OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 20 September 2018

Inggris Umumkan Dukungan untuk Muslim Rohingya

Inggris Umumkan Dukungan untuk Muslim Rohingya

10Berita, LONDON  – Menteri luar negeri Inggris telah memulai kunjungan dua hari ke Myanmar untuk menekan pemerintah negara itu atas kekejaman oleh militernya terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Jeremy Hunt akan memulai kontaknya dengan pertemuan dengan Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi pada Kamis, kata pernyataan pemerintah.

“Selama perjalanannya ke Burma [Myanmar], Menteri Luar Negeri Hunt akan mengunjungi Asosiasi untuk Bantuan Tahanan Politik (the Association for the Assistance of Political Prisoners) guna berbicara dengan pembela hak asasi manusia dan mengunjungi Rakhine utara, daerah di mana ribuan Rohingya telah melarikan diri,” katanya.

Berbicara pada hari pertama kunjungannya, Hunt mengumumkan “dukungan tambahan dari Inggris untuk mengumpulkan bukti bagi para korban Rohingya yang telah menderita kekerasan seksual dari anggota militer Burma di Rakhine.”

“Misi pencarian fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkap penderitaan yang mengerikan di Burma, dan dalam menghadapi tuduhan serius seperti itu, tidak ada negara satupun yang menganggap dirinya manusiawi dapat mundur dan tidak melakukan apa-apa,” kata Hunt.

“Kami bertekad untuk melakukan semua yang kami bisa untuk memberikan keamanan, martabat dan keadilan kepada para korban. Ini akan menjadi perjalanan panjang, tetapi akan dimulai dengan kondisi mereka sekarang,” tambahnya.

Baca juga: Amnesti Internasional Kecam Sikap Diam Myanmar atas Pembantaian Muslim Rohingya

Hunt menggarisbawahi bahwa Inggris “telah memberikan konseling dan dukungan psikologis kepada lebih dari 10.000 wanita dan menugaskan bidan untuk membantu memberikan perawatan kepada lebih dari 53.000 wanita,” semuanya merupakan target kekerasan seksual tentara Myanmar.

Dia mengatakan dukungan “bagi mereka yang telah menjadi korban tindakan keji ini” akan meningkat.

“Ini akan termasuk penempatan tambahan Tim Pelaksana PSVI [Preventing Sexual Violence Initiative] pada akhir 2018, pengembangan kode etik untuk mengumpulkan bukti, dukungan untuk mekanisme koordinasi yang ditingkatkan, dan peningkatan kapasitas yang lebih besar.”

Hunt mengadakan pertemuan di London pekan lalu dengan perwakilan dari komunitas Rohingya dari Bradford di mana dia mendengar cerita tentang penganiayaan yang mereka hadapi di Rakhine, kata pernyataan itu.

Awal bulan ini Hunt mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Inggris “berkomitmen” untuk memastikan bahwa para pelaku kekejaman di Myanmar akan menghadapi persidangan dan bahwa ia akan mengangkat isu-isu yang disorot oleh laporan Misi Pencari Fakta PBB terbaru dengan Suu Kyi.

Hunt mengatakan “pembersihan etnis, dalam bentuk dan bentuk apa pun, tidak boleh dibiarkan begitu saja” dan “para pelaku kejahatan yang mengerikan ini harus dibawa ke pengadilan.”

Pada bulan Agustus Misi Pencari Fakta Internasional Independen (Independent International Fact-Finding Mission on Myanmar) PBB terhadap Myanmar menyerukan persidangan para pejabat tinggi militer Myanmar, termasuk Panglima Angkatan Darat Jenderal Min Aung Hlaing, di Pengadilan Kriminal Internasional (the International Criminal Court-ICC) karena melakukan genosida terhadap Muslim Rohingya.

“Ini sangat penting dalam semua urusan kami dengan rezim Burma, mereka memahami bahwa sebuah garis telah diseberangi,” kata menteri luar negeri itu setelah laporan PBB.

Baca juga: Terkait Pembantaian Rohingya, PBB Serukan Adili Panglima Besar Myanmar

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut laporan oleh Badan Pembangunan Internasional Ontario (the Ontario International Development Agency-OIDA).

Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga ditembak dengan senjata api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, kata laporan OIDA, berjudul Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap (Forced Migration of Rohingya: The Untold Experience).

Sekitar 18.000 wanita dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar, dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak, tambahnya.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas pada bulan Agustus 2017.

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai komunitas Muslim  yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat sejak ratusan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, mutilasi, dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan negara Myanmar. Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut merupakan kejahatan berat terhadap kemanusiaan.

Sumber : Jurnalislam.com