OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 25 Mei 2018

Tinggalkan Sahur Berarti Menyia-nyiakan Keberkahan

Tinggalkan Sahur Berarti Menyia-nyiakan Keberkahan

BANDARpost, SAHUR adalah suatu rutinitas yang biasa kita lakukan ketika kita menunaikan ibadah puasa. Namun terkadang kita tidak tahu apa sebenarnya manfaat dan keberkahan melaksanakan sunnah makan sahur.

Kebanyakan dari kita tidak mengetahui keberkahan sahur. Padahal jika kita melaksanakan makan sahur sesuai tuntunan Rasul maka ada banyak keberkahan yang bisa kita peroleh. Yaitu dengan bersahur berarti menjalankan sunnah Rasulullah SAW, selain itu sahur menambah kekuatan dan keikhlasan dalam beribadah.

Sahur membantu menghilangkan kemarahan dan tabiat buruk yang biasa muncul karena lapar. Dan pada saat sahur adalah saat ketika seseorang berkesempatan untuk mengingat Allah SAW, berdzikir, dan mengangkat tangannya kehadirat Allah untuk berdoa, karena doa-doa di waktu sahur akan dikabulkan.

Allah mewajibkan puasa kepada kita sebagaimana telah mewajibkannya kepada orang-orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab, Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (QS Al Baqarah: 183).

Dari Salman ra, Rasulullah SAW bersabda, “Barokah ada pada tiga perkara: Jama’ah, Tsarid, dan makan sahur.” (HR Thabrani, Abu Nu’aim). Dari Abdullah bin Al Harits dari seorang shahabat Rasulullah SAW: Aku masuk menemui Nabi SAW ketika dia makan sahur, beliau berkata, “Sesungguhnya makan sahur adalah berkah yang Allah berikan pada kalian maka janganlah kalian tinggalkan.” (HR An Nasaa`i dan Ahmad).

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menumbuhkan semangat serta meringankan beban yang berat bagi yang berpuasa. Sahur juga pembeda antara Islam dan Ahlul Kitab karena mereka tidak melakukan makan sahur.

Oleh karena itu Rasulullah SAW menamainya ‘makan pagi yang diberkahi’ sebagaimana dalam dua hadits Al Irbadh bin Sariyah dan Abi Darda` ra, “Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur.”

Di waktu sahur, Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, “Sahur itu makanan yang barokah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk seteguk air, karena Allah dan malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.”

Oleh sebab itu, seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini dari Rabb yang Maha Pengasih. Dan sahurnya seorang mukmin yang paling afdhal adalah kurma.

Bersabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah korma.” (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban, Baihaqi). Barangsiapa yang tidak menemukan kurma, hundaknya bersungguh-sungguh untuk sahur walau hanya dengan meneguk satu teguk air, karena fadhilah (keutamaan) yang disebutkan tadi, dan karena sabda Rasulullah SAW, “Makan sahurlah kalian walau dengan seteguk air.”

Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar, karena Nabi SAW dan Zaid bin Tsabit ra melakukan sahur. Seusai makan sahur, Nabi bangkit untuk sholat subuh, dan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya shalat kira-kira lamanya seseorang membaca lima puluh ayat di Kitabullah.

Anas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, “Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian beliau shalat, aku tanyakan (kata Anas): Berapa lama jarak antara adzan dan sahur? Beliau menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca Al Qur’an.” (HR Bukhari Muslim).

Rasulullah SAW memerintahkannya–dengan perintah yang sangat ditekankan. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu.” (HR Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Ya’la, Al Bazzar). Dan bersabda, “Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barokah.” (HR Bukhari Muslim). []

Sumber :Islampos.