OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 11 September 2019

Keanehan Peringatan “ASYURA” di GBK, Waktu Sholat Ashar Tiba Bablas

Keanehan Peringatan “ASYURA” di GBK, Waktu Sholat Ashar Tiba Bablas




10Berita Hari Senin kemarin (9/9/2019) dalam kalender Islam merupakan tanggal 9 Muharram. Nabi Muhammad SAW menyunnahkan kepada Umat Islam untuk melakukan puasa Tasu’a dan juga puasa Asyura (hari ini). Namun, bagi kalangan Syiah, peringatan hari Tasu’a dan Asyura berbeda. Mereka memperingati Asyura atas kematian putra Ali bin Abi Thalib di Karbala.

Di Jakarta, peringatan Asyura diketahui diadakan di Gedung Tennis Indoor Gelora Bung Karno (GBK). Menurut flayer yang beredar, acara dimulai sejak pukul 12.30 hingga pukul 17.00 WIB.

Dari jalan Gatot Subroto, terlihat beberapa orang berpakaian hitam-hitam sedang mengendarai motor menuju Gelora Bung Karno. Memasuki area GBK, beberapa orang berpakaian hitam mulai dari wanita yang bercadar, anak-anak perempuan berumur 5 tahun pun menggunakan jubah berwarna hitam. Laki-lakinya, mengenakan kaos berwarna hitam, bervariasi tulisan di kaosnya.

Untuk masuk ke gedung Tennis Indoor, tidak cukup ketat. Hanya diminta mengisi semacam buku tamu yang berisi nama, alamat, nomor handphone, asal daerah dan atau asal komunitas/jama’ah.

Setelah mengisi daftar tamu, peserta yang ingin masuk ke tempat dilangsungkannya acara, oleh panitia diperiksa badan terlebih dahulu. Benda tajam dan korek tidak boleh dibawa masuk.

Ketika kami (wartawan kiblat.net) memasuki gedung Tennis pukul 14.30 WIB, peserta yang mayoritas mengenakan pakaian hitam sudah memenuhi lapangan bawah yang diubah menjadi aula pengajian.

Lapangan dialasi karpet berwarna hitam, dan di bagian Selatan lapangan, dibangun panggung. Dipasang background panggung dengan tulisan Haul Cucunda Rasul SAW 1441 H/2019 “ASYURA IMAM HUSAIN AS ; NKRI BERSATU UNTUK INDONESIA UNGGUL”. Judul ini diapit dua logo Ahlul Bait Indonesia (ABI) dan IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia).

Prosesi Asyuro sendiri, dimulai sejak pukul 12.30 WIB. Setelah sambutan dari panitia, Miftah Rahmat, anak Jalaluddin Rahmat menyampaikan ‘ceramah’nya, yang disebut panitia sebagai pidato kebangsaan.

Miftah menyampaikan tentang pentingnya mengambil hikmah dari peristiwa Karbala, dan mencontoh para sahabat cucu Nabi Muhammad SAW, Husain Radhiyallahu Anhu.

“Semoga kita selalu di jalan Al Maksumin, seperti sahabat-sahabatnya Imam Husain, yang menemani perjalanan Imam Husain,” ujar Miftah.

Selanjutnya, pembicara kedua yaitu Ketua Dewan Syuro ABI (Ahlul Bait Indonesia), Dr Umar Sahab MA yang membawakan pidato kebangsaan bertema besar menjadikan Indonesia Unggul.

Di sela-sela pidatonya, Umar menyeru kepada peserta Asyuro dengan bahasa Arab ‘Man Yansuruni’, kemudian dijawab oleh peserta Asyuro dengan ‘Labbaika ya Husain’.

Umar menceritakan, seruan ini diteriakkan Husain ketika di Padang Karbala ketika perang, dan saat semua anak-anak dan juga sahabatnya telah gugur. Pembawa acara lantas menyampaikan bahwa acara selanjutnya adalah Maktam Pertama.

Pada acara Maktam ini, panitia menampilkan sekitar dua puluh remaja penampil. Mereka membawakan syair panjang berupa cerita-cerita kesengsaraan para Nabi dan juga kisah meninggalnya Husain r.a.

Pada beberapa bagian, para peserta memukul-mukul dadanya sendiri. Oleh seorang yang enggan disebutkan namanya, prosesi memukul dada disebut Pukul Dada Azdari. Sedangkan penampilan puluhan remaja disebut Maktam atau juga Maqtal.

Ketika waktu Ashar tiba, anehnya para panitia tidak menghentikan acara, bahkan tidak sedikitpun me-mention(mengingatkan/memberi tahu) tentang sholat ashar. Pidato Kebangsaan terakhir selesai pada pukul 16.30 WIB, kemudian pembawa acara menyampaikan acara dilanjutkan dengan pembacaan Catatan Maqtal Abal Husain, dimulai dengan Maqtam ke satu.

Sama dengan pembacaan Maqtal sebelumnya, puluhan remaja naik ke atas panggung. Kali ini, dua bendera dibawa. Satu berwarna Hijau dan satunya berwarna merah. Kemudian panitia mengeluarkan satu lagi bendera berwarna merah dengan pinggiran berwarna emas, bendera ini lebih besar dari keduanya. Para peserta dan remaja di depan memukul mukul dadanya sembari diiringi syair-syair cerita Husain, baik dengan bahasa Indonesia maupun bahasa Arab.

Menurut pantauan Kiblat.net, pihak kepolisian turut memberikan pengamanan dalam acara ini. Kapolsek Tanah Abang, saat ditemui di lokasi mengatakan bahwa kepolisian menerjunkan 1700 personil untuk memastikan acara tetap aman.

“Kita sudah jaga setiap pintu masuk kawabnan GBK, kita anstisipasi dari kelompok lain kontra terhadap kegiatan lain nanti kita sekat untuk tidak dengan area itu,” tuturnya.

Bahkan, ia juga menyebutkan bahwa perayaan asyuro kali ini sudah mendapat izin resmi. Baik dari kementrian agama maupun kepolisian. “Izin sudah ada dari kementerian agama dan kepolisian, kegiatan hari ini ini jam sampai 18.00 WIB,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyatakan bahwa ajaran Syiah telah memenehui sepuluh kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan MUI dalam Rakernas pada Selasa, 6 Nopember 2007, di Sari Pan Pasifik, Jakarta. Bahkan, MUI Jawa Timur sudah mengeluarkan fatwa yang tertuang dalam keputusan No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah.

Sumber: Kiblat

***

Komenter Arsyad Syahrial di akun fbnya:


Lihatlah betapa ramainya perayaan hari ‘Âsyûrô’ kaum agama Syi‘ah Rôfidhoh kemaren di Istora, Kompleks GBK. نعوذ بالله من ذلك Jadi teringat ada seorang kakek tua mengatakan bahwa berita tentang berkembangnya agama Syi‘ah Rôfidhoh adalah "Berita Syaithôn" yang ditujukan untuk menakut-nakuti kaum Muslimîn. Kemudian ada lagi seorang kakek tua lain, temen si kakek tua yang tadi, yang mengatakan berita tentang berkembangnya agama Syi‘ah Rôfidhoh ini sebagai ketinggalan kereta. Apa para kakek tua itu sudah tahu ada acara begini kemarin? Lalu apa tindakan para kakek tua tersebut? الله المستعان
Dikirim oleh Arsyad Syahrial pada Senin, 09 September 2019

Sumber: portal Islam