
10Berita – Taufan Al-Aqsha adalah perang kemerdekaan. Ujungnya adalah kemerdekaan Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis, serta berakhirnya penjajahan atas bangsa Palestina. In syaa Allah. Kenapa harus dengan perang? Tidak ada jalan selain perang untuk menghadapi rencana jahat Zionis ‘Israel’.
Ketika penjajah Zionis mengebom rumah, masjid, gereja, sekolah, bahkan rumah sakit di Gaza, sambil mencincang dan membakar tubuh-tubuh lembut bayi dan anak-anak Gaza, sebenarnya mereka memang sudah mempersiapkan rencana pengosongan Gaza sepenuhnya.
Rencana resmi dan tertulis pemerintahan Zionis ‘Israel’ terkait kebijakan mengenai penduduk sipil Gaza yang dituangkan dalam sebuah dokumen Kementerian Intelijen Zionis, belum lama ini dibocorkan oleh situs berita +972 Magazine. Isi dokumen tersebut, antara lain mencakup:
Penggulingan Hamas
‘Israel’ berambisi menggulingkan rezim Hamas, mengusir penduduk Gaza, dan melakukan perubahan ideologi (de-Nazifikasi) di kalangan penduduk.
Setelah menguasai Gaza dan mengusir sebagian besar penduduknya, penjajah berencana membentuk pemerintahan militer. Selanjutnya, memberikan kekuasaan kepada Otoritas Palestina dan menempatkan mereka sebagai entitas pemerintahan di Gaza.
Untuk bisa mencapai semua itu, ‘Israel’ tahu betul bahwa mereka harus melakukan pertempuran di daerah-daerah padat penduduk yang akan memakan korban warga sipil Palestina, mengorbankan serdadunya sendiri, serta memerlukan banyak waktu. Semakin lama pertarungan intensif berlanjut, semakin tinggi risiko pembukaan kedua front di utara.
Selain itu, ‘Israel’ juga paham bahwa penduduk Gaza akan menentang pemerintahan Otoritas Palestina karena sudah dicoba pada masa lalu.
Oleh karena itu, ‘Israel’ merancang opsi lain, yakni membentuk pemerintahan militer ‘Israel’ pada tahap pertama yang bersifat sementara, kemudian membangun kepemimpinan politik lokal Arab non-Islam untuk mengelola aspek sipil mengikuti model pemerintahan yang ada di Uni Emirat Arab.
Kenapa ‘Israel’ tidak bisa mempertahankan pemerintahan militer di Gaza? Karena, “kekuasaan militer atas penduduk sipil akan menyulitkan Israel untuk mempertahankan dukungan internasional yang luas dari waktu ke waktu,” demikian isi salah satu poin dalam dokumen tersebut.
Pemisahan penduduk
Pemisahan antara penduduk Palestina di Yudea dan Samaria (Tepi Barat), serta Gaza juga merupakan salah satu strategi penjajah untuk menghalangi “berdirinya negara Palestina”. Oleh karena itu, penjajah sangat takut kalah dalam agresi kali ini di Gaza. “Tidak dapat dibayangkan bahwa hasil dari serangan ini akan menjadi kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi gerakan nasional Palestina dan jalan menuju pembentukan negara Palestina.”
Menurut penjajah Zionis, model Yudea dan Samaria (Tepi Barat) saat ini dengan kendali militer ‘Israel’ dan otoritas sipil di bawah Otoritas Palestina bisa bertahan karena adanya permukiman ilegal Yahudi yang ekstensif di seluruh wilayah.
“Tidak ada cara untuk mempertahankan penjajahan militer yang efektif di Gaza hanya dengan basis kehadiran militer tanpa permukiman, dan dalam waktu singkat akan ada tekanan internal Israel dan internasional untuk menarik diri. Situasi ini menyiratkan adanya negara sementara yang tidak akan mendapatkan legitimasi internasional jangka panjang—serupa dengan situasi yang terjadi saat ini di Yudea dan Samaria, namun lebih buruk lagi. Negara Israel akan dianggap sebagai kekuatan kolonial dengan tentara pendudukan. Pangkalan dan pos terdepan akan diserang, dan Otoritas Palestina akan menyangkal keterlibatan apa pun.”
Perubahan ideologi
Penjajah Zionis bahkan merancang narasi publik untuk menginternalisasi kegagalan dan moral ketidakadilan Hamas, serta mengganti persepsi lama dengan ideologi Islam moderat. “Proses ini mirip dengan de-Nazifikasi yang dilakukan pada masa Nazi Jerman dan Kekaisaran Jepang. Antara lain, sangat penting untuk mendikte kurikulum sekolah dan memaksa penggunaannya untuk seluruh generasi.”
‘Israel’ juga mengkhawatirkan dukungan masyarakat yang luas terhadap Hamas di Yudea dan Samaria (Tepi Barat). “Kepemimpinan Otoritas Palestina dipandang di seluruh Yudea dan Samaria sebagai korup dan lemah, serta mereka kalah dari Hamas dalam hal dukungan publik.”
Penjajah mengakui kekuatan Hamas di mata masyarakatnya. Dalam dokumen tersebut dijelaskan:
“Dalam situasi saat ini, tidak ada gerakan oposisi lokal terhadap Hamas yang bisa menggantikannya. Artinya, bahkan jika kepemimpinan lokal muncul dengan gaya tertentu yang mirip dengan Uni Emirat Arab, itu masih terdiri dari pendukung Hamas.”
“Situasi ini menyulitkan upaya menciptakan perubahan ideologi yang diperlukan dan pemberantasan Hamas sebagai gerakan yang sah. Sebagai perbandingan, selama proses de-Nazifikasi di Jerman pasca-Nazi, kepemimpinan baru terdiri dari individu yang menentang Nazi. Dengan tidak adanya gerakan lokal yang luas yang berkomitmen untuk memberantas Hamas, mencapai perubahan ideologi yang diperlukan akan sulit.”
Sekali lagi, ‘Israel’ menekankan kuatnya pengaruh Hamas. Dalam dokumen intelijen itu, ‘Israel’ mengungkapkan, meskipun pemerintah militer ‘Israel’ digantikan dengan pemerintah Arab secepat mungkin, tidak ada jaminan bahwa kepemimpinan baru akan melawan semangat Hamas.
“Pemerintahan Arab lokal akan menghadapi tantangan besar dalam melaksanakan narasi yang diperlukan untuk perubahan ideologi, terutama karena di Gaza ada seluruh generasi yang terdidik di bawah pengaruh ideologi Hamas… Oleh karena itu, skenario yang paling masuk akal bukanlah pergeseran ideologi, melainkan munculnya pergeseran ideologi baru, bahkan mungkin lebih banyak lagi gerakan-gerakan Islam yang ekstrem.”
Oleh karena itu, ‘Israel’ menilai sangat penting melaksanakan rencana penggulingan Hamas dan penjajahan Jalur Gaza.
Dukungan negara Teluk untuk ‘Israel’
Meski mengakui tak mudah, ‘Israel’ yakin penggulingan Hamas akan mendapat dukungan dari negara-negara Teluk.
“Opsi ini akan memperkuat kendali Mesir di Sinai utara. Kehati-hatian harus dilakukan untuk membatasi masuknya senjata ke Sinai utara dan tidak melegitimasi perubahan terhadap klausul perlucutan senjata dalam perjanjian damai.
Perlunya upaya yang lebih luas untuk mendelegitimasi Ikhwanul Muslimin di Mesir dan di seluruh dunia, dan untuk mengubah organisasi itu menjadi sebuah kelompok penjahat yang mirip dengan Da’esh—dari sudut pandang hukum, di seluruh dunia dan khususnya di Mesir.”
Pengusiran penduduk Gaza ke Sinai
Terkait evakuasi penduduk sipil Gaza ke Sinai, untuk tahap pertama ‘Israel’ berencana mendirikan kota-kota tenda di kawasan Sinai. Selanjutnya, membentuk “zona kemanusiaan untuk membantu penduduk sipil Gaza” dan membangun kota-kota di daerah pemukiman kembali di Sinai utara.
‘Israel’ juga menegaskan tidak akan mengizinkan penduduk melakukan aktivitas atau bertempat tinggal di dekat perbatasan dengan ‘Israel’. Zona steril beberapa kilometer akan dibuat di Mesir dan perimeter keamanan akan dibangun di dekat wilayah perbatasan ‘Israel’ dengan Mesir.
Untuk memuluskan tujuan ini, beberapa rencana sudah dijalankan ‘Israel’, yakni menyerukan evakuasi kepada penduduk Gaza. Kedua, melakukan serangan dari udara dengan fokus di utara Gaza untuk memungkinkan invasi darat di daerah yang penduduknya sudah mengungsi.
Dalam rencananya, invasi darat ‘Israel’ dilakukan bertahap ke wilayah di utara dan sepanjang perbatasan sampai penjajahan seluruh Jalur Gaza, serta pembersihan bunker-bunker bawah tanah pejuang Hamas.
Terkait perintah kepada warga Gaza untuk mengungsi, ‘Israel’ berdalih bahwa migrasi skala besar dari zona perang (Suriah, Afganistan, Ukraina) dan pergerakan penduduk adalah hasil yang wajar dan diinginkan karena bahaya yang terkait dengannya tersisa di zona perang.
Sekali lagi, penjajah ‘Israel’ membenarkan serangan brutalnya terhadap warga sipil Gaza dengan mengatakan, “Ini adalah perang defensif melawan organisasi teroris yang melakukan invasi militer ke Israel. Permintaan untuk evakuasi penduduk non-kombatan dari daerah tersebut adalah metode yang diterima secara luas untuk menyelamatkan nyawa, dan itulah pendekatan yang digunakan oleh Amerika di Irak pada tahun 2003.”
Terkait upaya mengusir penduduk Gaza, ‘Israel’ sudah merencanakan secara detail upaya mendorong inisiatif diplomatik kepada negara-negara yang dianggapnya cocok menampung penduduk Gaza sebagai pengungsi. Pun, upaya menggiring opini publik seraya menciptakan citra positif bagi dirinya sebagai penjajah.
Amerika Serikat
“Kemungkinan kontribusi: Bantuan dalam mempromosikan inisiatif ini dengan banyak negara, termasuk memberikan tekanan kepada Mesir, Turkiye, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab untuk berkontribusi pada inisiatif, baik dengan sumber daya atau dengan penyerapan para pengungsi.
Insentif: Memulihkan statusnya sebagai pemimpin global dan negara kunci dalam penyelesaian krisis. Ketertarikan untuk menciptakan perubahan regional yang signifikan dan memberikan pukulan terhadap poros radikal.”
Mesir
“Kemungkinan kontribusi: Pembukaan pelintasan dan penyerapan segera penduduk Gaza yang akan pergi dan berkumpul di wilayah-wilayah yang ditentukan di Sinai; mengalokasikan lahan untuk permukiman; melakukan tekanan diplomatik terhadap Turkiye dan negara-negara lain untuk memprioritaskan hal ini daripada menyerap sejumlah besar pengungsi.
Kemungkinan insentif: Menekan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk mengambil tanggung jawab; bantuan keuangan untuk krisis ekonomi saat ini di Mesir.”
Arab Saudi
“Kemungkinan kontribusi: Bantuan keuangan dan alokasi anggaran untuk upaya relokasi penduduk ke berbagai negara; mendanai kampanye yang menyoroti dampak buruk yang disebabkan oleh Hamas dan merusak citranya.
Insentif: Tekanan dari Amerika Serikat selain komitmen untuk menggunakan payung pertahanan kelompok tempur yang ditempatkan di kawasan melawan Iran sebagai jaminan keamanan; untuk memosisikan Arab Saudi sebagai pihak yang membantu umat Islam dalam krisis; kepentingan Saudi jelas kemenangan Israel atas Hamas.”
Negara-negara di Eropa dan khususnya Mediterania — Yunani/Spanyol
“Kontribusi: Penyerapan dan pemukiman.
Insentif: Penyerapan anggaran dan dukungan finansial negara-negara Arab untuk kepentingan proses ini.”
Negara-negara di Afrika Utara (Maroko, Libya, Tunisia)
“Kontribusi: Penyerapan dan pemukiman; bantuan segera di bidang organisasi di luar Jalur Gaza.
Insentif: Penyerapan dan dukungan finansial negara-negara Arab untuk mendukung proses ini; solidaritas umat Islam; tekanan dari negara-negara Eropa; tindakan melalui kontak yang dimiliki Israel dengan beberapa negara ini dengan cara yang memungkinkan mereka mempertahankan hubungan ini tanpa perlu melakukan apa pun yang merusak reputasi mereka di kalangan orang Arab di dunia.”
Kanada
“Kontribusi: Penyerapan penduduk dan pemukimannya dalam kerangka kebijakan imigrasi yang permisif.”
Biro periklanan besar
“Kemungkinan kontribusi: Kampanye untuk mempromosikan rencana ini di dunia Barat dan upaya untuk menyelesaikan krisis ini dengan cara yang tidak menghasut atau menjelek-jelekkan Israel; merancang kampanye global yang tidak pro-Israel dan fokus pada pesan membantu saudara-saudara Palestina dan merehabilitasi mereka, bahkan dengan nada yang menegur atau bahkan merugikan Israel, ditujukan untuk populasi yang tidak dapat menerima pesan lain.
Kampanye khusus bagi warga Gaza sendiri untuk memotivasi mereka agar menerima rencana ini—pesan yang disampaikan harus berkisar pada hilangnya lahan, dengan memperjelas bahwa tidak ada harapan lagi kembali ke wilayah-wilayah yang akan segera dijajah Israel, terlepas apakah itu benar atau tidak. Kesannya harus seperti ini, ‘Allah memastikan Anda kehilangan tanah ini karena kepemimpinan Hamas—tidak ada pilihan selain pindah ke tempat lain dengan bantuan saudara-saudara Muslimmu.’”
Sumber: Sahabat Al-Aqsha.