OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 23 Juni 2018

Rasisme tak Berujung, Israel Makin tak Mengerti Arti Kemanusiaan

Rasisme tak Berujung, Israel Makin tak Mengerti Arti Kemanusiaan

10Berita, Sungguh sangat mnggelikan, setelah membantai 60 demonstran palestina yang tidak berdaya, seperti biasa Israel & AS kompak satu suara berdalih bahwa korban yang jatuh dipihak palestina adalah tanggung jawab hamas, dengan asumsi hamas lah penggerak demonstrasi.

Dunia mencatat bahwa hamas adalah faksi pemenang pemilu palestina tahun 2006, walaupun pada akhirnya tidak memegang kekuasan mutlak. Namun setidaknya hamas adalah bagian dari otoritas palestina yg sah, dan tentunya mereka jg berhak menyuarakan hak-hak palestina dengan jalan unjuk rasa.

Jika kita simak sejarah berunjuk rasa dibelahan bumi manapun, sepanjang aparat tidak merasa terancam langsung, maka belum pernah ada tanggung jawab jatuhnya korban dibebankan pada para demonstran - kecuali hanya di Gaza & Yerusalem kita temukan.

Jika Israel & AS tiba-tiba melimpahkan tanggung jawab pada hamas maka tidak salah kalau masyarakat dunia tiba-tiba juga melimpahkan kesalahan langsung pada AS terkait insiden tsb.

Karena nyata-nyata dan fakta 100% bahwa keputusan sepihak AS yang memindahkan kedubes mereka ke Yerusalen itulah yang menjadi titik awal terjadinya bencana. Sejatinya sebelum Israel & AS menyalahkn pihak lain mestinya mereka bercermin dulu, betul-betul berkaca dengan keputusan yg telah di ambil.

Di saat status Yerusalem masih belum final mereka malah bermain-main api diatas tumpukan jerami. Adalah wajar jika pemimpin dunia sekelas Tayyip Erdogan hampir menyamakan tindakan mereka dg fasis Nazi.

Masyarakat internasional sekarang sudah terlalu pintar untuk dipecundangi. Kesadaran pentingnya hidup rukun & damai dinegara manapun sudah semakin tinggi,, terakhir ini dibuktikan oleh Korea Utara yang mulai membuka diri.

Israel adalah negara yang dibangun dgn dokrin penuh kecurigaan akan masa depannya, curiga dengan negara-negara tetangga sekitarnya. Musuh mereka dimasa lalu adalah bangsa anti yahudi (Nazi Jerman), dan musuh mereka selanjutnya sesungguhnya adalah bayang-bayang yang lebih banyak tercipta akibat keputusan-keputusan yang mereka ambil sendiri (konsekwensi dari keserakahan).

Bukan hal aneh kalau negara zionis tsb suka mengeksekusi orang2 yang dianggab berbahaya dinegara manapun, seperti pembunuhan cendikiawan palestin di malaysia baru-baru ini yang konon buah tangan mosad.

Ketakutan terhadap suatu hal (ancaman) yang belum tentu akan terjadi, kemudian mngeksekusi secara prematur. Melanggar segala aturan etika internasional demi menciptakn kebenaran versi mereka sendiri - tak peduli dengan kebenaran dipihak lain. Khawatir yang berlebihan terhadap eksistensinya, bahkan seekor burung

terbang pun tak sungkan mereka rudal kalau itu datangnya dr arah palestina. Phobia yang berlebihan tsb disebabkn karena mereka SADAR dg keputusan yang telah diambil, bahwa mreka sekarang bukan berdiri ditanah sendiri melainkan ditanah org lain (palestina).

Jika benar negara zionis tsb berencana ingin mengganti mesjid Al Aqsa dg kuil yahudi maka dunia akan mencatat israel benar2 negara "sakit jiwa" sepanjang sejarah.

Artinya mereka memang tidak berkeinginan untuk hidup damai seperti umumnya negara-negara lain di dunia. Sepanjang Israel masih dipimpin oleh generasi Netanyahu cs maka mustahil ada kedamaian di Timur Tengah.

Tidak hanya sebagai seorang muslim, tp sebagai warga dari negara yg ber-perikemanusiaan kita mendukung upaya Palestina untuk membawa insiden pembantaian tsb ke Mahkamah ICC. [syahid/]

Sumber :voa-islam.com