OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 06 Juni 2019

Terpuruk dan Tak Kompeten lagi, Menkeu Sri Mulyani era Jokowi hanya Mampu Capai Target Perekonomian maksimal 5,3%

Terpuruk dan Tak Kompeten lagi, Menkeu Sri Mulyani era Jokowi hanya Mampu Capai Target Perekonomian maksimal 5,3%

10Berita- Menkeu Sri Mulyani, setali tiga uang dengan Jokowi, yakni tidak mampu naikkan pertumbuhan ekonomi inklusif sampai 7%. Gagasan Menkeu Sri sama dengan Jokowi: sudah kopong, miskin terobosan, kompetensi makin lemah, buruk, gagal dan terpuruk. Tidak mungkin ekonomi tumbuh inklusif 7%, sebab tumbuh 5% itu sangat tidak cukup untuk menyerap lapangan kerja dan menegakkan keadilan/lemakmuran serta inklusifitas. Makanya pemerintah Jokowi dengan Menkeu Sri tahun ini menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,3%. Target ini ditetapkan karena pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019 tumbuh di kisaran 5%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019 sebesar 5,07%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawatimenjelaskan pemerintah tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang ada setiap tahunnya
"Jadi kita tetap berikhtiar untuk mencapai target 5,3%, tentu tantangannya adalah ekspor dan current account hingga trade balance," kata Sri Mulyani di Kompleks Widya Chandra, Rabu (5/6/2019).

Dia menyampaikan saat ini memang ekspor Indonesia sedang tertekan oleh kondisi global yang penuh ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

"Ekspor kita sekarang di dalam posisi mendapatkan tekanan, jadi itu juga akan mempengaruhi kemampuan kita untuk shifting kepada destinasi ekspor yang lain, mungkin tidak secepat yang kita harapkan dan itulah yang menjadi tantangan kita bagaimana kompensasinya terhadap pelemahan ekspor ini," jelas dia.

Sri Mulyani tetap optimis jika pertumbuhan ekonomi masih sesuai dengan target yang ditetapkan yakni 5,3%.

Dia menjelaskan saat ini seluruh negara berharap jika perang dagang ini bisa terjadi negosiasi dan berakhir. Namun sekitar satu bulan terakhir aksi dan reaksi antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping justru membuat suasana yang lebih buruk.
Sumber: KONFRONTASI