OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 09 Maret 2019

Kebijakan Baru PTN untuk SNMPTN Membingungkan, Sekolah Minta Siswa Pilih Jurusan Lain

Kebijakan Baru PTN untuk SNMPTN Membingungkan, Sekolah Minta Siswa Pilih Jurusan Lain
  


Ilustrasi SNMPTN

10Berita, SURABAYA - Meski pendaftaran SNMPTN resmi ditutup 16 Februari 2019, Universitas Airlangga (Unair) baru mengumumkan kebijakan penting bagi siswa yang ingin diterima SNMPTN lima hari sebelumnya, 11 Februari 2019.

Kriteria tersebut adalah murid yang ingin diterima SNMPTN, harus memiliki ranking tinggi di sekolahnya.

Beberapa sekolah pun dibingungkan dengan perubahan kebijakan yang dirasa tiba-tiba tersebut, termasuk SMA Negeri 2 Surabaya.

"Ini kebijakan yang membingungkan," kata Kurnia Agustini SMA Negeri 2 Surabaya, Jumat (15/2/2019).

Sebelum kebijakan tersebut disampaikan, Kurnia menyebut Smada biasa mengikuti aturan sebelumnya, yakni kredibilitas sekolah, akreditasi, alumni, dan lain-lain.

"Kalau misalnya pakai patokan itu, berarti mengesampingkan dua aturan yang dipakai secara nasional. Dan itu mendadak lho pemberitahuannya, baru Senin kemarin," ujarnya.

Kurnia mengatakan, tak hanya ia dan rekan-rekannya yang kebingungan, tetapi juga murid-muridnya.

Banyak yang menanyakan apakah kebijakan ini berlaku secara nasional, atau di Unair saja.

Serta ranking yang dimaksud merupakan peringkat kelas, atau paralel.



"Jika di Unair saja, ya anak-anak yang memilih kampus tersebut harus persiapan. Kami sudah mensosialisasikan, jadi sekarang anak harus jeli memilih," jelasnya.


Menurutnya, kebijakan ini sebenarnya tidak akan terlalu memberatkan jika diberitahukan jauh-jauh hari sebelum pendaftaran SNMPTN.

Bila ada pemberitahuan di awal, ia bisa mempersiapkan murid-muridnya yang tidak sesuai kriteria untuk banting stir.

"Menata Smada ini kan susah dibelokkan. Maunya anak-anak ini ya Fakultas Kedokteran, Teknik Elektro, Teknik Lingkungan, Teknik Informatika, yang seperti itu. Adanya aturan baru ini ya semua anak pada bingung. Harapan-harapan yang dulunya sesuai aturan lama harus diubah. Mereka jadi banting stir mendadak," terangnya.

Anak-anak pun menjadi lebih cemas, risau dan kepercayaan dirinya menurun usai mendengar keputusan ini menurut Siti Ainiyah, koordinator BK Smada.

Ia berusaha menjelaskan pada siswa-siswinya bahwa keputusan memilih jurusan merupakan hak mereka sebagai murid.

"Jadi gambling akhirnya, 'nilai saya bisa masuk tidak ya?' akhirnya minta pendapat guru BK. Saya berpesan anak-anak harus meyakinkan diri sendiri, cari-cari resolusi yang mungkin terjadi jika tidak diterima di jurusan impian, dan jangan memilih PTN itu-itu saja," katanya.

Taktik sama juga dilakukan oleh Yanie Soesanti, guru BK SMA Negeri 6 Surabaya.

Ia mengakali dengan melihat jumlah anak yang mengambil jurusan di kampus yang sama, kemudian ia kelompokkan.

"Misalnya sekarang ini ada lima siswa yang mendaftar Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Dari lima kan paling nanti diambil satu saja oleh Unair. Akhirnya saya panggil siswa-siswa tersebut," ujarnya.

Ia lalu menunjukkan peringkat siswa tersebut di sekolah sekaligus peringkat lawannya.

Jika peringkat siswa itu rendah, Yanie akan menyarankan untuk mencari jurusan lain.

"Saya bilang, kalau di sekolah saja rankingnya kalah dengan teman-temannya dengan minat jurusan dan kampus yang sama, bagaimana dengan lawan-lawan luar sekolah? Ayo jangan berdiam diri, cari jurusan lain," ucapnya. (Surya/Delya Oktovie)

Sumber: Jatim.tribunnews.com