OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 17 Juli 2018

Pemerintah: Harga Telur Naik juga Karena Piala Dunia

Pemerintah: Harga Telur Naik juga Karena Piala Dunia

VIVA.co.id

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

10Berita – Pemerintah menyebut bahwa harga telur naik juga dikarenakan gelaran sepakbola Piala Dunia 2018 di Rusia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyebut, kenaikan harga daging ayam ras dan telur disebabkan tingginya permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh pasokan yang ada. Tingginya permintaan itu disebabkan atas berbagai momen seperti libur sekolah hingga euforia sepak bola dunia.

Sementara itu, menurutnya, rendahnya pasokan juga disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti gangguan produktivitas, cuaca ekstrem, serta harga pakan yang mahal dikarenakan adanya komponen impor yang terpengaruh atas kurs dolar Amerika Serikat.

Keputusan untuk mengurangi kadar obat-obatan agar lebih sehat, terutama antibiotik, juga disebut ternyata memberi risiko lebih besar terhadap jumlah kematian ayam ras. Faktor-faktor itu yang kemudian terakumulasi sehingga menyebabkan meningkatnya harga daging ayam ras dan telur.

Menurut Mendag, lansir Antara, harga daging ayam ras yang rata-rata nasional sudah mencapai level Rp 39.100 per kilogram, dan telur ayam yang sebesar Rp 27.200 per kilogram.

Kementerian Perdagangan mencatat terjadi lonjakan harga telur sejak masa setelah Lebaran Idul Fitri hingga beberapa hari belakangan. Kenaikan harga yang disebut anomali itu terjadi, terutama gara-gara gelaran Piala Dunia 2018 pada 14 Juni-15 Juli 2018.

Mendag mengonfirmasi bahwa memang ada kaitan langsung antara Piala Dunia dengan kenaikan harga telur, terutama yang untuk konsumsi rumah tangga. Selama gelaran sepakbola dunia itu, permintaan telur memang meningkat, sebagai makanan instan untuk menemani bergadang sambil menonton sepakbola.

“Karena tengah malam itu (makan) nasgor (nasi goreng) pakai telor; internet, Indomie telur, dan kornet, pakai telur juga. Saya dulu pernah menyelinap, ada fresh telur langsung kita ambil bikin nasgor,” ujar Mendag kutip VIVA.

Dia tak setuju jika disebut momentum pilkada serentak pada akhir Juni lalu juga menjadi pemicu peningkatan permintaan telur ayam. Sebab, saat masa kampanye pun yang dibagikan beras, gula, hingga sirup. “Enggak ada itu telur (yang dibagikan dalam paket sembako).”

Sementara itu, Kementerian Pertanian tidak memungkiri bahwa akibat liburan panjang hingga Piala Dunia, lonjakan permintaan telur mencapai 20-30 persen. Tingkat permintaan di masing-masing daerah memang berbeda tetapi secara umum sama, yakni karena efek Piala Dunia.

“Kalau demand (permintaan) masing-masing tiap daerah akan beda. Adanya pertandingan Piala Dunia ternyata memengaruhi, saya pikir iya juga, ya,” ujar Fini Murfiani, direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dalam kesempatang yang sama.

Pemerintah mengaku sepakat untuk memberi batas waktu selama satu minggu agar harga dapat turun secara bertahap. Jika tidak terjadi penurunan, maka Kemendag akan menyiapkan langkah-langkah untuk melakukan intervensi pasar, ujar Enggartiasto.

Pada 11 Juli 2018 lalu, Menteri yang sama mengatakan, kenaikan harga telur di beberapa wilayah Indonesia pada beberapa waktu terakhir terjadi karena melonjaknya harga pakan ayam petelur, yang juga disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Harga pakan ternaknya naik, kemudian harga DOC (Day Old Chicken/Anak Ayam) dia juga naik,” kata Enggar di Kemenko Perekonomian di Jakarta, Rabu (11/07/2018) kutip Antara.*

Sumber : Hidayatullah.com