OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 15 Oktober 2018

Bilang PKI hanya Ilusi, Boni Hargens Diteriaki 'Cebong'

Bilang PKI hanya Ilusi, Boni Hargens Diteriaki 'Cebong'


Diskusi dengan tajuk “Membedah Agenda Politik Komunisme dan Khilafah di Pilpres 2019" yang digelar di kawasan Cikini Jakarta Pusat Sabtu (13/10)| AKURAT.CO/Yohanes Antonius

10Berita , Diskusi dengan tajuk "Membedah Agenda Politik Komunisme dan Khilafah di Pilpres 2019" yang digelar di kawasan Cikini Jakarta Pusat, Sabtu (13/10), berlangsung panas. Saling adu argumen antar narasumber tak terelakkan.
Bahkan Pengamat Politik Boni Hargensditeriaki cebong saat mengutarakan pendapatnya. Cebong adalah sebutan yang dialamatkan kepada pendukung Presiden Joko Widodo.
Boni saat diberikan kesempatan menyampaikan pendapatnya oleh pembawa acara menguraikan panjang lebar soal paham Partai Komunis Indonesia (PKI) dan gerakan khilafah.
Boni menyebut PKI sudah punah sejak lama, sehingga bila ada yang menyebut PKI masih bergentayangan hanya hayalan. Sedangkan gerakan Khilafah, kata dia, benar-benar ada.
"PKI itu ilusi, tapi kalau khilafah itu fakta," tegasnya.
Saat menyatakan hal itu, peserta diskusi yang berjumalah sekitar 30 orang ini sontak meneriaki Boni. Sebagian peserta menyebut Boni adalah pendukung Jokowi.
"Cebong. Dasar (Boni) cebong," teriak beberapa peserta.
Meski diteriaki oleh beberapa peserta sebagai pendukung Jokowi, Boni terlihat tak menghiraukannya. Boni tetap menjelaskan dengan tenang PKI dan khilafah yang disebutnya sebagai gerakan membahayakan keutuhan bangsa Indonesia.
Boni mengatakan, mayoritas teroris yang saat ini dibekuk pihak kepolisian menganut paham khilafah.
"Mako Brimob berapa orang korban, bom Surabaya juga," jelas Boni.
Peserta lain yang juga tak terima dengan pernyataan Boni pun berteriak "hati-hati bahaya laten PKI". Lagi-lagi, seisi ruangan kembali menjadi riuh.
Hadir dalam acara itu, Mayjen (Purn) Kivlan Zein, Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR RI Boni Hargens, Pengamat Politik, Nuruzzaman, PP GP ANSOR, Haris Rusli Motti, Eks Gerakan Mahasiswa 1998, Djoko Edi Abdurrahman, Advokat, mantan DPR RI, Jus Soema Dipradja, Wartawan Senior, Ismail Yusanto, Jubir HTI dan Guntur Romli, Politisi PSI. []

Sumber: AKURAT.CO