OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 04 Juni 2020

Sekolah Menerapkan New Normal Life, 3 Skenario Tahun Ajaran Baru, Termasuk Dimulai Januari 2021

Sekolah Menerapkan New Normal Life, 3 Skenario Tahun Ajaran Baru, Termasuk Dimulai Januari 2021

10Berita - Dalam waktu dekat, dikabarkan sekolah di Indonesia akan dibuka lagi dengan menerapkan hidup new normal, ada 3 skenario tahun ajaran baru  termasuk dimulai Januari 2021.

Saat ini Indonesia masih menghadapi wabah covid-19  yang tak kunjung mereda, namun Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan segera tiba.

Meski jadwal tahun ajaran baru  2020/2021 sudah ditentukan oleh Pemerintah, namun Menteri Nadiem Makarim membantah jika sekolah akan mulai dibuka.

Menteri Nadiem Makariem sudah menyiapkan tiga skenario tahun ajaran baru di tengah pandemi virus Corona di Indonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan jadwal tahun ajaran baru tahun 2020/2021 yakni pada 13 Juli 2020.

Sebelumnya sempat beredar kabar jika jadwal tahun ajaran baru 2020 akan dimulai pada pertengahan bulan Juli 2020.

Namun, Menteri Nadiem Makarim membantah jika siswa dan siswi akan mulai masuk sekolah pada bulan Juli mendatang.

Semua skenario telah dipersiapkan untuk menentukan jadwal tahun ajaran baru 2020.

Kewenangan kapan masuk sekolah bagi murid sekolah ternyata bukan kewenangan mutlak Nadiem Makarim.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim  mengatakan telah menyiapkan berbagai skenario terkait permulaan tahun ajaran baru  2020/2021.

Hal ini disebabkan pandemi covid-19 yang belum mereda di Tanah Air.

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah siap dengan semua skenario," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Rabu (20/5/2020), dikutip dari Kompas.com dalam berita berjudul, "Mendikbud Siapkan Skenario Memulai Tahun Ajaran Baru di Tengah Pandemi".

Nadiem mengatakan, Kemdikbud terus berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19.

Nadiem Makarim (Tribunnews.com)

Keputusan Kemendikbud terkait pelaksanaan tahun ajaran baru  akan merujuk pada kajian Gugus Tugas.

Menteri Nadiem Makarim  dengan tegas membantah soal informasi yang beredar bahwa tahun ajaran baru akan dimulai 15 Juni 2020 mendatang.

"Mohon menunggu dan saya belum bisa memberikan statement apapun untuk keputusan itu. Karena dipusatkan di gugus tugas. Mohon kesabaran. Kalau ada hoax-hoax dan apa sampai akhir tahun, itu tidak benar," kata Nadiem Makarim saat melakukan rapat kerja virtual dengan Komisi X DPR RI Jumat (22/5/2020).

Tahun ajaran 2020/2021 akan dimulai pada 13 Juli 2020.

Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan keputusan tersebut diambil lantaran kalender pendidikan dimulai pada minggu ketiga bulan Juli dan berakhir pada Juni.

"Itu setiap tahun begitu," katanya dalam konferensi di Jakarta, Kamis (28/5/2020) seperti dikutip dari Kompas.com dalam berita berjudul, "Plus Minus Wacana Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona".

3 Skenario Tahun Ajaran Baru 2020

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) mempersiapkan sejumlah skenario dimulainya pembelajaran di sekolah Tahun Ajaran baru 2020-2021,

Kemungkinan terburuk baru bisa dimulai Januari tahun depan, tahun 2021.

Ada tiga skenario waktu yang disiapkan.

Sekolah dimulai Juli atau Agustus dan Desember atau Januari 2021.

Dikutip dari laman Kemenko PMK, sedikitnya ada tiga skenario yang telah disiapkan.

Seperti yang dikatakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono dalam rapat koordinasi dalam rapat koordinasi Kemenko PMK membahas Persiapan Masuk Kembali ke Sekolah melalui telekonferensi di Jakarta, Jumat (1/5/2020).

1. Sekolah Dibuka Akhir Bulan Juli

Skenario pertama adalah skenario optimis yakni sekolah dibuka kembali akhir bulan Juli atau pertengahan Agustus.

2. Menggunakan Pembelajaran Daring

Skenario kedua adalah pesemis apabila covid-19 berakhir diakhir 2020, yakni menggunakan pembelajaran daring dengan fokus kepada daerah yang tidak mendapatkan akses listrik dan internet.

Sehingga mendapatkan hak pembelajaran dan dilakukan evaluasi jangkauan TVRI apakah bisa menjangkau sekolah yang tidak memiliki listrik.

3. Mengubah Awal Tahun Ajaran Baru di Bulan Januari 2021

Skenario ketiga yaitu apakah dimungkinkan mengubah awal tahun pembelajaran baru di bulan Januari 2021.

"Laporan Bapak Menko (Muhadjir Effendy) kepada Bapak Presiden adalah pembelajaran pada semester ini belum dapat dibuka kembali," ungkap Agus.

Plus Minus Sekolah di Tengah Pandemi

Konsultan Pendidikan dan Karier sekaligus CEO Jurusanku.com, Ina Liem menjelaskan pemberlakuan KBM di sekolah di tengah pandemi tidak bisa diberlakukan di seluruh Indonesia.

Menurutnya, masih ada sejumlah wilayah di Indonesia yang masih dalam kondisi zona merah dan zona hijau.

"Dalam membuat kebijakan pendidikan di Indonesia, sebetulnya tidak bisa seragam secara nasional, mengingat kondisi sarana prasarana tiap daerah berbeda-beda," ujar Ina, Kamis (28/5/2020) dikutip dari Kompas.com dalam berita berjudul, "Plus Minus Wacana Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona".

Ia menambahkan, sejauh ini belum ada keputusan resmi dari pemerintah terkait pembukaan sekolah di Juli nanti.

Sementara itu, masih ada sejumlah pelajar yang tinggal di daerah tertinggal, terpencil, dan terpelosok (3T) di mana koneksi internet bahkan saluran TVRI belum terjangkau.

Adapun kondisi ini dinilai tidak apa-apa jika proses belajar mengajar ditiadakan di sekolah, asalkan tetap mengikuti protokol kesehatan.

"Tidak ada salahnya sekolah dibuka bulan Juli, tetapi tetap dengan mengikuti protokol kesehatan," ujar Ina.

Di sisi lain, ada juga pelajar yang tinggal dengan fasilitas penunjang kegiatan belajar yang mumpuni, seperti koneksi internet yang lancar, namun terletak di zona merah.

Kondisi inilah yang memungkinkan sekolah tidak harus kembali dibuka pada Juli 2020.

"Apabila kondisinya seperti ini, bisa melanjutkan online learning, sambil perlahan-lahan ada jadwal masuk sekolah yang hanya untuk social interaction anak, agar mereka tidak stres, karena butuh social interaction tersebut," lanjut dia.

Kondisi Ideal

Kurva pasien virus Corona di Indonesia belum masuk ke fase landai.

Ina menambahkan soal kondisi ideal, seharusnya sekolah dibuka menunggu kasus covid-19 hilang agar penyebaran virus  tak makin luas.

"Faktanya, kondisi ideal ini tidak selalu bisa dicapai dalam hidup kita, karena banyak faktor kalau menyangkut banyak orang, apalagi ratusan juta jumlahnya.

Kita sudah lihat sendiri banyak orang tidak memikirkan kepentingan publik sehingga tetap melanggar aturan-aturan PSBB," kata dia.

Jika berdasar analisisnya, covid-19 belum akan hilang dalam waktu dekat.

Hal ini dikarenakan, meski negara sudah nol kasus positif virus Corona, namun manusia tetap pulang-pergi, sehingga penyebaran covid-19 menjadi seperti bola pingpong.

Oleh karena itu, setidaknya Indonesia harus bersiap pada 2-3 tahun ke depan.

Namun jika membahas kemungkinan terburuk covid-19  baru akan hilang 2-3 tahun mendatang, tak mungkin kegiatan sekolah dihentikan sama sekali.

"Jadi, mau tidak mau pasti anak harus kembali ke sekolah. Pilihannya Juli ini atau tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021, masing-masing pilihan ada plus minusnya," terang Ina.

Ia menjelaskan, faktor plus yang mendukung terselenggaranya pembukaan kembali sekolah pada Juli 2020 adalah sekolah di daerah tertinggal yang menjadikan kegiatan belajar menjadi sulit, karena keterbatasan akses internet.

Sehingga ada juga guru yang rela berkeliling rumah muridnya di desa untuk memberi ilmu kepada mereka.

"Untuk sekolah-sekolah yang punya fasilitas, tapi belum siap sepenuhnya home learning, plusnya, anak-anak jadi tidak terlalu stres dengan beban tugas yang banyak dari guru, ketidakjelasan materi yang disampaikan secara online, dan ada social interaction yang memang dibutuhkan oleh anak-anak," katanya lagi.

Risiko Penyebaran

Di sisi lain, wacana pembukaan sekolah di bulan Juli dengan menerapkan new normal.

Semisal benar dilakukan, memunculkan faktor risiko penyebaran covid-19 yang tidak kunjung selesai.

"Saya ikut berempati terhadap pembuat kebijakan negeri ini, karena dihadapkan pada keputusan sulit saat ini.

Yang bisa kita lakukan hanya meminimalkan risiko tersebut," ujar Ina.

"Kita harus terima kenyataan pahit, menunggu kondisi ideal sepertinya kecil sekali kemungkinannya.

Kalaupun menunggu hingga Januari 2021, saya yakin kekhawatiran orangtua tidak akan hilang juga," lanjut dia.

(*)

Sumber: Surya Malang