OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 04 Agustus 2018

Ada  yang Janggal dari SBY Soal AHY, Sinyal Strategi Politik Tingkat Tinggi

Ada  yang Janggal dari SBY Soal AHY, Sinyal Strategi Politik Tingkat Tinggi

Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)

10Berita , JAKARTA – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menyatakan bergabung dengan koalisi oposisi bersama Gerindra mengusung Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2019.

Disebutkan, dukungan itu sama sekali tak memaksakan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres.

Hal itu pun kemudian diamini Ketua Umum Partai Gerindra yang menyebut bahwa SBY menyerahkan sepenuhnya soal siapa sosok cawapres yang akan dipilihanya.

Kondisi itu, disebut pengamat politik Said Salahudin sebagai hal yang cukup janggal.

Pasalnya, pernyataan SBY itu sama sekali tak selaras dengan kader-kader Demokrat yang justru getol mempromosikan AHY sebagai cawapres.

Said mengungkap, hal lain yang juga cukup janggal adala keberadaan spanduk dan baliho AHY yang cukup masif di berbagai kota.

Tak hanya itu, sejumlah agenda deklarasi pensiunan dini TNI AD berpangkat Mayor itu juga tak kalah berentetan digelar di berbagai daerah.

Bahkan, beberapa hari lalu, digelar deklarasi mendung putra sulung SBY itu di Gedung Joeang 45, Jakarta.

“Dan besok (Jumat) saya dengar juga akan digelar hal yang sama di Djakarta Theater,” tutup Said, Kamis (2/8/2018).

Dari fakta-fakta tak terbantahkan itu, menurutnya, sejatinya menjadi hal yang tak bisa dibantah.

“Bahwa sejatinya Demokrat sungguh-sungguh mengusung AHY sebagai capres atau cawapres,” lanjutnya.

Akan tetapi, ia memuji apa yang dilakukan Demokrat, PKS dan PKB yang gigih memperjuangkan kadernya masing-masing.

Yakni untuk maju sebagai capres maupun cawapres di Pilpres 2019 mendatang.

Namun, justru ketum Demokrat itu saja yang terlihat tak proaktif.

Di sisi lain, sejumlah elemen Demokrat justru gencar menyodorkan AHY agar bisa diterima sebagai cawapres Jokowi maupun Prabowo.

“SBY justru mengelak disebut menjadi bagian dari upaya itu,” katanya.

Gaya politisi kelahiran Pacitan, Jawa Timur, itu pun tak berbeda tiap kali usai melalukan komunikasi politik.

Baik dengan Jokowi, Prabowo Subianto, Zulkifli Hasan maupun para petinggi PKS.

Yakni selalu mengaku tak menyodorkan AHY dalam berbagai komunikasi poitik tersebut.

“Apa yang dikatakan oleh SBY menurut saya mengganggu akal sehat dan tidak logis,” tutupnya.

Lebih terlihat lagi paradoksnya ketika SBY mengatakan dia tidak mendorong-dorong AHY untuk menjadi cawapres Prabowo.

Tetapi pada saat yang sama, AHY justru diizinkan oleh SBY untuk terus tampil secara aktif dalam pentas deklarasi.

“Oleh sebab itu, saya ingin mengkritik cara SBY yang selalu menutup-nutupi usahanya memperjuangkan posisi cawapres untuk AHY,” katanya.

Menurut Said, sebagai seorang negarawan sekaligus tokoh partai politik, SBY semestinya memberikan edukasi politik kepada rakyat.

Yakni tentang mengapa gagasan soal ‘power sharing’ itu diperlukan dalam suatu pembentukan koalisi.

Khususnya terkait pengisian posisi capres atau cawapres dalam Pemilu yang serentak.

Rakyat harus diberi pengertian bahwa jika Demokrat atau parpol lainnya mengincar posisi capres atau cawapres.

Hal itu dilandasi oleh argumentasi yang ilmiah, sah menurut hukum, dan dianjurkan menurut UU Parpol.

“Jadi janganlah menutup-nutupi suatu agenda politik yang secara kasat mata sebetulnya sudah diketahui jelas oleh publik,” pungkasnya.

(ruh/)

Sumber : pojoksatu