OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 24 Maret 2018

Novel Ghost Fleet Yang Hebohkan Prabowo, Ternyata Jadi Bahan Analisis dan Debat di Pentagon

Novel Ghost Fleet Yang Hebohkan Prabowo, Ternyata Jadi Bahan Analisis dan Debat di Pentagon


10Berita, Prabowo’s haters nggak bisa bedakan genre Science fiction dan pseudoscience. Mereka korban spin doctors. Mereka samakan novel “Ghost Fleet” dengan buku tafsir mimpi.

Syahdan, mereka keliru. Faktanya, novel fiksi seringkali punya pengaruh. Selain Uncle’s Tom Cabin, ada sederet judul novel ngetop. Sebut saja “Max Havelaar”, “1984”, “To Kill a Mocking Bird”, atau “Romance of The Three Kingdoms”.

Bagi akademia, scholar dan ahli sospol, buku-buku tersebut mesti dibaca. Sekali pun genrenya novel.

Nah, gerombolan Prabowo’s haters nyinyir dan merasa cerdas dengan mengolok Novel “Ghost Fleet”.

Sekali pun fiksi, ia novel serius. Pernah jadi bahan analisa dan debat di Pentagon. Para jenderal, admiral, komandan intel, ahli-ahli strategi dan pertahanan serius membahas novel ini. Sebuah

report menyebutnya sebagai “A Novel About War With China Strikes a Chord at the Pentagon”.

Tapi, alas bagi kecebong, buku ini ditertawakan. Dikasi tau, mereka ngeyel.

Benar kata Michel de Montaigne, “Stubborn and ardent clinging to one’s opinion is the best proof of stupidity”.

Nyatanya, mereka berkali-kali serang Prabowo dan finally ketauan ngaco. Tapi nggak pernah kapok. Kali ini pun begitu. “The difference between stupidity and genius is that genius has its limits,” kata Albert Einstein.

Karya Science fiction seringkali memprediksi scientific dan technological progress. Cerita “Star Trek” karya Arthur C. Clarke menginspirasi banyak temuan gadget modern.

Ada pula karya yang berfungsi sebagai “warning” seperti konsekuensi negatif. Misalnya, “The Time Machine” karya H.G. Wells.

Hanya Cebong yang melecehkan fiksi. Di Universitas DePauw, RD Mullen menerbitkan jurnal ilmiah bernama Science Fiction Studies (SFS) pada tahun 1973. Sebelumnya, jurnal-jurnal ilmiah sejenis sudah terbit. Extrapolation (1959) dan The International Review of Science Fiction (1972).

Bila Novel Ghost Fleet mengindikasikan Indonesia sudah lenyap di tahun 2030, maka mungkin itu disebabkan fenomena cebong-booming dan endemik Prabowo’s haters. Solusinya ya berantas virus kebodohan itu.

Dan itu tugas berat bagi mereka yang menginginkan Indonesia tetap ada dan berjaya di tahun 2030.

Penulis: Zeng Wei Jian

Sumber : Dakwah Media

Related Posts:

  • Kita yang Selalu Lalai Kita yang Selalu Lalai Oleh: Aya ummu Najwa (Ibu Rumah Tangga Peduli Generasi) 10Berita, Dalam bahasa arab, kata lalai disebut ghaflah. Yaitu tidak mengetahui atau menyadari apa yang seharusnya diketahui atau disadari. Orang… Read More
  • Pesan Pak Natsir kepada Umat Islam IndonesiaPesan Pak Natsir kepada Umat Islam Indonesia M. Amin Djamaluddin (Direktur LPPI/ Staf Khusus Pak Natsir dalam Bidang Aliran Sesat) 10Berita, Pada suatu hari, Bapak M. Natsir (Allahu yarham) bercerita di hadapan Pak … Read More
  • Ternyata Facebook Diam-Diam Kumpulkan Riwayat Panggilan dan SMS PenggunaTernyata Facebook Diam-Diam Kumpulkan Riwayat Panggilan dan SMS Pengguna 10Berita – Belum selesai masalah penjualan akun oleh Cambridge Analytica baru-baru ini, Facebook kembali dihantam isu baru terkait riwayat panggilan dan… Read More
  • Mengenal Cagar Budaya Masjid Nur Sulaiman BanyumasMengenal Cagar Budaya Masjid Nur Sulaiman Banyumas Masjid Agung Nur Sulaiman diperkirakan dibangun pada 1755. 10Berita , BANYUMAS -- Masjid Agung Nur Sulaiman merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Banyumas … Read More
  • Pesan Pak Natsir kepada Umat Islam IndonesiaPesan Pak Natsir kepada Umat Islam Indonesia M. Amin Djamaluddin(Direktur LPPI/ Staf Khusus Pak Natsir dalam Bidang Aliran Sesat)10Berita, Pada suatu hari, Bapak M. Natsir (Allahu yarham) bercerita di hadapan Pa… Read More