OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 10 Maret 2018

Liga Arab Sepakat Yerusalem Harus Jadi Ibu Kota Palestina

Liga Arab Sepakat Yerusalem Harus Jadi Ibu Kota Palestina

10Berita, Kairo - Pertemuan menteri luar negeri negara-negara Arab menekankan bahwa Yerusalem harus menjadi ibu kota negara Palestina. Mereka juga mendukung rencana perdamaian yang dipresentasikan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Dewan Keamanan PBB.

Para menteri luar negeri negara-negara Arab juga mendukung seruan Abbas untuk sebuah konferensi perdamaian internasional pada pertengahan 2018 dengan tujuan utama keanggotaan penuh PBB untuk negara Palestina dan kerangka waktu untuk sebuah solusi dua negara.

Rencana tersebut meminta pengakuan bersama oleh negara-negara Israel dan Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967. Selain itu rencana itu termasuk pembentukan "mekanisme multilateral internasional" untuk membantu kedua pihak dalam menyelesaikan semua masalah status akhir dan menerapkannya dalam kerangka waktu yang ditetapkan.

Pertemuan Kairo dihadiri oleh menteri luar negeri untuk negara-negara anggota Liga Arab.

"Liga Arab telah memutuskan untuk melawan konsekuensi negatif dari keputusan berbahaya dan ilegal Amerika untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mengakui kota yang diduduki tersebut sebagai ibukota Israel," kata pemimpin Liga Arab Ahmed Abul Gheit di sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Asharq al-Aqwsat, Jumat (9/3/2018).

Pernyataan Trump mematahkan kebijakan Amerika Serikat (AS) selama puluhan tahun dan membalikkan jaminan internasional yang telah berlangsung lama bahwa nasib kota itu akan ditentukan dalam negosiasi.

Sebagian besar negara di seluruh dunia belum mengakui aneksasi Israel terhadap Yerusalem Timur pada 1967. Dalam konsensus internasional yang sudah berlangsung lama, nasib kota harus ditentukan dalam negosiasi.

Status Jerusalem adalah inti dari konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade dan pengumuman 6 Desember Trump secara luas dianggap memihak Israel. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran akan pertumpahan darah lebih banyak karena krisis masa lalu di Yerusalem telah memicu kekerasan.

Sumber: sindonews.com