OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 10 Oktober 2018

DPR Kecam Diskualifikasi Atlet Judo Indonesia Karena Berjilbab

DPR Kecam Diskualifikasi Atlet Judo Indonesia Karena Berjilbab

10Berita  – Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih mengecam tindakan diskualifikasi atlet putri Indonesia, Miftahul Jannah hanya karena alasan menggunakan hijab.
Miftahul Jannah rencananya akan berlaga dalam cabang Judo blind di kejuaraan Asian Paragames di Jakarta, Senin (8/10) kemarin.
“Prinsipnya, tidak boleh ada pelarangan atas hak menjalankan kepercayaan seseorang, apalagi di ranah olahraga yang menjunjung tinggi nilai humanisme universal,” kata Fikri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (9/10).
Fikri mengatakan, hal tersebut sepenuhnya juga karena kesalahan panitia. Dalam hal ini National Para Olympic Comittee, maupun cabor yang menaungi para atlet judo.

“Bagaimana bisa regulasi tidak didalami lebih dahulu, sampai Miftahul harus turun ke lapangan dan akhirnya didiskualifikasi juri?,” jelasnya.
Ia menuturkan, mestinya sejak technical meeting prematch semua sudah rampung, sehingga tidak sampai ke tengah pertandingan.
Politikus PKS ini mempertanyakan, kenapa pihak terkait sampai lalai terkait regulasi yang berlaku dalam cabang Judo tersebut.
“Ini menunjukkan panitia dan cabor tidak siap menerjunkan para atlet bertanding,” cetus Fikri.
Halaman selanjutnya →
Halaman 1 2
Fikri mengakui, regulasi dalam pertandingan internasional judo berdasarkan ketentuan IJF (International JudoFederation) belum membolehkan atlet menggunakan tutup kepala apapun, termasuk jilbab dalam kejuaraan.
“Mestinya bisa negosiasi sebelumnya, kalaupun permintaan gagaldipenuhi, tidak sampai merugikan kontingen Indonesia sepertiini,” sesal Fikri.
Lebih jauh, kejadian ini akan membuat interpretasi negatif dikalangan publik Indonesia yang mayoritas muslim.

“Masyarakat muslim akan bereaksi karena melihat simbolislam seperti jilbab dilarang dalam event yang ditonton jutaanorang, dan hal itu menyakiti publik,” tuturnya.
Kemudian, lanjut dia, bisa timbul prasangka lain, karena sebelumnya dievent yang lebih besar seperti Asian Games yang baru saja usai, banyak atlet putri yang berhijab, ikut bertanding.
“Dan jilbab terbukti tidak menghalangi atlet untuk berprestasi, bahkan meraih emas, lantas kenapa masih ada pelarangan semacam ini?,” ujarnya.
Sepanjang Asian Games 2018, bertebaran atlet-atlet putri bangsa peraih medali yang juga hijaber.
Di cabang panjattebing ada Aries Susanti Rahayu (emas) dan Puji Lestari(perak). Di cabang pencaksilat ada Puspa Arum Sari (emas) dan Sarah Tria Monita (emas), Nandita Ayu dan Tri Retnoatlet bola voli putri, Diananda Choirunnisa (panahan), hingga peraih emas pertama untuk Indonesia. (tsc)
← Halaman sebelumnya
Halaman 1 2