Jangan Menjadi Qarun
Qarun adalah potret dari seseorang yang lupa akan kefakirannya.
10Berita , JAKARTA -- Kasus seperti Qarun kerap terjadi meski Allah SWT telah menunjukkan berkali- kali azabnya terhadap orang-orang yang lupa kefakirannya.
Kisah tentang Qa run kerap memberi pelajaran kepada kaum Muslimin tentang orang yang lupa terhadap fitrahnya. Qarun dikisahkan sebagai sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa.
Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub karena keduanya merupa kan cucu dari Quhas putra Lewi. Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu.
Silsilah lengkapnya ada lah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim. Beberapa riwayat menceritakan pada mulanya, Qarun orang yang miskin dengan banyak anak, tetapi saleh.
Dia meminta kepada Musa AS untuk mendoakannya agar mempunyai sejumlah harta.
Doa Nabi Musa terkabul. Qarun dianugerahi harta yang dikembangkan hingga ber limpah. Pada gilirannya, dia dikenal sebagai orang terkaya pada zamannya.
Kekayaannya membuat iri orang-orang Bani Israil.Karena kekayaannya itu pula, Qarun senantiasa memamerkan dirinya kepada khalayak ramai.
Qarun menggunakan pakaian yang sangat mewah, jumlah harta benda yang dibawanya harus diangkut oleh 60 ekor unta, dengan didampingi sebanyak 600 orang pelayan yang terdiri atas 300 laki- laki dan 3.
000 orang perempuan.
Saat itu, Qarun juga dikawal seba nyak 4.000 orang dan diiringi oleh sebanyak 4.
000 binatang ternak yang sehat.
Para penyaksi Qarun mengingin kan kekayaan seperti yang dimilikinya.
Kesombongan Qarun itu tampak ketika ia mengatakan, harta yang diperolehnya karena ilmu yang dimilikinya (QS 28:78).
Karena kesombongannya itulah, Allah mengazabnya dengan ditenggelamkan ke dalam perut bumi.`'Maka, Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka, tidak ada baginya suatu golongan pun yang meno longnya terhadap azab Allah.
Dan, tiadalah ia termasuk orang- orang (yang dapat) membela (dirinya).
(QS 28:81).
Qarun adalah potret dari seseorang yang lupa akan kefakirannya.
Seusai mengembangbiakkan kekayaan yang diperolehnya, dia melambung tinggi.
Dia merasa sudah beranjak menjadi kaya.
Padahal, Imam Ibnu Taimiyah men jelaskan, jika kefakiran adalah sifat esensi dan intrinsik yang memang menjadi bagian dari hakikat jadi diri selamanya.
Sebagai mana kemahakayaan selamanya adalah sifat esensi dan intrin- sik Tuhan.
Dalam QS Fathir:15, Allah SWT berfirman, Wahai manusia, ka mulah yang butuh kepada Allah, dan Allah Dia-lah yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziy menjelaskan, Allah SWT menerangkan dalam ayat ini bahwa kefakiran para hamba kepada-Nya adalah sesuatu yang bersifat esensi dan intrinsik bagi mereka.Kefakiran itu menjadi bagian inti dari mereka dan sama sekali ti dak bisa terlepas dari diri mereka.
Sifat intrinsik ini dimiliki Allah SWT dalam bentuk yang berbeda.Allah SWT mempunyai sifat intrinsik berupa Kemahakayaan dan kemahaterpujian.Itulah keniscayaan yang ditetap- kan untuk-Nya dan menjadi sifat intrinsik Dzat-Nya, bukan sesuatu yang ada karena faktor ekster- nal.
Sumber :Republika.co.id