OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 17 Maret 2020

Apa Itu Lockdown? Berikut Deretan Dampak Lockdown

Apa Itu Lockdown? Berikut Deretan Dampak Lockdown

 

10Berita - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah berpendapat, bila Indonesia pada akhirnya menerapkan lockdown akibat wabah virus corona (Covid-19), maka dampaknya akan buruk bagi perekonomian.

Khususnya sektor informal, menurut dia, akan kehilangan penghasilan. Sektor produksi akan terganggu karena banyak produk yang akan berkurang pasokannya.

"Termasuk juga merencanakan antisipasi apabila dilakukan "lockdown" dampaknya bisa dipastikan akan signifikan, perekonomian seperti dimatikan. Semua ini harus diantisipasi dan disiapkan solusinya," katanya kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (16/3/2020).

Selama ini, dia menilai, pemerintah nampak ragu untuk mengambil tindakan drastis mengatasi virus corona.

Sebab, pemerintah menghadapi dilema antara fokus mengatasi virus corona dengan upaya menyelamatkan perekonomian.

"Beberapa kebijakan stimulus sudah dikeluarkan pemerintah untuk membantu dunia usaha. Tapi apakah pemerintah sudah mempersiapkan kebijakan untuk kondisi terburuk?" terang Piter.

Piter merasa khawatir dengan penanganan virus corona yang dianggap serba tanggung saat ini.

Karena akan terjadi lonjakan penderita yang pada akhirnya akan memaksa pemerintah melakukan isolasi.

"Bila ini nanti dilakukan tanpa perencanaan dan dilakukan ketika korban corona sudah tidak tertanggulangi maka proses recovery-nya akan jauh lebih lama dan dampak negatifnya terhadap perekonomian justru akan jauh lebih besar," katanya.

Jadi, dia mengusulkan kepada pemerintah memprioritaskan penanggulangan virus corona dengan cara "lockdown".

Namun, isolasi itu harus direncanakan dengan mantang. Seperti rencana pemerintah daerah sekarang ini, contohnya transportasi publik.

"Contoh saja sekarang, diimbau untuk mengurangi aktivitas, kendaraan publik dikurangi, eh ternyata masih banyak instansi pemerintah dan perusahaan yang buka kantor. Akibatnya terjadi antrean panjang hampir semua kendaraan publik," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang mempertimbangkan opsi melakukan lockdown wilayah Jakarta untuk penanggulangan virus corona. Lockdown sendiri adalah menghentikan aktivitas keluar dan masuk suatu wilayah.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia ( Hippindo) Budihardjo Iduansjah, mengatakan pihaknya tidak mengharapkan langkah lockdown diambil pemerintah karena bisa melumpuhkan ekonomi di Jakarta.

"Ini yang tidak kami harapkan. Tapi sebenarnya, pencegahan corona bisa dilakukan dengan cara lain, tergantung sistem yang diterapkan pemerintah," kata Budihardjo kepada Kompas.com, Senin (16/3/2020).

Dia mencontohkan, negara lain yang sama-sama sudah berurusan dengan virus corona, tidak lantas mengambil kebijakan lockdown. Namun menempuh alternatif lain.

"Ada beberapa metode yang bisa dicontoh, seperti Korea Selatan. Dia tidak melakukan penutupan, tapi memang ada pengecekan secara ketat, di setiap sudut ada tes corona," ujar dia.

Buka lebih siang

Akibat kekhawatiran virus corona, Budihardjo mengatakan para tenant di mal ingin menyesuaikan jam buka lantaran anjloknya jumlah pengunjung.

"Kita terakhir rapat Jumat lalu, tapi belum kita putuskan di mana kita juga masih menunggu pemerintah. Tapi ternyata dari para tenant mal, ingin buka siang hari. Jadi kita putuskan itu," ucap Budihardjo.

Menurut dia, tidak membuka toko sejak pagi dinilai jadi solusi sementara untuk efisiensi biaya setelah mal-mal di Jakarta kondisinya sangat sepi dalam beberapa hari terakhir.

"Karena kami melihat trafik pengunjung mal sangat sepi, lebih baik optimalkan di malam hari. Jadi kita pilih satu shift saja atau mulai di atas jam 11.00 siang. Cuma surat dari organisasi belum keluar, baru kita sampaikan secara lisan," ujar Budihardjo.

Kendati demikian, keputusan membuka toko lebih lama dari biasanya hanya berlaku untuk tenant-tenant di mal. Sementara untuk supermarket tetap diusulkan tetap buka seperti biasa.

"Ini bagian dari langkah efisiensi. Kalau supermarket tetap buka dari pagi. Bahkan kalau bisa buka lebih pagi karena memudahkan orang berbelanja kebutuhan pokok. Sementara di mal lebih banyak tenant penjual baju dan sebagainya," ungkap dia.

Budihardjo mengatakan penurunan pengunjung mal di Jakarta bahkan mencapai 50 persen lebih. Penurunan paling banyak terjadi pasca imbauan Gubernur DKI Jakarta.

"Yang pasti sepi. Di awal-awal trafik pengunjung turun 10 persen, lalu naik 20 persen, sekarang terasa sampai 50 persen penurunan pengunjung di mal," jelas Budihardjo.

"Penurunan paling terasa setelah ada imbauan dari Gubernur DKI untuk tidak bepergian di pusat-pusat keramaian," kata dia lagi.

Selain itu, banyaknya tempat-tempat wisata yang tutup juga membuat penurunan signifikan jumlah kunjungan ke pusat-pusat perbelanjaan.

"Secara psikologis, kalau banyak tempat-tempat wisata ditutup otomatis membuat penurunan trafik pengunjung mal," ujar Budihardjo.

Diungkapkan dia, sepinya kunjungan di mal relatif hanya terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Sementara untuk pusat perbelanjaan di daerah, hampir tak terkena dampak kekhawatiran virus corona.

"Kalau dari laporan anggota, mal-mal di daerah belum terpengaruh, yang sepi kan di Jakarta. Kalau di luar Jakarta mungkin karena kasusnya tidak banyak," tutur Budihardjo.

Pihaknya belum bisa menaksir kerugian dari para tenant mal di Jabodetabek akibat sepinya kunjungan ke mal.

"Taksiran kerugian belum hitung. Karena kalau buat tenant hitungan kerugian dikalkulasi dari biaya per meter yang dibandingkan dengan target minimal penjualan. Itu sangat tergantung dari luasan toko yang ada," ungkap dia.

Sumber:TRIBUNMANADO.CO.ID