Ketika Pedang Allah Hantarkan Musuhnya kepada Hidayah
10Berita, GEORGE BIN TODZIRA adalah panglima pasukan Bizantium. Di perang Yarmuk, ia memimpin pasukan Roma, berperang menghadapi umat Islam yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu.
Sebelum pertempuran terjadi, ada kejadian yang menarik. George berdialog dengan Khalid.
Melalui dialog itu, Khalid bin al-Walid dan para sahabat Nabi memberikan teladan bahwa berangkat ke medan perang bukanlah semata-mata untuk membunuh orang, tapi tujuan utamanya adalah memberikan hidayah.
Ketika pasukan tengah bertemu, George memanggil Pedang Allah, Khalid bin al-Walid. Khalid pun keluar dari pasukan, dan Abu Ubaidah menggantikan kedudukannya. Di tengah ribuan pasukan, kedua-dua panglima perang itu berdiri berhadap-hadapan. Hingga leher tunggangan mereka bertautan.
“Wahai Khalid, jawablah pertanyaanku dengan jujur. Jangan berbohong, karena orang yang merdeka tidak pantas berbohong. Jangan pula kau tipu aku, karena orang yang mulia tidak akan menipu.” Kata George. Kemudian, ia bertanya, “Apakah Allah menurunkan pedang dari langit kepada Nabi kalian, lalu ia memberikannya kepadamu? Kemudian tidaklah pedang itu berjumpa dengan suatu kaum, kecuali ia berjaya mengalahkannya?”
“Tidak,” jawab Khalid singkat.
“Lalu mengapa engkau disebut dengan saifullah (Pedang Allah)?” Tanya George lagi.
Khalid menjawab, “Sesungguhnya Allah ﷻ mengutus Nabi-Nya ke tengah-tengah kami. Ia berdakwah kepada kami, namun kami semua lari tak mengendahkannya. Lalu sebagian kami ada yang membenarkan dakwahnya dan mengikutinya. Sementara yang lain menjauhi dan mendustakannya. Aku termasuk orang yang menjauhi, mendustakan, dan memeranginya. Setelah itu, Allah memberi hidayah kepada kami. Kami pun mengikuti ajarannya. Ia berkata kepadaku, ‘Engkau adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ia hunuskan kepada orang-orang musyrik. Ia mendoakanku dengan kemenangan.Lalu melaqobiku dengan saifullah. Dari situlah, aku menjadi orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang musyrik.”
“Engkau telah jujur kepadaku,” kata George.
Lalu ia kembali bertanya kepada Khalid, “Wahai Khalid, beri tahu aku, apa ingin engkau serukan padaku?”
“Kepada persaksian bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Dan meyakini bahawa apa yang ada padanya (wahyu) adalah dari sisi Allah,” ungkap Khalid.
“Bagaimana jika orang tidak menerima seruan kalian itu?” Tanya George.
“Jizyah memastikan mereka,” jawab Khliad.
“Bagaimana kalau mereka tidak mau menyerahkannya (jizyah)?” tanya George.
“Kami perangi mereka,” jawab Khalid
“Bagaimana kedudukan orang-orang yang menerima seruan kalian?” Tanya George.
“Kedudukan kami sama (setara) dalam kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan kepada kami. Baik orang yang mulia atau orang biasa. Baik yang awal (memeluk Islam) dan yang terakhir,” jawab Khalid.
George kembali mengajukan pertanyaan, “Adakah orang yang hari ini memeluk Islam wahai khalid- sama pahala dan ganjarannya?”
“Iya, bahkan boleh jadi lebih utama,” jawab Khalid.
Dengan nada heran, George kembali bertanya, “Bagaimana bisa ia sama dengan kalian, padahal kalian lebih dulu memeluk Islam?”
“Kami memeluk Islam dan berbaiat kepada nabi kami, di saat kami menjumpainya. Datang padanya kabar-kabar tentang kitab-kitab, lalu ia memperlihatkan tanda-tanda (kebesaran Allah) pada kami. Orang yang melihat apa yang kami lihat dan mendengar apa yang kami dengar membenarkannya, berislam, dan membaiatnya. Adapun kalian, kalian belum pernah menjumpai apa yang kami jumpai. Belum pernah mendengar apa yang kami dengar berupa mukjizat dan hujjah. Kalau kalian memeluk Islam dengan tulus dan sebenar-benarnya. Tentu lebih baik daripada kami.” jawab Khalid meluruskan pemikiran George.
“Demi Allah, apakah engkau berkata jujur, tidak hendak menipuku, dan tidak berpura-pura padaku?” Tanya George berusaha mendapatkan jawapan yang pasti.
Khalid menjwab, “Demi Allah, aku telah berucap jujur padamu. Aku tidak berkepentingan apa-apa padamu atau salah seorang dari kalian.Sesungguhnya Allah menjadi saksi atas apa yang engkau tanyakan padaku. ”
George berkata, “Engkau telah jujur padaku.”
Pada masa itu, George yang masih dalam persiapan berperang pun menjadi luluh tatkala mendengar penjelasan dan seruan Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu. Hatinya bergetar dan cenderung kepada Khalid. Kemudian, di tengah medan perang dan posisi siap berperang, George mengucapkan perkataan yang mengejutkan.
“Ajarkanlah aku tentang Islam,” pintanya.
Keluar dari Bizantium dengan permusuhan yang memuncak dan memimpin pasukan untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, ternyata saat itulah hidayah datang kepada George bin Todzira.
Ia berdiri di sebelah Khalid untuk memerangi tentera Byzantine. Dalam perang itu ia menderita luka parah dan menemui syahidnya di medan Yarmuk. Setelah berislam, ia hanya satu kali melakukan solat, dan sujud dalam dua rakaat. Kemudian ia gugur di medan jihad. []
SUMBER: KISAH HIKAYAT GEORGE TODZIRA KSATRIA MUSLIM DARI KERAJAAN ROMAWI (PDF)| MUHAM SAKURA DRAGON, Islampos.