OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 07 November 2018

Soal 'Tampang Boyolali' vs 'Sontoloyo', Rocky Gerung Sebut Pasar Gelap Kedunguan

Soal 'Tampang Boyolali' vs 'Sontoloyo', Rocky Gerung Sebut Pasar Gelap Kedunguan

Rocky Gerung

10Berita - Pengamat politik, Rocky Gerung mengomentari soal Tampang Boyolali dan Sontoloyo di ILC, Selasa (7/11/2018).
Menurutnya, dengan menyebut tahun politik maka ini menjadi normal.
"Sangat normal, karena di tahun politik mestinya semua sekrup emosi dilonggarin, bukan dikencengin. Supaya kita bisa lega menerima cacian, cercaan, dan segala macam yang sebetulnya tidak dimaksudkan dengan niat," ungkapnya.
Rocky mengatakan, karena memang momentum politik selalu bahkan segala macam kalimat mesti dianggap politik.
"Jadi itu mainan aja. Nggak ada soal. Sama saat saya tanya Karni Ilyas tampang Boyolali atau tampang Sontoloyo gitu," katanya.
"Tapi dia baru bilang tadi, pilih Boyolali atau Sontoloyo, faktanya dia empat kali dapat award. Jadi nggak ada soal," tegasnya.
Rocky mengatakan, yang bahaya adalah kalau dia diseriuskan untuk dicarikan delik.
"Itukan memang nggak paham dengan orang berpolitik. Masa' tahun politik kita hidup dengan delik. Jadi tinggalkanlah soal delik itu," lanjutnya.
Dirinya mencontohkan presiden Jimmy Charter yang dulu diolok-olok, namun menanggapi hinaan dengan biasa saja.
Pun demikian contoh dari dunia perpolitikan Indonesia.
Dimana dalam poolitik Indonesia, ledekan itu justru menghidupkan diskursus.
"Menimbulkan kemampuan untuk olah kembali dan balikkan itu dan jadi permainan retorik aja," katanya.
Rocky Gerung mencontohkan sosok Haji Agus Salim.
Dalam sebuah forum, Haji Agus Salim tengah berpidato, mengisi presentasi.
"Lalu dari ujung sana ada yang meledek dia, embek...embek... Haji Agus Salim nggak bentak meja, dan bilang eh lu sontoloyo keluar atau kau yang menghina saya itu tampang boyolali nggak pantes menghina saya," cerita Rocky.
Agus Salim cuman bilang begini, "Panitia, setahu saya, saya diundang di forum manusia. Mengapa ada binatang di pojok sana?," beber Rocky Gerung.
"Kan kemampuan itu yang ingin kita investasikan dalam politik Indonesia hari ini," katanya.
Rocky juga berbicara soal cacian yang diterimanya setiap kali saya mengatakan dungu.
"Padahal kata dungu sekarang sudah nggak perlu saya pakai lagi, karena kata itu nggak ada nilainya lagi dibandingkan kata sontoloyo yang diucapkan presiden. Sontoloyo itu dungunya dungu itu," katanya.
Soal Tampang Boyolali dan Sontoloyo, Rocky Gerung menyatakan, kita terlalu peka terhadap hal-hal konyol semacam ini.
Jadi lebih konyol lagi, karena kita eksploitasi itu itu berebut margin elektabilitas.
"Di situ konyolnya. Jadi dungunya di situ. Itu hal yang remeh temeh, tapi karena ada problem margin elektabilitas, maka berebutlah kita di situ," katanya.
Lalu kita berhenti berargumen, berkampanye tentang ide, tentang visi segala macam tu.
"Nah, masyarakat kita sekarang diguyur dengan itu. Kehilangan kemampuan untuk mengolah argumentasi. Jadi ada semacam pasar gelap kedunguan di antara politisi," katanya.
Sumber : TRIBUNPONTIANAK.CO.ID 

Artikel