OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 25 Mei 2018

Gimana Ekonomi Indonesia Bagus, Wong Presiden Jokowi Aja Ragu Kok

Gimana Ekonomi Indonesia Bagus, Wong Presiden Jokowi Aja Ragu Kok

Jokowi

10Berita , JAKARTA – Kondisi perekonomian Indonesia diyakini tak akan berangsur membaik. Sebab, Presiden Jokowi sendiri ragu-ragu dengan kebijakan-kebijakannya.

Anggota Komisi XI DPR Refrizal menyatakan, dalam empat tahun kepemimpinan Jokowi-JK itu, banyak permasalah fundamental bangsa tak terselesaikan.

Semisal permasalahan pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan sosial yang masih dinilainya memprihatinkan.

Demikian disampaikan Refrizal dalam keterangan pers-nya, di Jakarta, Kamis (24/5/2018).

Dalam data-data ekonomi yang dimilikinya, lanjut dia, menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia saat ini tercatat sebanyak 6,87 juta jiwa.

Sedangkan jumlah rakyat miskin dan mendekati miskin berada di angka sekitar 126 juta jiwa.

“Dan kesenjangan pendapatan masyarakat masih sangat lebar dengan rasio mencapai 0,39,” beber Refrizal.

Berdasar pada angka-angka tersebut, lanjutnya, kondisi ekonomu nasional secara fundalemtal jelas masih memprihatinkaan.

“Mau tida mau, pemerintah harus bekerja lebih keras dan fokus dalam memperbaiki kinerja sektor ekonomi,” sambungnya.

Selain itu, politisi senior PKS ini berpendapat, pemerintahan saat ini saja sudah tak memiliki keyakinan atas kinerja bidang ekonominya.

Alasannya, katanya, target pertumbuhan ekonmi pemerintah sebesar 5,4 sampai 5,8 persen dalam APBN 2019.

Hal itu berbeda dengan target rentan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu yakni 5,4 persen sampai 6,1 persen.

“Menunjukkan bahwa pemerintah tidak optimis terhadap kinerja ekonomi tahun depan,” katanya.

Dengan adanya penurunan target pertumbuhan tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya dari, disebutnya menunjukkan fakta bahwa pemerintah pesimis terhadap kinerja ekonomi tahun depan.

“Padahal janjinya kan pertumbuhan ekonomi akan meroket dengan rata-rata tumbuh 7 persen per tahun. Ternyata ini tidak tercapai,” cibirnya.

Hal lain yang dicermati oleh politisi asal Sumatera Barat ini adalah target nilai tukar sebesar 13.700 sampai 14.000 dalam asumsi makro APBN 2019 yang dinilainya cukup tinggi.

Kondiri tersebut, lanjutnya, menunjukkan bahwa pemerintah tidak mampu memperbaiki fundamental ekonomi akibat dari kebergantungan pada dana asing.

“Hal ini menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap gejolak nilai tukar,” tutupnya.

(rm/ruh/)

Sumber :pojoksatu