OBOR: Modus Invasi Senyap Komunis-Cina
10Berita – Hari ini, republik tercinta masih terus digaduhkan oleh isu-isu hilir seperti sentimen anti Cina misalnya, atau konflik antarmazhab dalam agama, isu benturan antarormas, dan lainnya. Geopolitik membaca, penggaduhan publik melalui hilirisasi isu dan persoalan ini tak lepas dari bagian serta upaya-upaya invesible hands melakukan deception alias penyesatan, agar segenap anak bangsa abai atas silent invasion (invasi senyap) yang tengah dilakukan oleh Cina melalui pintu Turnkey Project Management (selanjutnya dibaca: TPM), yaitu skema investasi asing yang disukai Cina dalam membangun program One Belt One Road (OBOR) One Cina, dimana ciri utama investasi ini ialah mulai dari uang, manajemen, materiil, marketing, tenaga ahli hingga metode serta tenaga kasar (kuli) pun berasal dari Cina.
Pertanyaannya, “Apa yang didapat oleh bangsa ini dengan skema investasi (TPM) seperti ini?” Untuk saat ini, cuma kertas kontrak saja. Dengan kata lain, jangankan uang, atau alih teknologi mungkin, sedang lapangan kerja untuk warga di sekitarnya pun diambil oleh kuli-kuli dari Cina yang jumlahnya ribuan. Pertanyaan selidikpun muncul, “Siapa berani menjamin bahwa para kuli TPM itu bukan tentara merah?”
Dalam perspektif geopolitik, dapat diduga bahwa model investasi TPM pada program OBOR ini merupakan pola Xi Jinping dalam rangka meluaskan living space atau ruang hidup. Pokok teorinya, “Manusia butuh negara, negara butuh ruang hidup.” Itu pakem dasar teori ruang. Dan hanya bangsa unggul yang mampu bertahan hidup dan langgeng serta melegitimasi hukum ekspansi.
Tak boleh dipungkiri memang, model one country and two system (elabolarasi sistem kapitalis dan komunis hidup berdampingan) yang dianut Cina kini, di satu sisi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya, tetapi di sisi lain, tanpa diduga justru meningkatkan pengangguran. Kenapa? Kalau ciri ekonomi komunis itu yang kaya (elit) negara tetapi mayoritas rakyatnya miskin, sebaliknya ciri dari ekonomi kapitalis yang kaya hanya sekelompok partikelir (elit), sedang negara dan mayoritas warganya biasa-biasa saja.
OBOR: Modus Invasi Senyap Komunis-Cina
Eramuslim / Redaksi / 1 jam yang lalu
Eramuslim.com – Hari ini, republik tercinta masih terus digaduhkan oleh isu-isu hilir seperti sentimen anti Cina misalnya, atau konflik antarmazhab dalam agama, isu benturan antarormas, dan lainnya. Geopolitik membaca, penggaduhan publik melalui hilirisasi isu dan persoalan ini tak lepas dari bagian serta upaya-upaya invesible hands melakukan deception alias penyesatan, agar segenap anak bangsa abai atas silent invasion (invasi senyap) yang tengah dilakukan oleh Cina melalui pintu Turnkey Project Management (selanjutnya dibaca: TPM), yaitu skema investasi asing yang disukai Cina dalam membangun program One Belt One Road (OBOR) One Cina, dimana ciri utama investasi ini ialah mulai dari uang, manajemen, materiil, marketing, tenaga ahli hingga metode serta tenaga kasar (kuli) pun berasal dari Cina.
Pertanyaannya, “Apa yang didapat oleh bangsa ini dengan skema investasi (TPM) seperti ini?” Untuk saat ini, cuma kertas kontrak saja. Dengan kata lain, jangankan uang, atau alih teknologi mungkin, sedang lapangan kerja untuk warga di sekitarnya pun diambil oleh kuli-kuli dari Cina yang jumlahnya ribuan. Pertanyaan selidikpun muncul, “Siapa berani menjamin bahwa para kuli TPM itu bukan tentara merah?”
Dalam perspektif geopolitik, dapat diduga bahwa model investasi TPM pada program OBOR ini merupakan pola Xi Jinping dalam rangka meluaskan living space atau ruang hidup. Pokok teorinya, “Manusia butuh negara, negara butuh ruang hidup.” Itu pakem dasar teori ruang. Dan hanya bangsa unggul yang mampu bertahan hidup dan langgeng serta melegitimasi hukum ekspansi.
Tak boleh dipungkiri memang, model one country and two system (elabolarasi sistem kapitalis dan komunis hidup berdampingan) yang dianut Cina kini, di satu sisi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya, tetapi di sisi lain, tanpa diduga justru meningkatkan pengangguran. Kenapa? Kalau ciri ekonomi komunis itu yang kaya (elit) negara tetapi mayoritas rakyatnya miskin, sebaliknya ciri dari ekonomi kapitalis yang kaya hanya sekelompok partikelir (elit), sedang negara dan mayoritas warganya biasa-biasa saja.
Sumber : Eramuslim