Analisa Rizal Ramli,Sang Rajawali bahwa Ekonomi Lampu Kuning jadi Kenyataan. Rupiah Ambruk, Ekonomi Sri Mulyani-Jokowi-JK Terpuruk
10Berita - Saran dan pertimbangan ekonom senior Rizal Ramli (sang Rajawali) soal ekonomi Jokowi-JK yang sudah lampu kuning, menjadi kenyataan. Akhir tahun lalu, ekonom senior Rizal Ramli sudah ingatkan “hati-hati utang Indonesia sudah lampu kuning”. Sibuk dibantah-bantah Sri Mulyani, Darmin Nasution dan Jokowi-JK sendiiri dengan retorika dan data selektif. ''Padahal tidak ada terobosan sektor riel. Aliran modal keluar dari emerging market semakin besar, maka jadilah kini rupiah terpuruk,''ungkap Rizal Ramli, mantan Menko Ekuin/Menko Kemaritiman..
''Mas Jokowi,, ini contoh input dari banyak Tim ABS disekitar Presiden Mereka tidak cerita apa yang sebenarnya terjadi, dan jangan-jangan tidak punya kemampuan prediksi dan simulasi,''tutur RR mengingatkan Presiden Jokowi.
Neoliberalisme Sri Mulyani- Jokowi sudah memakan korban: rupiahnya sendiri, ambruk, jatuh terkulai. Nilai tukar rupiah ditutup pada posisi Rp14.156 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Jumat (18/5). Posisi ini melemah 0,7 persen atau 98 poin dari penutupan perdagangan kemarin, Kamis (17/5) di posisi Rp14.058 per dolar AS. Pasar dan publik mulai panik, karena rupiah turun terus dan ekonomi terpuruk, bahkan jadi terkutuk. Jokowi-JK gagal total, oleh rakyat kini omongannya dianggap gombal. ''Jokowi-JK gagal, revolusi mentalnya terpental. Coba kalau Rizal Ramli ada dalam Kabinet Kerja, rupiah tak separah ini buruknya. Sangat keterlaluan laporan ABS (Asal Bapak Senang) ala tim Ekuin Jokowi di Kabinet, sudahlah, gagal total,'' kata analis ekonomi-politik Reinhard Msc.
Pelemahan rupiah merupakan yang terburuk diantara mata uang negara di kawasan Asia. Diikuti rupee India yang melemah 0,43 persen, yen Jepang minus 0,21 persen, dan baht Thailand minus 0,12 persen.
Lalu, renmimbi China minus 0,1 persen, ringgit Malaysia minus 0,08 persen, peso Filipina minus 0,05 persen, dan dolar Singapura minus 0,01 persen. Sedangkan won Korea Selatan berhasil menguat 0,32 persen dari dolar AS.
Sementara, beberapa mata uang negara maju juga terpantau menguat, seperti rubel Rusia 0,15 persen, euro Eropa 0,11 persen, dan dolar Australia 0,01 persen. Sedangkan pound sterling Inggris minus 0,09 persen dan dolar Kanada minus 0,05 persen. Nilai tukar rupiah ditutup melemah 67 poin atau 0,47 persen di level Rp 14.209 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (23/5). Padahal, pada perdagangan kemarin, pergerakan rupiah mencoba rebound secara perlahan. Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,34 persen atau 48 poin di level Rp 14.142 per dolar AS.
Pelemahan ini bisa dikaitkan dengan hasil obligasi AS yang menghentikan kenaikannya dan mereda, sehingga memicu penyesuaian lintas mata uang. Tak cuma rupiah, mata uang sejumlah negara di Asia juga belum bisa rebound.
Namun, yen Jepang bisa menguat signifikan, karena bersifat safe heaven alias aset aman. Dari sekian banyak mata uang di Asia, rupiah menjadi yang terburuk, disusul oleh won Korea dan rupee India.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Haryadi Sukamdani mengatakan masyarakat tak perlu panik. "Perlu diketahui, nilai mata uang yang fluktuatif tak cuma dihadapi Indonesia saja," ujarnya ketika dihubungi IDN Times, Rabu (23/5).
Kata dia, kalau kita mengacu hanya pada sisi negatifnya, konotasi yang diterima akan mengalami krisis, padahal tidak sampai ke sana. (FF)
Sumber : KONFRONTASI