Norwegia: Bekukan Donasi bagi UNRWA, AS Hancurkan Palestina
10Berita —Lembaga Norwegia yang khusus menangani pengungsi Palestina dilaporkan telah memperingatkan ancaman jika Amerika Serikat (AS) membekukan donasinya ke UNRWA.
Dilansir PIC pada Kamis (11/1/2018), lembaga ini memprediksi tindakan AS bisa menimbulkan bencana kemanusiaan. Pasalnya ratusan ribu anak Palestina di Tepi Barat, Gaza, Libanon, Yordania dan Suriah, bergantung kepada UNRWA, terutama untuk biaya pendidikan mereka.
Pembekuan donasi juga akan menghancurkan tatanan sosial yang menjadi satu-satunya sumber untuk bertahan hidup di tengah kondisi penjajahan atau di saat bencana.
“Ancaman pemutusan bantuan untuk tujuan politik sangat tidak demokratis, meski Amerika bukan donator terbesar bagi kemanusiaan di dunia,” ungkap Sekjen Komite Norwegia urusan pengungsi, Yan Egland.
Pembekuan bantuan ini tak akan membantu apapun selain memicu kemiskinan dan putus asa jutaan pengungsi Palestina, pengurangan jatah makan dan kehilangan kesempatan sekolah bagi anak-anak mereka.
Komite Pengungsi Norwegia bekerja sama dengan UNRWA di Gaza dengan memberikan dukungan moril dan sosial kepada anak-anak korban perang di sekolah mereka. Komite juga memberikan bantuan hukum bagi pengungsi untuk mengembalikan rumah-rumah mereka yang hancur dalam agresi Israel ke Gaza tahun 2014.
Komite juga beroperasi di Tepi Barat dan al-Quds Timur bersama UNRWA dalam menjaga tatanan sosial Palestina. Pembekuan donasi ke UNRWA artinya menghilangkan kerja social untuk beberapa tahun bersama generasi yang hidup di bawan blockade berkelanjutan dan pertikaian yang kerap terulang.
Egland menyebutan, pengurangan donasi yang menimpa UNRWA di Suriah menyebabkan tingginya tingkat kesulitan yang dialami rakyat Palestina di sana.
Hampir 90% para pengungsi bergantung kepada bantuan kemanusiaan, sehingga mereka kehilangan kesempatan satu-satunya mendapat bantuan penyambung hidup, serta bisa memicu kekacauan sosial di Yordania dan Libanon. UNRWA juga merupakan penyalur bantuan utama bagi pengungsi Palestina, di mana mayoritas mereka hidup di bawah garis kemiskinan yang akut. []
Sumber : Islampos