OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 06 April 2018

Pemikiran Sukmawati Keliru dan Berbahaya bagi Keindonesiaan

Pemikiran Sukmawati Keliru dan Berbahaya bagi Keindonesiaan

10BeritaJakarta  - Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) sangat menyayangkan munculnya puisi -yang tidak ada angin dan tidak ada hujan-yang seolah mengundang kembali suasana pertentangan antara Keislaman dan keindonesiaan. Apalagi hal tersebut terjadi di tengah-tengah pendinginan dan penciptaan suasana ke arah yang lebih kondusif serta pemulihan kembali situasi bangsa pasca pilkada DKI yang begitu sangat tinggi dinamikanya.

"Yang lebih berbahaya lagi, puisi kontroversial itu datang dari anggota keluarga yang selama ini dihormati sebagai Bapak Bangsa, yang dalam ikut membidani lahirnya Indonesia sangat kental pemahaman tentang kultur Indonesia yang agamis, berbudaya, dan beradab," ungkap anggota Presidium KAHMI Ahmad Doli Kurnia dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (05/04/2018). 

Menurut Doli, Indonesia yang dilahirkan oleh Bung Karno dan founding father lainnya adalah Indonesia yang didasari oleh nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Kebersamaan yang saling menghargai dan menghormati keberagaman dan perbedaan. 

"Bagi Kahmi dan Keluarga Besar HMI, yang lahir dua tahun setelah kemerdekaan, nilai keislaman dan keindonesiaan adalah doktrin yang satu dan tak terpisahkan dalam berkomitmen dan melakukan seluruh peran, kontribusi, serta aktivitasnya sebagai anak bangsa. Dan kami akan selalu menjadi yang terdepan menjaga apabila ada kekuatan-kekuatan yang berupaya memisahkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan," kata Doli. 

Menurut Doli, itu semua berlaku untuk setiap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Seluruh pemikiran, ucapan, prilaku, tindak tanduk sebagai anak bangsa haruslah mencerminkan pengembangan kehidupan yang damai, harmonis, rukun, dan tenteram berbasis nilai-nilai religiusitas dan kebudayaan Indonesia. 

"Apa yang telah dilakukan oleh Ibu Sukmawati adalah sesuatu yang dapat menciderai kehidupan yang sejak awal dibangun oleh orang tuanya. Apa yang disampaikan oleh Ibu Sukmawati tidak ada hubungannya dengan pertentangan seni, budaya, dan politik. Apa yang disampaikan Ibu Sukmawati adalah sesuatu pemikiran yang justru keliru, bertentangan, dan berbahaya bagi keindonesiaan," tegasnya. 

Doli menyarankan, langkah bijak yang harus dilakukan oleh Sukmawati adalah introspeksi diri serta memohon maaf kepada rakyat Indonesia, sebagai ksatria dan negarawan seperti sang Proklamator, ayahnya.

Sumber : SI Online