OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 17 Mei 2020

Indonesia Terserah

Indonesia Terserah




10Berita,Saya akui, terkadang memang ingin menyerah, atau paling tidak melampiaskan marah, pecahkan saja biar gaduh biar ramai dan apapun yang terjadi terserah!

Beberapa hari ini, saya mengalami sendiri ketika harus keluar dan mengantar paket-paket makanan pada yang perlu, jalanan sudah tampak seperti biasanya.

Di sosial media, diwakili dengan terminal 2 di bandara, juga ramai-ramai di salah satu restoran cepat saji di sarinah. Rasanya semua upaya seolah sia-sia.

Sebelumnya, bahkan polemik istilah mudik dan pulang kampung, padahal esensinya sama; pergerakan manusia, yang artinya juga pergerakan virus.

Semua tahu, virus tak bisa bergerak sendiri, maka cara membuat angka penghuni RS turun, sekaligus memberi waktu dokter dan tenaga medis, adalah #tetapdirumah.

Nasib kita punya pemerintah yang mencla-mencle, alasannya pertimbangan kesehatan tapi juga pertimbangan ekonomi, terserah aja, esensinya sama, manusianya bergerak.

Kebijakan yang satu dibatalkan kebijakan yang lain, penghuni negeri sendiri diminta sabar tak keluar, tapi yang dari luar dibolehkan untuk masuk.

Tapi nurani itu masih ada, mata dan telinga rakyat terjaga, mereka mengetahui semua itu, dan mulai muak, kesal, putus asa, tak tahu lagi mau bertanya atau mengadu kemana.

Kritik pemerintah disamakan makar, memberi usulan dikata selalu mencari kesalahan, menasihati dituduh membenci. Apa pilihan terakhirnya? Indonesia terserah!

Apakah pemerintah tak paham? Ini justru jeritan mereka yang sangat mencintai negerinya? Mereka yang mungkin lebih peduli dari pejabat ongkang kaki bergaji tinggi?

Pesan masuk, “Ustadz, salahkah saya sebagai perawat, menyerah saja dengan kondisi begini? Kami berusaha sekuatnya, tapi kami tak ada yang perhatikan kami”, begitu.

Saya menjawab mengabaikan rasa hati: “Berusahalah sebaiknya, jangan sampai kesalahan orang lain membuat kita membenarkan atas kesalahan yang akan kita perbuat”, singkat.

Sedih. Tarawih berjamaah, shalat Jum’at, kajian yang dikalahkan. Seolah sia-sia. Tapi itulah, menjadi Muslim itu resikonya: kita tak boleh berhenti peduli

Walau yang punya wewenang tak peduli.

Penulis: Ustaz Felix Siauw

Sumber: portal Islam

Related Posts:

  • Uighur di Antara Kepentingan Cina dan Amerika Uighur di Antara Kepentingan Cina dan Amerika  Oleh: Ainul Mizan*10Berita - Kaum muslim Uighur saat ini menjadi isu yang seksi untuk ditarik sesuai kepentingan masing – masing.Kaum muslim Uighur yang tinggal di … Read More
  • UYGHUR & PERANG DAGANG AS-CHINA UYGHUR & PERANG DAGANG AS-CHINA 10Berita - Tau kan ya CNN, BBC, WSJ dll lagi gencar pemberitaan tentang Uyghur? Ya, AS dan China lagi perang dagang, urusan politik pun pasti kebawa-bawa. Anyway, apapu… Read More
  • Masih Soal Uighur: Separah-parahnya Amerika Masih Ada Kontrol, KALAU CHINA? Masih Soal Uighur: Separah-parahnya Amerika Masih Ada Kontrol, KALAU CHINA? Masih Soal Uighur: SEPARAH-PARAHNYA AMERIKA, MASIH ADA KONTROL. KALAU CHINA? By Asyari Usman(Ex Wartawan senior BBC Internasional)Perhati… Read More
  • UIGHUR DALAM LINTASAN SEJARAH UIGHUR DALAM LINTASAN SEJARAH UIGHUR Oleh: Pay Jarot Sujarwo*Pertama kali mengetahui tentang Uighur, saat saya membaca catatan perjalanan Agustinus Wibowo. Perjalanan tersebut dilakukannya (jika saya tidak salah) sek… Read More
  • Peri Kemanusiaan Terhadap Muslim Uyghur Peri Kemanusiaan Terhadap Muslim Uyghur 10Berita - Gejolak dunia Islam tidak henti-hentinya, begitu juga dengan umat Islam di berbagai belahan dunia terus mengalami diskriminasi dan penyiksaan. Di India Undang-un… Read More