OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 17 Januari 2019

83% Dokter Umum Bergaji di Bawah Standar IDI

83% Dokter Umum Bergaji di Bawah Standar IDI


83% Dokter Umum Bergaji di Bawah Standar IDI

Pemberitaan media dan percakapan di media sosial kembali riuh dengan persoalan masih ada gaji dokter yang masih di bawah tukang parkir mobil. Hal ini disampaikan oleh Prabowo Subianto saat Pidato Kebangsaan di JCC, Senin (14/1/2019). Namun apakah hal ini benar?

Setelah dikonfirmasi langsung oleh media kepada ketua IDI, dr. Daeng M Faqih, SH. MH. Beliau menyatakan bahwa masih banyak dokter yang mendapatkan gaji kurang dari Rp 3 juta per bulan khususnya dokter umum yang berada di daerah-daerah. dr Daeng menjelaskan bahwa dokter umum dan PNS baru di bawah 5-10 tahun (Golongan III A) memiliki gaji pokok sekitar Rp 2,4 juta sampai Rp 2,7 juta.

Gaji ini akan ditambah jasa layanan dari kapitasi BPJS rata-rata sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Sehingga total gaji antara Rp 2,9 juta sampai Rp 3,2 juta atau sekitar Rp 3,4 juta sampai Rp 3,7 juta.

Meskipun demikian, ketika dikonfirmasi kepada Menteri kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, SpM. Menkes justru mengatakan bahwa gaji dokter untuk program Nusantara Sehat bisa mencapai Rp 11,2 juta per bulan. Di mana Nusantara Sehat adalah program dari Kementerian Kesehatan yang mengirimkan dokter ke daerah-daerah di Indonesia.

Menanggapi masalah tersebut, JDN Indonesia yang diketuai oleh dr Andi Khomeini SpPD (K) bersama tim (dr Afifan H, dr Makhyan J, dr Fakih NS, dr Bela D) telah melakukan “Survei Kesejahteraan Dokter Umum” yang disebarkan kepada dokter umum di seluruh penjuru Indonesia. Dari riset yang melibatkan sampel 452 dokter umum yang telah diverifikasi keanggotaannya melalui nomer NPA IDI aktif (bukan dokter internship/dokter muda), didapatkan hasil sebagai berikut:


Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila dokter umum hanya berpraktik di satu tempat praktik saja maka 10,63 persen mampu mendapatkan gaji lebih dari Rp 10,5 juta per bulan. Meskipun demikian, lebih dari seperempat, yakni 26.24 persen dari dokter umum hanya mendapatkan gaji di bawah Rp 3 juta apabila hanya praktik di satu tempat. Padahal, jam kerja mereka dalam satu tempat praktik rata-rata 42 jam per minggu. Artinya jam kerja ini sudah sesuai bahkan sedikit melebihi dari jam kerja standar yakni 40 jam per minggu sesuai dengan pasal 77 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


Apabila gaji tersebut dibandingkan dengan rekomendasi gaji minimal menurut standar IDI tahun 2014 yakni Rp 12.500.000 per bulan, maka sungguh ironis, karena faktanya ditemukan bahwa hanya 5,53 persen dokter umum yang mampu mendapatkan gaji yang sesuai dengan rekomendasi IDI. Sedangkan sisanya, yakni 94,47 persen dokter umum tidak mendapatkan gaji sesuai rekomendasi gaji minimal IDI saat praktik di satu tempatmeski sudah memiliki rata-rata jam kerja sesuai dengan UU Ketenagakerjaan.

Dalam statement-nya, Menkes mengatakan bahwa dokter Indonesia dapat praktik lebih dari satu tempat sehingga berpotensi mendapatkan penghasilan lebih. Statement ini menimbulkan asumsi bahwa dokter meskipun mendapatkan penghasilan kecil apabila hanya berpraktik pada satu tempat, maka dia bisa menjadi rezeki dengan berpraktik di tempat lain. Namun, apakah benar bahwa praktik di beberapa tempat akan lebih menyejahterakan dokter umum?


Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun secara logika memang benar praktik di beberapa tempat akan meningkatkan pendapatan seorang dokter umum. Di mana dengan praktik di beberapa tempat, 24,78 persen dokter umum mendapatkan gaji lebih dari Rp 10,5 juta. Meskipun demikian, ternyata masih ada sekitar 11,02 persen dokter Indonesia yang mendapatkan gaji kurang dari Rp 3 juta per bulannya. Selanjutnya angka ini kita bandingkan dengan standar gaji layak dari hasil berikut:


Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun dokter umum sudah berpraktik di tiga tempat, pada kenyataannya 83,85 persen dokter umum masih mendapatkan penghasilan di bawah rekomendasi IDI tahun 2014. Padahal, jam kerja mereka sudah mencapai 66,27 jam/minggu akibat praktik di beberapa tempat. Jam kerja ini juga sudah melebihi standar UU ketenagakerjaan yang hanya 40 jam/minggu.


Apakah gaji dokter umum yang di bawah Rp 3 juta ini hanya ada di daerah terpencil di Indonesia? 

Ternyata tidak juga, hasil riset JDN Indonesia menunjukkan bahwa gaji dokter di bawah Rp 3 juta banyak ditemui di Jakarta dan Jawa Barat. Hal ini kemungkinan dipengaruhi dengan banyaknya Fakultas Kedokteran di daerah tersebut sehingga jumlah lulusan membludak, sementara kebutuhan dokter sudah tercukupi. Hal ini mengakibatkan dokter masih mau untuk menerima pekerjaan tersebut meski gajinya di bawah Rp 3 juta per bulan daripada menjadi pengangguran intelektual.

Kebanyakan dokter yang mendapatkan gaji di bawah Rp 3 juta per bulan ini adalah dokter puskesmas dan pengganti/dokter tidak tetap yang mengisi klinik apabila dokter utamanya berhalangan hadir. Berikut cuplikan lowongan dokter pengganti yang seringkali dapat kita saksikan berseliweran dalam grup para dokter umum dengan gajinya yang cukup mengejutkan.

Sungguh tragis ternyata pada tanggal 14-15 Januari 2019, di saat statement ada gaji dokter yang di bawah tukang parkir viral, ternyata ada dokter yang bekerja dengan gaji Rp 1.000 per pasien BPJS. Klinik-klinik lain pun hanya memberikan gaji per pasien berkisar antara Rp 2.500-5.000.


Sementara untuk gaji tukang parkir, menurut Manajer operasional parkir Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Iwan Setiawan gaji tukang parkir seusai dengan UMP yakni sebesar Rp 3.648.035. Pada 2019 nilai ini akan naik 8,03 persen sesuai dengan Pergub 114 Tahun 2018 menjadi sebesar Rp 3.940.973. Menurut investigasi dari kumparanjuru parkir pada lahan yang dikelola pemprov umumnya membayar setoran sebanyak Rp 60 ribu per hari sehingga mereka biasanya mendapatkan Rp 50-100 ribu per hari. Sayangnya, data statistik terkait penghasilan rata-rata tukang parkir di Indonesia masih belum diketahui.

Perbandingan gaji dokter dan tukang parkir ini memang tidak bisa dilakukan secara head-to-head karena perbedaan lokasi akan memengaruhi pendapatan dari tukang parkir maupun dokter. Selain itu, tidak adanya referensi standardisasi dan rekap gaji tukang parkir secara nasional akan mempersulit perbandingan data.

Meskipun demikian, dengan adanya fakta bahwa bahwa 15,69 persen dokter yang digaji kurang dari Rp 3 juta dalam satu bulan ada di DKI Jakarta, sementara tukang parkir di DKI Jakarta mendapatkan gaji sesuai UMP yakni Rp 3.648.035. Fakta ini menunjukkan bahwa gaji tukang parkir pun bisa melebihi beberapa dokter umum yang ada di Jakarta.

Lalu, apakah masih ingin menyekolahkan anak Anda di FK yang biayanya makin melangit?

Masihkan FK dapat dianggap sebagai kampus prestisius yang menjamin hidup layak di masa depan?

Silahkan dipikir-pikir kembali.....................

Surabaya, 17 Januari 2019

dr Makhyan Jibril A. MSc M.Biomed
(Residen Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Universitas Airlangga, Alumni University College London, Peraih Beasiswa Pemerintah Inggris Chevening)

Sumber: Kumparan