Erdogan: ‘Di Bawah Tekanan’, 35 Negara Abstain dalam Pemungutan Suara di PBB
10Berita, ANKARA Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan bahwa 35 negara yang abstain dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB pada Kamis (21/12/2017), akan memilih resolusi menolak keputusan sepihak Amerika Serikat (AS) jika mereka tidak mendapat tekanan.
Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 anggota itu pada Kamis meloloskan sebuah resolusi yang menentang klaim Amerika Serikat (AS) atas Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota Zionis “Israel”.
Sebanyak 128 negara anggota PBB meminta AS untuk menarik klaimnya atas kota Yerusalem sebagai ibu kota Zionis “Israel”. Sembilan negara, termasuk AS, menolak resolusi, dan 35 lainnya abstain.
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan All Africa sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Sabtu (23/12), menjelang kunjungan tiga hari ke Sudan, Chad dan Tunisia, Erdogan mengatakan bahwa dia yakin Presiden AS Donald Trump akan mempertimbangkan kembali keputusannya setelah pemungutan suara PBB yang menghasilkan resolusi menentang keputusan AS tersebut.
“Sebanyak 35 negara abstain dalam pemungutan suara. Sebenarnya, orang-orang yang abstain itu, karena merasa tertekan dengan tekanan yang sangat serius. Jika tidak, andai mereka merasa nyaman, saya yakin mereka akan berpihak pada 128 negara lainnya,” kata Erdogan dalam wawancara yang dipublikasikan pada Sabtu (23/12).
Trump mengancam akan menyetop bantuan ke negara-negara yang memilih menentang langkah Washington di Majelis Umum PBB tersebut. “Mereka mengambil (bantuan dari AS) ratusan juta dolar dan bahkan miliaran dolar, kemudian mereka (negara-negara itu) memberikan suara menentang kita. Baik, kita melihat suara itu. Biarkan mereka memberikan suara melawan kita, maka kita akan menghemat banyak (menarik bantuan). Kami tidak peduli,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu (20/12), sehari sebelum pemungutan suara Majelis Umum PBB digelar.
Seperti diketahui, pada 6 Desember lalu, Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis “Israel” meski mendapat penolakan di seluruh dunia. Keputusan tersebut telah memicu demonstrasi dan kemarahan di seluruh dunia Islam. Di Palestina sendiri aksi protes tiada hentinya digelar. Presiden Erdogan dan pejabat tinggi Turki lainnya berada di garis depan internasional yang menentang langkah AS tersebut.
Tak hanya di dunia Islam, bahkan di Eropa dan Amerika sendiri berlangsung unjuk rasa menentang keputusan Trump. Washington dan New York menggelar demonstrasi yang menentang keputusan presidennya, termasuk kelompok Yahudi ortodoks juga menolak klaim Trump tersebut.
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Timur Tengah hingga saat ini. Sementara orang-orang Palestina sendiri sudah lama berharap Yerusalem (Al-Quds) yang diduduki Zionis sejak 1967, menjadi ibu kota negara Palestina merdeka. (S)
Sumber: Anadolu Agency, Salam Online.