Jalan Diponegoro dan Jalan Kiai Mojo
Sebab itu, saat perang berlangsung Jenderal De Kock sampai berkata heran: “Selama ini kami mengira orang Jawa itu lemah dan lembut, namun dugaan kami ternyata salah. Mereka adalah prajurit-prajurit yang tangguh dan ulet, berani maju ke medan tempur tanpa memperdulikan nyawanya sendiri!”
Saat Belanda untuk kesekian kali mematoki tanah makam leluhur Mataram, rakyat marah. Diponegoro pun mengambil momentum dengan memulai jihad fi sabilillahnya. Rakyat di berbagai daerah menyambut dengan pekik “Allahu Akbar”. Dalam waktu singkat ratusan ribu laskar telah terbentuk dan menghancurkan pasukan Belanda di banyak tempat hingga Belanda harus memanggil pasukannya yang ada di Sumatera, Borneo, Celebes, dan lainnya ke Jawa untuk mengeroyok para mujahidin Diponegoro. Belanda juga mendatangkan pasukan-pasukan pribumi, para pengkhianat Nusantara, untuk melawan Diponegoro. Belanda-Belanda ireng ini jauh lebih kejam dan buas ketimbang tentara bule sendiri dalam menghadapi para mujahidin.
Sumber: Ersmuslim