OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 31 Desember 2019

Peneliti LIPI: Masalah Besar Indonesia Ketimpangan Sosial, bukan Radikalisme

Peneliti LIPI: Masalah Besar Indonesia Ketimpangan Sosial, bukan Radikalisme


Prof Dr Siti Zuhro
10Berita,JAKARTA Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Siti Zuhro, MA menegaskan bahwa masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini bukan radikalisme, tapi ketimpangan sosial.
Menurutnya, ketimpangan sosial ini diakibatkan dari ekonomi global yang stagnan. Dengan ketimpangan sosial itu muncul gejolak-gejolak yang akhir-akhir ini terjadi.
“Kita sedang mengalami ketimpangan sosial ekonomi yang sangat serius. Jadi yang dihadapi itu bukan radikal radikul. Kalau pemerintah tidak melakukan perubahan yang fundamental maka stagnasasi akan terus terjadi,” ujar Siti Zuhro dalam diskusi Outlook Ekonomi Politik Indonesia 2020 di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/12/2019).
Siti Zuhro menambahkan, di antara indikator ketimpangan sosial itu dapat dirasakan secara nyata yaitu masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.
Bahkan ketimpangan sosial ini dapat ditemukan tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta. Ia mencontohkan di Provinsi Banten yang angka penganggurannya sangat tinggi.
Artinya, ketika ada pengangguran yang tinggi maka dapat dipastikan ditemukan kemiskinan yang signifikan pula.
“Jadi yang harus dipikirkan oleh negara itu bagaimana mengentaskan kemiskinan, agar ketidakharmonisan di tengah-tengah masyakarat juga bisa ditangani,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Siti Zuhroh, negara atau pemerintah harusnya tidak fokus pada permasalahan radikalisme, juga jangan terus-terusan menyeretnya ke ranah politik identitas.
Justru yang harusnya menjadi fokus pemerintah adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sebab, Siti menilai, potensi radikalisasi masih ada jika ketimpangan sosial dan SDM-nya tidak diperbaiki.
Selanjutnya pemerintah juga harus memperhatikan lebih terhadap pendidikan politik. Salah satunya, adalah dengan melakukan pembenahan pada skema partai politik. Sebab, kata Siti Zuhroh, sampai sekarang skema dan kualitas partai politik di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan.
Apalagi hingga saat ini perbaikan mutu pendidikan politik masih hanya sekadar wacana. Maka tak heran jika setiap menjelang pemilihan umum (Pemilu) selalu bermunculan partai-partai baru.
“Harus ada perbaikan pendidikan politik dan regulasinya. Tidak bisa lagi kita memberikan kebebasan berserikat lalu bikin partai yang terus muncul tiap mau pemilu. Kalau memang kita menganut sistem presidensial maka harus segera dibenahi,” tegas Siti Zuhroh. []

Sumber: Republika.co.id

Related Posts:

  • Jejak Islam di NigeriaJejak Islam di Nigeria Sebanyak 98 persen dari 11 juta jiwa penduduk Nigeria beragama Islam. 10Berita ,  JAKARTA -- Sebanyak 98 persen dari 11 juta jiwa penduduk Nigeria beragama Islam. Negeri ini terletak di wilay… Read More
  • Peneliti: Hukum Islam Kaya, Canggih, dan LuasPeneliti: Hukum Islam Kaya, Canggih, dan Luas Tidak selalu pemimpin agama menentang hak perempuan. 10Berita , JAKARTA -- Peneliti sekaligus Asisten Profesor di Universitas Winston AS Alice Kangmenyimpulkan bahwa para pe… Read More
  • Mengapa Malam Jumat Mengapa Malam Jumat Foto: Michael Hyatt 10Berita, BAGI Anda yang sudah menikah, tentu tak asing dengan “jadwal Kamis malam.” Memang berbagai selorohan soal Kamis malam di kalangan orang dewasa, “Nanti … Read More
  • Beda Poligami dan Pelakor, bagai Surga dan Neraka?Beda Poligami dan Pelakor, bagai Surga dan Neraka? Foto: Health Line 10Berita, BARU-BARU ini kasus perebutan suami orang alias pelakor ramai diperbincangkan. Pengkhianatan, perselingkuhan dan pelakor memang terlarang da… Read More
  • 9 Mukjizat Nabi Daud yang Tidak Dimiliki Oleh Nabi Lain 9 Mukjizat Nabi Daud yang Tidak Dimiliki Oleh Nabi Lain 10Berita, Pada suatu ketika, di wilayah kerajaan yang dikuasai Nabi Daud as terjangkit wabah penyakit kolera. Banyak rakyat yang mati karena penyakit ini. Nabi Daud as … Read More