OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 06 Desember 2017

Bikin Nangis, Curhatan Perempuan Taubat Usai Tonton ILC: Kuingin Husnul Khatimah

Bikin Nangis, Curhatan Perempuan Taubat Usai Tonton ILC: Kuingin Husnul Khatimah



10Berita - Setelah menonton ILC bertajuk “212: Perlukah Reuni?” yang mempertontonkan kebodohan dan kebohongan Abu Janda cs, seorang perempuan yang selama ini pro kecebong akhirnya tersadar dan bertaubat.

Ia menyampaikan curhat tertulis kepada sahabatnya, Yeni Kamil. Ini isinya yang sangat mengharukan...

Yen.. maafin gw yaaa 
selama ini gw buta banget....
bener kata lo tai kucing tetep kecut dan bacin 
kagak bakal jadi rasa coklat.

Malu gw seumur seumur 
liat orang yang selama ini gw sanjung sanjung 
ternyata cuma tembelek ayam....
keliatannya aja kokoh pas di toel buyar.....

semua dah gw blokir blokiran akun akun si profesor, 
yang kata lu kang bubur,kang kopi dan kang buku...
masih ada Yen beberapa lagi yang mau gw blokir blokirin.

Sumber : Tarbiyah

Sebut Felix Siauw ”Baru Ngerti Agama Dikit”, Fotografer Darwis Triadi DISKAKMAT Netizen

Sebut Felix Siauw ”Baru Ngerti Agama Dikit”, Fotografer Darwis Triadi DISKAKMAT Netizen


10Berita - Kecerdasan Felix Siauw menunjukkan kualitas lawan bicaranya dalam diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang semalam, Selasa, 5 Desember 2017, masih menjadi pembicaraan hangat di linimasa media sosial Twitter.

Berbagai tokoh Islam memuji penampilan Felix, seorang mualaf keturunan Tionghoa yang dengan sangat santun tetapi tajam menyikat bersih Arya Permadi, yang menyebut diri sebagai Ustadz Abu Janda.

Tak hanya tokoh Islam, penganut Katolik pun secara terbuka mengagumi Felix Siauw.

3 yg saya suka dr ucapan Ustadz Felix ( walau saya Katolik ) :
1.Saya dibiasakan bicara dengan data.
2. Orang kalau udah mau tenggelem,ada jerami juga digapai
3.Momentum Persatuan👍🏻👍🏻 tulis @Adedarta

Namun anehnya, hal ini tak berlaku bagi pengagum Ahok, kalau mungkin malu disebut Ahoker, Darwis Triadi, seorang jebolan sekolah penerbangan Curug yang merintis karir sebagai fotografer secara otodidak.

Di mata penganut Katolik bernama lengkap Andreas Darwis Triadi ini, Felix Siauw baru ngerti ilmu agama "dikit".

"ILC td malam, itu yg namanya Felix baru ngerti ilmu agama dikit, udh komen kaya gitu, ga sadar bahwa negara indonesia ini pancasila dan direbut dr penjajah dgn spirit pancasila.." cuit fotografer Darwis Triadi di akun twitternya @darwistriadi.

Cuitan Darwis yang merendahkan Felix ini segera ditanggapi netizen.

"Mas Darwis masih Katolik atau sudah mualaf?

Kalau masih Katolik, please stay away and give no comment, itu bukan ranah agama Anda.

Kalau sudah mualaf, buktikan Anda lebih paham agama ketimbang Dik Felix.

Salam dari kelg alm GA Soegiharto. " Cuit @wartapolitik

"Lho Bukannya Pancasila baru lahir jauh setelah perang melawan penjajahan? #LBP
Logika Berfikir Photographer senior begini doang... #LBP" Tulis @BoengParno

"Nama besar yg susah payah dibangun selama ini, hancur seketika dlm hitungan detik gara2 nulis status yg ga mutu 👎" tulis @pemintal_sunyi.

Sumber : portal-islam.id

Hamas Serukan "Hari Kemarahan" Terkait Krisis Yerusalem

Hamas Serukan "Hari Kemarahan" Terkait Krisis Yerusalem



10Berita - GAZA, PALESTINA - Kelompok perlawanan Islam Hamas Palestina pada Selasa kemarin (5/12/2017) mendeklarasikan 'hari kemarahan' sebagai tanggapan mereka atas keputusan AS terkait kota Yerusalem.

Hamas merilis statemen berbunyi: "Kami mengimbau warga Palestina menandai 'hari kemarahan' terhadap Israel pada Jumat ini, sebagai tanda pencekalan rencana AS memindahkan kedutaan mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem, dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel."

Pesan itu menekankan bahwa Yerusalem adalah 'garis merah' bagi warga Palestina dan gerakan perlawanan tidak akan membolehkan itu dinodai.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan siap mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindahkan kedutaan AS ke kota itu, tiga pejabat senior AS memberikan kepastian pada Selasa.

Keputusan itu akan mengucilkan AS di mata dunia internasional karena berseberangan dengan kebijakan AS selama ini dan menghalangi upaya memajukan perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina.

Yerusalem tetap menjadi sumber konflik Israel-Palestina, khususnya karena Palestina memproyeksikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka.[fq/anadolu]

Sumber : Voa-islam.com

Terkait Krisis Yerusalem, Erdogan Ancam Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Terkait Krisis Yerusalem, Erdogan Ancam Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel



10Berita - ANKARA, TURKI  - Presiden Turki Erdogan menegaskan bahwa Yerusalem memiliki arti penting bagi umat Islam, dan dengan mengabaikan hal itu akan mengakibatkan konsekuensi yang serius.

Hal itu disampaikannya dalam mengomentari laporan media yang menyebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

"Presiden Trump, Yerusalem adalah 'garis merah' bagi Muslim. Kami meminta AS untuk mempertimbangkannya sekali lagi," tandas Trump dalam pertemuan kelompok parlementer Partai Keadilan dan Pembangunan, Selasa.

Erdogan juga memperingatkan bahwa jika AS tetap bersikeras, Turki akan memutus hubungan diplomatik dengan Israel.

"Jika AS tidak membatalkan keputusan ini, kami akan menggelar pertemuan kerja sama Islam di Istanbul," tambah presiden.

Media AS melaporkan bahwa Trump tengah mempertimbangkan untuk memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, sekaligus mengakui Yerusalem sebagai ibu kota resmi Israel.[fq/anadolu]

Sumber : Voa-islam.com

Jejak Kerajaan Islam di Sulawesi

Jejak Kerajaan Islam di Sulawesi

10Berita ,  JAKARTA -- Islam datang di Sulawesi, terutama bagian selatan sejak abad ke-15 M. Para pedagang Muslim dari Malaka, Jawa, dan Sumatra banyak berdatangan di kawasan ini. 

Khusus Sulawesi Selatan, Islam datang agak terlambat jika dibandingkan daerah-daerah lainnya di Nusantara, seperti Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Maluku.

Hal ini disebabkan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan terutama kerajaan Lawu, Gowa dan Tallo sebagai cikal bakal wilayah tempat masuknya Islam, dikenal sebagai kerajaan besar yang berpengaruh dan menjadi kerajaan dagang pada akhir  abad XVI atau awal abad XVII.

Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebarannya. Salah satunya di Sulawesi. Kerajaan-kerajaan Islam yang terdapat di Sulawesi Selatan antara lain Luwu, Gowa-Tallo, Bone, Soppeng, dan Wajo. Dan di Sulawesi Tenggara Kerajaan Konawe. Berikut ini tiga kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Sulawesi :

 Kerajaan Gowa-Tallo

Secara resmi kedua raja dari Gowa dan Tallo memeluk Islam pada 22 September  1605 M. Kerajaan Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo.

Sejak itu, Gowa meluaskan politiknya agar kerajaan-kerajaan lainnya juga masuk Islam dan tunduk di bawah kekuasaannya. Meski Gowa-Tallo sudah Islam, pada masa pemerintahan raja-raja Gowa selanjutnya, mereka tetap berhubungan baik dengan Portugis yang beragama Kristen Katolik. Contohnya, masa Sultan Gowa Muhammad Said (14 Juni 1639-16 November 1653) dan masa putranya Sultan Hasanuddin (16 November 1639-29 Agustus 1669).
 
Kerajaan Bone

Islamisasi di Bone tidak terlepas dari islamisasi Kerajaan Gowa. Sultan Alauddin melakukan penyebaran Islam secara damai. Pertama-tama ia lakukan dakwah Islam terhadap kerajaan-kerajaan tetangga.

Islam masuk di Bone pada masa La Tenri Ruwa sebagai Raja Bone XI pada  1611 M dan ia hanya berkuasa selama tiga bulan. Sebab, beliau menerima Islam sebagai agamanya padahal dewan adat Ade Pitue bersama rakyat menolak ajaran tersebut.  

Perlu diketahui, sebelum Sultan Adam Matindore ri Bantaeng atau La Tenri  Ruwa memeluk Islam, sudah ada rakyat Bone yang telah berislam. Bahkan, Raja sebelumnya We Tenri Tuppu karena mendengar Sidendreng telah memeluk Islam, ia pun tertarik belajar dan wafat di sana. Sehingga, ia digelari Mattinroe ri Sidendren.

Kerajaan Konawe

Masuk dan berkembangnya Islam di Kerajaan Konawe merupakan bagian dari proses perkembangan agama Islam di Sulawesi Tenggara khususnya, dan Indonesia umumnya.

Islam masuk di Kerajaan Konawe pada abad ke-18 yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari Buton, Ternate, dan Bugis. Namun, diduga jauh sebelumnya telah masuk pedagang-pedagang dari Buton, Ternate, dan Bone. Akan tetapi, Islam belum diterima secara resmi.

Sumber : Republika.co.id

Fahri Hamzah: Kata ‘Kafir’ adalah Terminologi Agama

Fahri Hamzah: Kata ‘Kafir’ adalah Terminologi Agama


Achmad Fazeri/Hidcom

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah

10Berita – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menanggapi kalangan yang mempermasalahkan kata ‘kafir’ dalam beragama.

Fahri menilai bahwa istilah tersebut merupakan percakapan di ruang Nabi dan pribadi.

“Jangan istilah kafir ini dibikin tegang,” katanya  dalam diskusi “212: Perlukah Reuni?” program ILC di Hotel Borobudur, Jakarta, semalam, Selasa (05/12/2017).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai, kata ‘kafir’ merupakan terminologi dalam agama yang ada dalam kitab suci.

“Dan semua kitab suci mengandung anasir-anasir itu,” jelas Fahri.

Baca: Kafir Tapi “Baik”, Dijamin Selamatkah?


Begitu juga, lanjutnya, agama lain mempunyai definisi dengan caranya masing-masing.

“Saya terima menjadi kafir bagi agama lain. Karena saya berpegang dengan iman saya,” tandasnya.

Fahri menyebutkan bahwa yang dipastikan adalah tidak ada kata ‘kafir’ dalam konstitusi.

“Bahwa kita harus sadari ada ruang yang bernama agama, ada ruang yang bernama negara,” katanya.

Fahri pun mengkhawatirkan bahwa jika hal tersebut menjadi ‘mazhab’ dalam bernegara.

“Saya takutkan terminologi agama ini mau dianggap hate speech (ujaran kebencian). Masak terminologi ini dianggap ajaran yang bertentangan dengan Pancasila,” pungkasnya.* Ali Muhtadin

Baca: Siapakah yang Telah Kafir?


Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber : Hidayatullah.com

Terbongkar Sudah, Khilafah, Liwa’ dan Rayah Bukan Ajaran Hizbut Tahrir, tapi ….

Terbongkar Sudah, Khilafah, Liwa’ dan Rayah Bukan Ajaran Hizbut Tahrir, tapi ….


10Berita -  Hizbut Tahrir Indonesia oleh pemerintah, Masyarakat secara umum ketika dihadapkan pada konsep khilafah dan bendera tauhid mereka langsung menunjukkan jarinya dan mengatakan Hizbut Tahrir. Khilafah.. pasti hizbut tahrir, bendera Tauhid, itu pasti hizbut tahrir.

Seiring waktu yang berjalan pasca pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia pemahaman masyarakat tentang khilafah dan bendera tauhidpun mengalami pergeseran. Apalagi dengan masifnya pemberitaan pro kontra tentang khilafah dan bendera tauhid yang kemudian ditemukan adanya dalil yang tak terbantahkan bahwa khilafah, liwa’ dan rayah memiliki sandaran qur’an, sunnah dan sejarah.

Apalagi baru-baru ini Ramai diperbincangkan di media sosial tentang soal ujian akhir semester disalah satu Madrasah Aliyah Kalimantan Selatan. Soal tersebut berisikan materi tentang khilafah.



Seperti dikutip dari detikcom Kementerian Agama telah mengetahui soal ujian yang menjadi viral tersebut. Kemenag menilai tak ada yang salah dengan soal tersebut karena masih dikaitkan dengan makna pemerintahan dalam Islam.

“Berkenaan dengan soal ujian yang beredar/viral tersebut, sebenarnya Kemenag memberikan kewenangan kepada guru dan Kemenag provinsi untuk menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dipergunakan,” kata Kepala Biro Humas Kemenag, Mastuki, Selasa (5/12/2017).

“Jika pun ada pertanyaan tentang khilafah dan khalifah itu dikaitkan dengan makna ‘pemerintahan dalam Islam’ seperti penjelasan poin satu. Jadi tidak ada yang salah dalam pertanyaan tersebut. Seperti pertanyaan soal yang lain yang menuntut pemahaman atas bahan ajar pada masing-masing pokok bahasan,” jelasnya.

Menurut Mastuki, bahasan tentang khilafah memang masuk bahasan tentang ‘Sistem Pemerintahan dalam Islam’ di kelas XII MA. Buku yang mengajarkan hal tersebut diterbitkan langsung oleh Kemenag.

Fakta tentang soal ujian tersebut dan pernyataan kemenag adalah bukti bahwa khilafah adalah ajaran Islam, bukan ajaran yang dibuat oleh HIzbut Tahrir.

Adapun mengenai liwa’ dan rayah Bendera putih bertuliskan Laailahailallah Muhammadarasulullah (liwa) dan panji hitam berkaligrafi Arab yang sama (rayah) merupakan bendera Rasulullah SAW dan seluruh kaum Muslimin sedunia bukan bendera Hizbut Tahrir.

Hizbut Tahrir Indonesia, yang telah dibubarkan oleh pemerintah, membantah telah mengibarkan dan melepas bendera HTI ke udara saat gelaran reuni Aksi 212 di Monas, Jakarta, Sabtu (2/12).

“Sangat keliru jika itu disebut sebagai bendera HTI. Saya tegaskan itu bukan bendera HTI,” ujar mantan Juru Bicara HTI Ismail Yusanto saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Minggu (3/12).

Ismail mengatakan, bendera hitam-putih berlafaz tauhid itu merupakan panji kebesaran umat Islam di bawah bimbingan Nabi Muhammad SAW.

Ada dua jenis dari bendera/panji umat Islam, yakni bendera Al Liwa dan panji Ar Rayah.

Bendera Al Liwa adalah bendera berwarna putih dengan tulisan Arab La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah berwarna hitam. Sementara Panji Ar Rayah berupa bendera hitam dengan tulisan warna putih.

Ismail mengakui HTI menggunakan panji Ar Rayah sebagai simbol organisasi mereka. Namun dia menegaskan, tak berarti setiap mereka yang mengibarkan panji tersebut merupakan bagian dari HTI.

“Itu panji dan benderanya Rasulullah. Itu artinya benderanya muslimin di seluruh dunia,” kata Ismail.

“HTI menggunakan bendera itu sebagai simbol karena memang bagian dari usaha organisasi untuk mengenalkan persatuan semua Islam di seluruh dunia,” lanjut Ismail.

Kesimpulannya bahwa konsep khilafah Bukanlah konsep hizbut tahrir meskipun hizbut tahrir begitu sering menyuarakannya, tetapi sebuah konsep yang merupakan ajaran Islam, demikian pula dengan bendera tauhid (liwa’ dan rayah) bukanlah bendera Hizbut Tahrir meskipun dibanyak aksi hizbut tahrir hampir dipastikan mengibarkannya. Oleh karena itu melakukan kriminalisasi khilafah dan bendera tauhid pada prinsipnya adalah mengkriminalisasi ajaran Islam. (detik/cnn/pic)

Sumber : pembelaislam.com

Diundang ILC sebagai Kontra Reuni 212, Narsum Ini ’Keceplosan’ Sampaikan Pujian

Diundang ILC sebagai Kontra Reuni 212, Narsum Ini ’Keceplosan’ Sampaikan Pujian


10Berita - Salah satu momen menarik dalam ILC 212 Perlukah Reuni terjadi ketika seorang nara sumber kontra 'keceplosan' menyampaikan pujian tulus kepada reuni 212 dan maulid Akbar di Monas Jakarta..

Hal itu disampaikan oleh Azyumardi Azra yang diundang sebagai kelompok kontra reuni bersama Abu Janda, Denny Siregar dan narsum kontra reuni lainnya.

"Kita mengapresiasi bahwa reuni 212 ini berjalan lancar, damai, tidak ada kegaduhan." ujar Azyumardi Azra dalam acara ILC 212 Perlukah Reuni di TV One pada Selasa (5/12/17) malam.

Azyumardi menyatakan, salah satu sisi positif dalam momen persatuan umat Islam ini terjadi sepanjang acara, saat peserta tidak ada yang menginjak rumput.

"Saya lihat dalam acaranya juga tidak menginjak rumput. Di bagian yang berumput tidak ada orangnya. Hanya di tempat-tempat yang ada batu." ujarnya sembari tersenyum.

Meski terkesan kecil dan remeh, tidak menginjak rumput merupakan aksi cinta kepada lingkungan yang dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.

"Jadi tidak menginjak rumput. Ini bagus. Ini menunjukkan memang Islam mengajarkan cinta kepada lingkungan, termasuk rumput." tegasnya.

Azyumardi juga menegaskan, hendaknya hal ini dicontoh oleh aksi massa lain yang cenderung merusak lingkungan.

"Jadi ini suatu hal yang saya kira bagus. Kita harapkan demo-demo (buruh, dan lain-lain) bisa belajar dari reuni ini dan tahun lalu (212 tahun 2016)." terang akademisi ini.

Azra menegaskan, reuni 212 tidak meninggalkan satu pun kegaduhan atau kerusakan.

"Jadi tidak ada kerusakan, kegaduhan dan lain sebagainya." simpul lelaki yang disebutkan sedang sakit gigi saat menjadi narsum ini.

Di awal penyampaian pendapatnya, Azra menyampaikan, hal ini harus menjadi contoh bagi kelompok lain yang hidup di negara penganut demokrasi.

"Dari sudut itu kita hargai, kita apresiasi. Ini pelajaran yang baik bahwa ekspresi demokratis bisa dijalankan secara damai, secara rukun." pungkasnya.

Sumber : tarbawia.com

Tak Mau Jual Daging Babi Dan Alkohol, Pengadilan Prancis Tutup Minimarket Halal

Tak Mau Jual Daging Babi Dan Alkohol, Pengadilan Prancis Tutup Minimarket Halal

 
10Berita - PARIS – Sebuah Pengadilan di Prancis telah memerintahkan sebuah  minimarket di pinggiran kota Paris untuk tutup karena tidak menjual daging babi dan alkohol.

Minimarket ‘Good Price’ di pinggiran kota Colombes di Paris tidak sesuai dengan persyaratan penyewaan, yang menyatakan bahwa toko tersebut harus bertindak sebagai “toko makanan umum”, demikian menurut keputusan Pengadilan Nanterre, The Independent melaporkan pada hari Selasa 5 Desember.

Otoritas setempat berpendapat bahwa anggota masyarakat setempat tidak dilayani dengan baik karena toko tersebut tidak menjual produk daging babi atau alkohol. Sebuah laporan juru sita mengatakan bahwa toko tersebut hanya menjual produk halal. Mini market tersebut mendapat tekanan tahun lalu di bulan Agustus oleh Nicole Goueta, walikota Colombes, dan pemerintah daerah karena dianggap “tidak melayani masyarakat umum.”

Ketika manajer ditanyai pada saat itu, dia berkata: “Ini bisnis, saya melihat ke sekeliling saya dan saya menargetkan apa yang saya lihat.”

Masalah tersebut dibawa ke pengadilan setelah pemilik minimarket keberatan dengan tuduhan bahwa pihaknya “diskriminatif” dan tidak mengikuti persyaratan sewa guna usaha sehingga harus bertindak sebagai “toko makanan umum”.

Pengacaranya berargumen alkohol “bukan bagian dari bahan makanan/minuman umum” dan tokonya tidak memiliki kewajiban menjualnya karena hanya merupakan pelengkap makanan.

Namun pengadilan bersikeras produk yang dijual di toko itu tidak sesuai dengan konsep luas barang umum.

Putusan tersebut menghentikan sewa, dan memerintahkan pemilik toko untuk mengosongkan tempat tersebut dan membayar 4.000 euro kepada pemerintah sebagai biaya pengadilan.

Banyak aktivis media sosial menyuarakan dukungan terhadap pemilik mini marker, dengan mengatakan ada banyak toko ‘khusus’ di Prancis yang hanya menjual produk tertentu, dan putusan pihak berwenang adalah praktik “diskriminatif”.

Good Price adalah sebuah waralaba minimarket dan supermarket yang memiliki cabang di berbagai negara. Setiap cabang bisa menentukan barang apa yang mereka jual.

Islam melarang umatnya untuk mengkonsumsi daging babi dan alkohol serta produk-produk yang mengandung babi dan alkohol. 

Sumber : Muslimdaily.net

Blak-Blakan, Fadli Zon Semprot Media yang Sebut Reuni 212 Intoleran

Blak-Blakan, Fadli Zon Semprot Media yang Sebut Reuni 212 Intoleran


10Berita - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengritik secara terbuka media yang menyebut reuni 212 sebagai perayaan intoleran. Fadli menyampaikan hal tersebut saat menjadi nara sumber dalam ILC 212 Perlukah Reuni TV One pada Selasa (5/12/17) malam,

"Bahkan pertemuan kemarin itu ada media yang mengatakan (sebagai) intoleran. Ini perayaan intoleran." ujar Fadli menyindir Metro TV yang menurunkan tayangan editorial mengkritisi reuni 212.

Menurut Fadli, tindakan ini terjadi karena banyak yang gagal paham.

"Ini gagal paham. Media yang mengatakan ini gagal paham." tegas pria berkacamata ini.

Ia menerangkan, gerakan dalam reuni 212 merupakan peristiwa social movement dan terdapat di berbagai negera. Bahkan para ilmuwan kenegaraan telah menjabarkan fenomena ini jauh-jauh hari.

"Karena ini merupakan social movement. Harus diakui." kata Fadli melanjutkan.

Pergerakan massif ini terjadi karena kesamaan visi dan keterpanggilan. Ia juga dipengaruhi karena adanya ketidakadilan yang berjalan massif.

Dalam penjelasannya yang lain, Fadli juga terang-terangan mengapresiasi acara reuni 212 karena merupakan bentuk perlawanan terhadap kezaliman tanpa kekerasan.

"Ini merupakan suatu perlawanan tanpa kekerasan." pungkasnya.

Sumber : beritaislam24h.info