OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 17 April 2018

Prabowo Kembali Diserang, Kisah Lama Yang Terulang

Prabowo Kembali Diserang, Kisah Lama Yang Terulang

Referensi pihak ketiga

10Berita, Sebuah situs berita Asia Times pada Minggu lalu menulis sebuah kabar tentang Prabowo. Bukan kabar baik, tentu saja. John McBeth, penulis berita tersebut menyebutkan dalam pertemuan ‘rahasia’ Prabowo dan Luhut Binsar Panjaitan (LBP), Prabowo disebut-sebut minta jatah delapan kursi menteri, termasuk pos menteri pertahanan (kompas.com/16/04/2018).

Referensi pihak ketiga

Sebelumnya ketua umum PPP, Romahurmuziy menyatakan tentang adanya utusan Prabowo yang menjajaki kemungkinan duet Jokowi-Prabowo, namun kabar ini sontak dibantah Gerindra. Bantahan yang sama juga dinyatakan presiden PKS di kesempatan yang berbeda.

Dua kabar ini punya benang merah. Dua-duanya adalah propaganda untuk menyerang Prabowo. Prabowo dikonstruksikan sebagai orang yang maniak kekuasaan. Bahwa segala cara akan ditempuhnya demi mendapat kekuasaan di pemerintahan.

Sebenarnya tak mengejutkan, sebab serangan begini bukan hal yang baru. Jika anda mencermati berbagai peristiwa beberapa tahun lalu, Anda pasti tau pola yang sama pernah terjadi.

Kapan? saat pilpres 2014.

Referensi pihak ketiga

Masih ingat Allan Nairn? Jurnalis Amerika yang menulis sebuah ‘laporan investigatif’ tentang Prabowo di blognya allanairn.org. Dalam tulisan itu ia habis-habisan mengupas ‘kelemahan’ Prabowo yang dikatakannya berasal dari wawancara off the record pada 2001.

Artikel Allan Nairn laku bak kacang goreng. Ia bahkan dijadikan cover sebuah majalah terkenal ibukota dengan judul provokatif. Allan Nairn: He will be a dangerous president.

Referensi pihak ketiga

Prabowo diserang habis-habisan. Publik yang terpecah bahkan tak lagi peduli betapa ganjilnya artikel sang jurnalis. Betapa tidak, Allan menyebut alasannya ‘membuka rahasia’ demi bangsa Indonesia.

“Saya pikir kerugian yang saya hadapi ketika melanggar anonimitas yang saya janjikan ke Prabowo tidak sebanding dengan kerugian yang lebih besar bagi rakyat Indonesia,” tulisnya.

Referensi pihak ketiga

Wow, betapa ‘patriotik’nya. Seorang warga negara asing memikirkan bangsa Indonesia. Anda percaya? Saya tidak.

Kini, artikel lain muncul menjelang pilpres 2019. Menggunakan media luar negeri untuk memberi cap kotor pada sosok pesaing benar-benar bukan cara elegan. Tapi apa boleh buat, sudah terjadi. Dan ini pasti bukan untuk terakhir kali.

Tak masalah, sebab untuk percaya atau tidak sepenuhnya terpulang pada kita.

 

Sumber : UC News