Waspadai Upaya Pecah Belah Umat!
Oleh: Netty Ummu Azka
(Pengajar di STP Khoiru Ummah Malang Tingkat Dasar)
Spirit 212 meski sudah berlalu selama satu tahun tak bisa dipungkiri masih membekas pada diri umat. Bahkan reuni yang digelar di Monas tepat 1 tahun periwstiwa 212 dihadiri jutaan kaum muslimin yang ingin menunjukkan pada dunia, kami kaum muslimin bisa bersatu dan terus akan membela Islam.
Demi Islam dan untuk kejayaan Islam. Bendera tauhidpun berkibar dalam reuni tersebut. Umat sudah tidak takut lagi di cap sebagi bagian dari gerakan yang menginginkan persatuan umat dalam naungan khilafah. Mereka mulai sadar bahwa bendera itu bukan milik salah satu golongan. Tetapi bendera itu adalah bendera tauhid, kesaksian kaum muslimin atas Rabb dan utusanNya.
Musuh-musuh Islam dibuat gentar karenanya. terlebih, semakin hari kesadaran umat untuk mengatur hidupnya dengan Islam semakin besar. Kerinduan mereka akan diterapkannya aturan Islam dalam kehidupan semakin membuncah tak bisa dibendung. Umat yang awalnya hanya membicarakan Islam dalam ranah aqidah dan ibadah, kini sudah mulai membahas apa itu khilafah.
Bagaimana pengaturan khilafah dalam masalah ekonomi, pendidikan, pergaulan, hingga masalah politik yang sangat membingungkan. Dan ternyata Islam memiliki solusi yang tegas, komprehensif, bisa dibandingkan dengan konsep dari sistem yang lain. Semua menunjukkan Islam sangat dekat dengan umat. Islam solusi satu-satunya atas persoalan yang ada sekarang. Islam agama yang sempurna dan paripurna.
Dan musuh-musuh Islam semakin terpana. Mereka tidak ingin kesadaran umat ini terus berlanjut. Yang artinya kemenangan Islam sudah semakin dekat. Jelas ini merupakan bahaya bagi mereka. Ini mengancam eksistensi diri dan kekuasaan mereka. Dan ini harus segera dibendung. Umat Islam harus dikembalikan pada ranah aqidah dan ibadah. Tidak. Tidak boleh sedikitpun mereka membicarakan Islam dalam ranah pengaturan kehidupan. Umat tidak boleh memiliki kesadaran bahwa hidup mereka harus diatur dengan Islam. Yang artinya mereka sadar bahwa Islam bukan hanya ada di masjid-masjid, tetapi sudah pada ranah POLITIK. Ini harus dicegah. Maka dengan berbagai upaya, dengan menggunakan penguasa komprador, mereka berusaha membendung kebangkitan umat yang terus membesar seperti bola salju yang menggelinding.
Lihatlah apa yang diungkap oleh Menteri Agama kita. Yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam penegakkan syariah Islam, tetapi justru menjadi pihak yang terdepan dalam mencegah bangkitnya umat. Beliau mengatakan beragama yang ekstrem bukanlah cara bergaama yang diajarkan Rasulullah. Hal ini diungkapkan pada saat sambutan peringatan Maulid Nabi Muhammad 1439 H yang dihadiri presiden Jokowi pada kamis malam (30/11/2017) di Istana Bogor. Lukman Hakim sang menteri juga menambahkan bahwa umat Islam dihadirkan sebagai ummatan wasathan (umat yang adil dan pilihan), umat pertengahan, umat moderat, umat yang adil, umat yang anti terhadap sikap ekstrimis dan tindakan yang melampaui batas. (eramuslim.com)
Satu ungkapan yang sangat tendensius. Umat sengaja digiring untuk menjadi umat islam yang moderat, bukan umat yang ekstrimis. Apa bedanya? Ekstrim cenderung identik dengan garis keras, radikal, fanatik, ingin sempurna Islamnya hingga menolak agama lain, menolak demokrasi, menolak semua nilai-nilai dari barat. Sementara moderat itu diidentikkan dengan ramah tamah, terbuka kepada siapapun, berbuat baik kepada siapapun, toleran terhadap agama lain, terbuka terhadap nilai-nilai kemajuan barat.
Islam moderat ini sangat massif dikampanyekan oleh pemerintah. Bahkan baru-baru ini dikukuhkan dalam sebuah deklarasi Serpong, 21 November 2017. Deklarasi Serpong diucapkan bersamaan oleh perwakilan beberapa ormas Islam diantaranya NU, Muhammdiyah, mathla’ul Anwar dan Al Khairat. Serta Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya mewakili Pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Isi Deklarasi Serpong adalah menjadikan Islam wasathiyah, Islam yang rahmatan lil ‘alamiin, sebagai pedoman untuk menyebarkan Islam moderat (detiknews.com).
Sebuah dikotomi yang seharusnya tidak terjadi. Menggolongkan umat Islam dalam dua golongan yang seolah-olah saling bertentangan. Padahal Islamnya satu, Allahnya satu, kitabnya satu, nabinya satu. Apa yang berbeda dari Islam ektrimis dan Islam moderat? Yang berbeda adalah muatan politik yang ada didalamnya.
Menjadikan muslim moderat merupakan upaya mengadu domba umat. Tidak pernah ada istilah radikal moderat dalam Islam. Islam moderat hanya akan menjauhkan umat dari aqidahnya. Menjauhkan kaum muslim dari identitas yang sebenarnya. Menjauhkan muslim dari ideolodi Islamnya. Kenapa?
Karena seseorang yang meyakini Islam, maka dia tidak hanya sekedar meyakini Allah sebagai Rabbnya. Allah yang menciptakannya. Tetapi sekaligus Allahlah sebagai pengatur. Allah telah menurunkan aturannnya secara lengkap dan sempurna dalam Al Qur’an yang mulia. Islam mengatur mulai dari masalah aqidah, ibadah hingga seluruh hal yang berhubungan dengan hidup kita. Allah mengatur bagaimana kita bertetangga dengan baik. Bagaimana bersikap terhadap kafir harbi fi’lan dan hukman.
Islam juga mengatur bagaimana menindak pencuri, pezina, LGBT, koruptor dan sebgainya. Tidak sekedar memperlakukan mereka atas alasan kemanusian. Islam juga mengatur tentang ekonomi, pendidikan, social dan politik. Lengkap! Tak ada yang tertinggal. Tak ada yang terlewat. Dan Islam akan menjadi rahmatan lil ‘alamin ketika semua aturan itu diterapkan dalam naungan khilafah Islam. Bukan dengan menjadi moderat atau Islam wasathan.
Menjadi ekstrem, fundamentalis juga menjadi satu keharusan bagi seorang muslim. Karena dengan ekstrem dan fundamental inilah dia bisa masuk Islam secara kaffah dan berpegang teguh terhadap syariah sebagaimana dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 208 :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu sekalian ke dalam Islam secara kaffah dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu”
Jadi, kaum muslim tidak boleh lengah. Tetap waspada terhadap agenda terselubung dari kampanye islam moderat. Jelas yang dituju dari agenda ini adalah umat muslim yang sudah terlihat bibit-bibit persatuannya. Musuh-musuh Islam tidak ingin umat bersatu. Maka harus ada upaya pecah belah. Dengan ide Islam moderat, islam radikal dan sebangsanya.
Sehingga kaum muslimin tidak bisa bersatu. Kaum muslimin tidak bisa bangkit. Islam tidak bisa Berjaya. Dan tetap langgenglah kepentingan kapitalis atas kaum muslimin. Wallahu’alam bi showab. [syahid/]
Sumber :voa-islam.com