Direktur Eksekutif CERDAS: Hanya Anies yang Paham Masalah Pendidikan dari Semua Capres
10Berita - Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting untuk mendapat perhatian dari para calon presiden. Di antara para capres, hanya Anies Baswedan yang menguasai bidang tersebut.
“Sebagai orang pendidikan, dari semua tokoh yang digadang-gadang bakal menjadi calon presiden, hanya beliau yang tahu urusan pendidikan,” jelas Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji dalam perbincangan dengan KBA News, Rabu, 18 Januari 2023.
Dia mengetahui Anies mengerti persoalan pendidikan bukan karena mantan rektor Universitas Paramadina itu satu-satunya capres saat ini yang pernah menjadi menteri pendikan dan kebudayaan. Karena banyak orang yang sempat menjadi mendikbud tapi tidak tahu masalah pendidikan.
“[Saya] Tahunya dari mana? Dari paparan pertama beliau sebagai Mendikbud. Judul paparannya adalah ‘Gawat Darurat Pendidikan Indonesia’. Jadi beliau sudah tahu masalahnya,” ungkapnya merujuk paparan Anies selaku Mendikbud dalam acara Silaturahmi Kementerian dengan Kepala Dinas, 1 Desember 2014.
Hanya saja, sambung pakar pendidikan ini, Anies belum sempat mencari “obat” dari berbagai penyakit dalam bidang pendidikan tersebut tapi sudah keburu dicopot Presien Joko Widodo pada masa pemerintahan jilid I.
“Mungkin beliau butuh orang membantu untuk menemukan obatnya. Tapi penyakitnya beliau sudah tahu,” kata kolumnis jebolan University of Toledo dan Dana University, Amerika Serikat ini.
Indra Charismiadji mengingatkan semua pemimpin dan termasuk para calon presiden harus memberikan perhatian serius terhadap pendidikan. Karena dalam konstitusi sudah jelas ditegaskan bahwa tugas utama pemerintah, siapa pun presidennya, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Itu yang selalu dilupakan oleh hampir semua bahkan mau saya katakan semua pemimpin yang kita miliki sekarang. Artinya (pendidikan) enggak pernah menjadi prioritas. Di lagu kebangsaan kita saja jelas kan bunyinya, ‘Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.’ Bukan bangunlah kereta cepatnya, bangun ibu kotanya,” katanya menyentil.
Dalam penilaiannya, pemerintah selalu lebih memilih membangun monumen dibanding memperhatikan sumber daya manusia, karena membangun manusia itu tidak kelihatan hasilnya. Kedua, prosesnya butuh waktu lama.
“Anak dari SD sampai lulus SMA itu butuh waktu 12 tahun. Artinya dua periode [pemerintahan] tidak cukup. Itu pun belum kelihatan. Tapi kalau banyak jalan tol, bangun bandara, itu kelihatan. Tapi yang kita butuhkan membangun manusianya,” paparnya.
Peristiwa kerusuhan antara pekerja lokal dan pekerja asing di perusahaan tambang nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada akhir pekar lalu mestinya dijadikan pelajaran berharga.
“Sudah terlihat dari peristiwa Morowali. Kenapa sih kita mengimpor tenaga kerja asing? Alasannya kan, karena SDM kita tidak bagus, tidak produktif. Terus pertanyaannya, kenapa tidak dibuat produktif. Kan gitu? Jadi memang harus manusianya yang dibangun,” demikian Indra Charismiadji.
Sumber: kbanews