TERUNGKAP! Dari Megawati Sampai Jokowi Pernah Ramal Masa Depan Indonesia, Mengapa Prabowo dan Ghost Fleet yang DIBULLY?
10Berita, Pidato ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto Kamis 22 Maret 2018 lalu menjadi bahan tertawaan bagi para hatersnya.
Pasalnya mereka mengira ucapan Prabowo tentang Ghost Fleet dan Indonesia bubar 2030 adalah omong kosong dan ancaman belaka.
Sayangnya mereka tidak tahu, jauh sebelum Prabowo mengutip novel Ghost Fleet yang meramalkan Indonesia bakal bubar pada 2030, ternyata beberapa tokoh nasional pernah mengungkapkan isu yang sama.
Tokoh-tokoh tersebut adalah Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Gatot Nurmantyo, dan bahkan Jokowi sendiri.
Megawati mengungkapkannya pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2001. Di masa 100 hari kepemimpinannya Megawati Sukarnoputri memperingatkan, bahwa Indonesia dapat menjadi apa yang disebutnya "Balkan di Hemisfer Timur" kalau rakyatnya tidak berusaha lebih keras untuk menjaga kesatuan negara.
"Kalau sengketa antara kelompok etnik dan agama di desa-desa tidak dihentikan, negara akan terpecah belah menjadi beberapa negara kecil yang tidak mempunyai kekuatan," ujarnya seperti terekam dalam pemberitaan VoA Indonesia.
Sementara itu, SBY pernah mengungkapkan lima skenario masa depan Indonesia. Skenario itu, kata SBY, mulai muncul saat krisis dahsyat melanda Indonesia di periode 1998 - 1999.
"Tahun 1999 adalah tahun yang sarat dengan persoalan dan tantangan. Banyak kalangan dalam dan luar negeri yang mencemaskan masa depan negara kita, termasuk kelangsungan hidup kita sebagai negara," kata SBY dalam pidato Kenegaraan di hadapan Rapat Paripurna DPR, 14 Agustus 2009.
Pada tahun itu, ia menjelaskan lebih lanjut, ada lima skenario yang bisa terjadi akan masa depan Indonesia. Pertama, Indonesia diramalkan akan mengalami nasib terpecah seperti yang terjadi di kawasan Balkan.
"Indonesia akan mengalami balkanisasi, terpecah-pecah menjadi banyak negara kecil-kecil, karena munculnya sentimen kedaerahan yang kuat di mana-mana," kata SBY.
Skenario kedua, ada yang melihat Indonesia berubah menjadi negara Islam bergaris keras, karena munculnya sentimen keagamaan yang ingin meminggirkan ideologi Pancasila. Ketiga, ada yang meramalkan Indonesia akan berubah menjadi negara semi otoritarian yang arahnya tak jelas. Keempat, ada yang melihat Indonesia justru berjalan mundur alias kembali memperkuat negara otoritarian. Skenario kelima, Indonesia diramalkan menjadi negara demokrasi, terutama negara demokrasi yang stabil dan terkonsolidasi.
Jenderal Gatot Nurmantyo saat menjadi Panglima TNI termasuk yang optimistis bahwa Indonesia akan tetap kokoh bersatu karena berpegang pada ideologi Pancasila. Ia mengajak semua pihak untuk mengambil hikmah dari pengalaman Yugoslavia yang bubar akibat perang saudara dan terpecah menjadi negara-negara kecil.
"Kita simak Indonesia, terdiri atas beragam suku, agama, ekonomi dan banyak lagi, tidak pecah, utuh. Orang bilang kita pecah, saya bilang, nggak. Karena apa? Karena Pancasila," ujarnya pada acara Simposium Nasional Taruna Merah Putih di Balai Kartini, 14 Agustus 2017.
Jokowi sendiri dalam rapat terbatas membahas reklamasi teluk Jakarta menyatakan penurunan muka tanah di ibukota sudah dalam tahap yang memprihatinkan.
Bahkan, ia memprediksi, jika dibiarkan dan tak ditanggulangi, seluruh Jakarta Utara akan tenggelam pada 2030 mendatang.
"Data yang saya terima penurunan muka tanah di DKI sudah sangat mengkhawatirkan, rata-rata 7,5 cm sampai 12 cm," kata Jokowi Rabu 27 April 2016.
------
Dari sekian banyak komentar tokoh nasional mengenai masa depan Indonesia, mengapa hanya ucapan Prabowo Subianto yang menjadi bulan-bulanan?
Beranikah mereka mengomentari pernyataan Jokowi atau Megawati?
Sepertinya tidak.
Sumber : PORTAL ISLAM