OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 27 Mei 2019

Keluarga Ngaku Dilarang Menuntut Saat Ambil Jenazah Harun Rasyid

Keluarga Ngaku Dilarang Menuntut Saat Ambil Jenazah Harun Rasyid




10Berita - Meninggalnya remaja bernama Harun Rasyid dalam rangkaian aksi 21-22 Mei 2019 menyisakan pilu di hati sang ayah, Didin Wahyudin. Didin mengatakan keluarganya sempat disodorkan pernyataan untuk tidak menuntut ketika mengambil jenazah Harun. 

Cerita ini disampaikan Didin saat bertemu dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon di gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (27/5/2019). Didin awalnya mendapat kabar jenazah Harun ada di RS Dharmais, lalu informasi berikutnya menyebutkan jenazahnya ada di RS Polri. Saat hendak mengambil jenazah Harun, Didin mengaku kesulitan. 

Didin awalnya datang ke RS Polri pada Kamis (23/5) malam. Dia lalu diminta untuk kembali pada Jumat (25/5) pagi untuk mengambil jenazah Harun. Pihak RS Polri meminta keluarga menyertakan surat pengantar dari Polres Jakarta Barat. Ia menyerahkan urusan itu kepada sang adik.

Ketika tiba di RS Polri keesokan harinya untuk mengambil jenazah, keluarga Harun disodori surat. Kata Didin, keluarganya diminta menandatangani surat yang isinya agar keluarga tidak menuntut di kemudian hari. Selain itu, ada poin untuk mengautopsi korban.

"Satu hal di situ ada pernyataan keluarga korban tidak boleh menuntut siapa pun, apa pun. Dan kedua, untuk dilakukan autopsi. Itu digabung. Jadi saya bingung harus tanda tangani yang mana adik saya," tutur Didin.

Keluarganya sempat menimbang-nimbang saat akan menandatangani surat itu. Namun Didin mengatakan anggota keluarga lain mendesak agar jenazah Harun segera dipulangkan karena sudah terlalu lama di rumah sakit.

"Memutuskan untuk tanda tangan," kata dia.

Namun hasil autopsi tidak diberikan RS Polri. Jenazah Harun pun diserahkan kepada pihak keluarga dalam keadaan sudah dikafani. Didin mengatakan sempat ingin memandikan dan mengafani Harun lagi, tetapi ide itu ditolak kakek Harun. Ia menyebut hanya melihat wajah Harun hingga sang anak dimakamkan. Dengan demikian, Didin tidak melihat kondisi tubuh maupun bekas luka di badan Harun. 

"Setelah sampai rumah, saya minta buka semua itu kafan, tapi dilarang sama keluarga saya. Kata bapak saya katanya kasihan, sudah dua hari dua malam," ujarnya.

"Padahal saya pengin dimandikan lagi dan saya siap memandikan lagi. Tapi karena sudah terlalu sore, sudah jam 3 sampai rumah. Saya liat wajahnya saja, setelah itu dimakamkan," imbuh Didin.

sumber: detik