nabi Muhammad Saw bersabda:

Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila dia pergi si istri ini akan menjaga dirinya . (HR. Abu Dawud no. 1417.)

Pernikahan yang diinginkan setiap pasangan adalah langgeng seumur hidup. Menjadi istri yang baik bagi suami adalah ibarat tangan kanan dan kiri. Walaupun tangan kanan sebagai tumpuan, tangan kiri mendukung gerakan tangan kiri. Agar lebih mudah. Rumahtangga yang saling bahu membahu menghadapi tiap terpaan badai, akan menemui pelangi indah di tepian. Dan nilai kebahagiaan tak terletak pada harta semata. Semoga bermanfaat ya sobat.

Ilustrasi    : Google

Referensi : Pengalaman pribadi dan berbagai sumber

Riwayat Penulis : Djuni Yadi. Seorang ibu berumahtangga yang memiliki 6 orang anak. Mengajar bimbel di rumah dan menyenangi dunia anak dan keluarga. Tergabung dalam KUM. Komunitas Ummi Menulis. Dapat di sapa via fb Djuni Yadi Atau wa. 081267411019

Sumber :UMMI Online