OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 12 Februari 2018

Masjid Diserang, Gereja Diserang, Kepala BIN Kemana?

Masjid Diserang, Gereja Diserang, Kepala BIN Kemana?


10Berita – Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencopot Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Komjen Pol Budi Gunawan (BG).

Desakan tersebut seiring maraknya penyerangan terhadap pemuka agama.

“Masjid diserang! Gereja diserang! Dan intelijen kita gak tahu? COPOT KEPALA BIN!,” cuit Mustofa melalui akun twitter pribadinya, @NetizenTofa, seperti dikutip pada Minggu (11/2/2018).

Ia pun kemudian melempar tagar #CopotKepalaBIN dan disambut beberapa follower-nya, antara lain @inominataa dan @ThenBagoes, agar dapat menembus trending topic.

Sesaat kemudian, cuitan Mustofa itu di-retweet 200 warganet dan di-like 269 warganet lainnya.

“Gereja diserang langsung petinggi-petinggi pada ngecam, giliran ustad diserang pada mingkem,” kata akun @Bambang75804748 untuk menanggapi postingan Mustofa.

“Bukan nggak tahu …. Tapi pura-pura gak tahu … Berarti ada kekutan besar yang membuat BIN mingkem. Kalo ngakunya beneran gak tahu …. Ngapain aja? Ngabisin duit negara doank???” celoteh akun @SriMuly72534846.

Seperti diketahui, Minggu (11/2/2018), Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta diserang seorang pemuda berpedang, sehingga empat orang, termasuk seorang pastur, terluka.

Sebelumnya, dua orang ulama di Jawa Barat juga diserang dan salah satunya tewas.

Sejumlah kalangan menduga, serangan ini untuk menimbulkan kesan kalau menjelang penyelenggraan Pilkada 2018, Jawa Barat tak aman, sehingga dibutuhkan Plt gubernur dari kepolisian berpangkat jenderal.(kl/ts)

Sumber :Eramuslim

Menag Minta Kepolisian Serius Ungkap Motif Penyerangan Ulama

Menag Minta Kepolisian Serius Ungkap Motif Penyerangan Ulama

Perlu ada pengungkapan yang lebih jelas

10Berita , JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta aparat penegak hukum agar lebih serius mengungkap motif para pelaku penyerangan terhadap ulama. Sebab, serangkaian peristiwa penyerangan terhadap para pemuka agama telah terjadi akhir-akhir ini.

"Kita berharap peristiwa ini betul-betul menjadikan aparat penegak hukum kita lebih serius lagi, untuk mengungkap motif dibalik peristiwa ini, tentu tidak cukup sebatas memberikan informasi ini dilakukan oleh orang hilang ingatan, atau tidak waras, atau gila dan seterusnya, perlu ada pengungkapan yang lebih jelas," jelas Lukman di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (12/1).

Lukman juga meminta, agar masyarakat percaya kepada upaya kepolisian dalam mengusut kasus tersebut hingga tuntas. Sehingga tak ada umat yang terprovokasi melakukan aksi balasan maupun tindakan main hakim sendiri.

"Sehingga tidak perlu main hakim sendiri, terprovokasi untuk melakukan tindakan balasan terhadap tindak kekerasan yang terjadi," ujarnya.

Dengan keseriusan aparat penegak hukum dalam mengusut kasus ini, ia yakin masyarakat tak akan menduga-duga motif dari peristiwa ini. Lukman menyampaikan, tindakan kekerasan di rumah ibadah sama sekali tak dibenarkan baik oleh ajaran agama maupun hukum negara.

Ia pun juga mengimbau masyarakat terutama para pemuka agama agar lebih meningkatkan kewaspadaannya. Salah satunya yakni dengan meningkatkan keamanan tempat ibadah.

Dari catatan Republika, setidaknya ada empat serangan terhadap ulama dan ustaz yang terkonfirmasi dalam tiga pekan terakhir ini. Serangan pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantren al-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1).

Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korban Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan.

Kemudian ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal. Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau.

Dan pada Ahad (11/2) ini, pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.

Sumber : Republika.co.id 

TERUNGKAP! Disuruh Intai Pesantren, ”Orang Gila” Ngaku Dibayar 25 Ribu

TERUNGKAP! Disuruh Intai Pesantren, ”Orang Gila” Ngaku Dibayar 25 Ribu


10Berita, Fenomena penyerangan ulama di beberapa titik diduga dilakukan oleh orang gila. Namun masifnya penyerangan dicurigai terstruktur alias ada dalang di baliknya.

Kecurigaan ini ternyata terbukti dengan adanya sebuah video yang diunggah netizen.

Dalam video tersebut nampak serang pria sedang diinterogasi. Pria tersebut menyebut ada seseorang bernama Asep yang menyuruhnya untuk mengintai beberapa pesantren.

Tak hanya itu, pria tersebut juga mengaku menerima upah atas pekerjaannya. Menurut pengakuannya, upahnya berkisar antara 25 ribu sampai 30 ribu.

Berikut videonya.


Sebuah kiriman dibagikan oleh MEDIA UMAT ISLAM (@mediaislamaswaja) pada 9 Peb 2018 jam 10:26 PST


Siapakah dalang di balik peristiwa meresahkan ini?

Sumber : portal-islam.id

Siyono Jilid 2, MJ Diculik Densus Dalam Keadaan Sehat Dan Pulang Tinggal Nama

Siyono Jilid 2, MJ Diculik Densus Dalam Keadaan Sehat Dan Pulang Tinggal Nama


10Berita, Satu lagi kasus penyiksaan dan pembunuhan dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 terhadap seorang Muslim. Beberapa waktu lalu, kasus seperti itu pernah menimpa Siyono di Klaten dan kali ini yang menjadi korban kebrutalan Densus 88 adalah Muhammad Jefri alias Abu Umar (32).

Muhammad Jefri diculik Densus 88 di Jl. Jenderal Sudirman, Desa Cipancuh, Kecamatan Haurgelis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada Rabu (7/2/2018). Istrinya ASN (18) juga ikut dibawa dengan dalih untuk dimintai keterangan.

“Yang kami bisa sampaikan sementara dilakukan penangkapan terhadap dua orang di Indramayu. Ini terkait dengan beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia. Nanti akan kita dalami lagi peran-peran yang bersangkutan,” kata Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seperti dilansir detik.com.

Muhammad Jefri yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang es, diklaim terlibat dalam kegiatan kelompok “teroris” di Indonesia.

Namun tersiar kabar di media sosial bahwa Muhammad Jefri telah meninggal dunia selama dalam tahanan Densus 88.

“Beberapa hari yang lalu ikhwan atas inisial MJ di tangkap di indramayu. Selang sehari istrinya pun diambil tuk di mintai keterangan.. tadi pagi istrinya beritahu istri ana bahwa MJ insya Allah telah Syahid mereka semua di bawa ke Lampung menemui ortu MJ… setelah itu tidak ada kabar lagi…. Setelah ditangkap hidup hidup dan pulang jadi mayat,” demikian kabar yang beredar di media sosial Facebook dan sejumlah grup Telegram.

Kematian yang terjadi pada Muhammad Jefri ini menurut pengamat terorisme Mustofa B Narahwardaya sama seperti kasus kematian Siyono Klaten. Saat itu, Siyono diculik Densus 88 setelah menunaikan sholat Maghrib berjamaah di sebuah Masjid yang berada disamping rumahnya. Beberapa hari kemudian, Siyono dibawa pulang Densus 88 sudah menjadi mayat.

“Komnas HAM harus turun tangan. Jika perlu kembali meminta pada pihak yang netral untuk mengotopsi jenazah MJ karena pihak keluarga dikabarkan tidak boleh melihat jenazah korban. Ini mirip Siyono. Dijemput sehat, pulang jadi mayat,” Mustofa yang juga pengurus PP Muhammadiyah menulis di akun Twitter-nya pada Ahad (11/2).

Perlu diketahui, kasus serupa pernah terjadi dan menimpa Siyono dari Klaten. Pada awal Maret 2016, Densus 88 menculik Siyono dalam keadaan sehat, namun dua hari kemudian, Siyono dipulangkan sudah menjadi mayat.

Muhammadiyah bersama Komnas HAM kemudian melakukan autopsi atas permintaan pihak keluarga Siyono. Muhammadiyah bersama Komnas HAM merilis hasil autopsi jenazah Siyono yang meninggal usai diculik Densus 88. Dari hasil autopsi itu diketahui Siyono meninggal akibat sejumlah luka di tubuhnya yang diduga merupakan penganiayaan yang dilakukan Densus 88 saat proses interograsi.

“Ada temuan-temuan luka bersifat intravital atau terjadi sewaktu hidup akibat kekerasan di tubuhnya. Itu temuan mata, kita tingkatkan dengan laboratorium secara mikroskopis,” kata ketua tim dokter forensik dokter Gatot dalam jumpa pers di Komnas HAM, Jl Latuharhari, Jakarta Pusat pada Senin (11/4/2016).

Sumber : arrahmah.com
 

Pemimpin Tidak Tahu bahwa Kita sedang Diserang

Pemimpin Tidak Tahu bahwa Kita sedang Diserang


10Berita, JAKARTA - Ada dugaan bahwa lembaga hukum Indonesia dihantam karenanya adanya ‘desain tertentu’. Di antara dugaan yang menimpa lembaga hukum itu adalah MK dan KPK.

“Lalu Prof. Arief konsolidasi karena MK disusupi banyak orang liar; tapi mereka seperti dapat angin belakangan berharap proxi mereka menjadi ketua tapi gagal. Mulailah MK ditekan dan mungkin akibatnya terjadi perpecahan.

Seperti juga KPK, lembaga itu sekarang penuh intrik dan politik. Antara penyidik bikin kubu dan blok politik. Mereka punya afiliasi yang menentukan preferensi dalam penanganan perkara. Hancur negara!


Mari kita akhiri permainan kelompok-kelompok proxi dan liar ini. Mari kita bersatu perkuat lembaga negara yang inti. Sebab kekacauan ini adalah ‘by design’ maka mari hentikan disain mereka. Setop pelemahan lembaga negara dan setop politik tekan menekan lembaga negara,” demikian kata Fahri Hamzah, di akun Twitter pribadi miliknya, Ahad (11/02/2018).

Menurut Fahri bahkan ini bagian dari proxy untuk Indonesia. “Ketika semua lembaga telah mengalami kehancuran reputasi jangan cepat salahkan diri sendiri; @DPR_RI @DPDRI @MK_RI @MahkamahAgung @KomisiYudisial @DivHumasPolri @KejaksaanRI @Puspen_TNI mari bersatu melawan perang proxi. Ini nyata. Ini adalah modus perang baru. Perang melawan diri sendiri.”

Kita diadu dan diperdaya akibat ego dan senang bangga dengan diri sendiri. Memang, tidak enak dikatakan, tapi tetap harus dikatakan, bahwa kita diserang karena kita tidak menyerang dan kita tidak punya pemimpin dalam perang ini.

“Inilah tragedinya. Pemimpin tidak tahu bahwa kita sedang diserang. Pemimpin asik sendiri. Ampun deh. Maafkan.” (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

Marak Penyerangan Kepada Pemuka Agama, Jendral Gatot : By Design?

Marak Penyerangan Kepada Pemuka Agama, Jendral Gatot : By Design?

10Berita, Fenomena penyerangan terhadap pemuka agama mulai dari ulama, ustadz, biksu, pendeta, yang terjadi akhir-akhir ini menjadi perhatian luas berbagai pihak, termasuk Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

Mantan Panglima TNI ini mensinyalir adanya by design dan meminta semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan upaya adu domba.

Berikut selengkapnya tanggapan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang disampaikan melalui akun twitter resminya @Nurmantyo_Gatot, Senin (12/22018):

1. Ada apa dengan Indonesia? Belum dingin isu pembunuhan ustadz oleh orang gila, isu penganiayaan santri, lalu beredarnya video yang viral tentang pengusiran seorang biksu. *GN*

2. dan sewaktu sedang berlangsungnya perayaan misa di Gereja St. Lidwina, Bedog, Sleman, Pastor Pier terluka karena diserang oleh seseorang yang masuk membawa pedang. Selain itu juga terlihat kepala patung Bunda Maria telah ditebas oleh pelaku. *GN*

3. Mungkinkah ini terjadi “by design”? Para Ulama harus waspada jangan mau di adu domba. Ini sangat menghawatirkan. *GN*

4. NU, Muhammadiyah, serta organisasi Islam lainnya harus bersatu. Ajak pemuka pemuka Agama lainya … Kristen, Katolik, Hindu, Budha, rapatkan barisan. *GN*

5. Tidak pernah Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan kekerasann apa lagi dengan perang. “ini cara orang yang tidak beragama dan tidak nasionalis untuk mengadu domba dan menciptakan disharmoni dalam keberagaman kehidupan Bangsa Indonesia. *GN*

6. Saya sangat prihatin. Semoga kasus ini bisa ditangani dengan tuntas, sehingga tidak merusak harmoni dalam keberagaman kehidupan bangsa Indonesia. Mari “SATUKAN HATI UNTUK INDONESIA”. *GN*

Dari twitter @Nurmantyo_Gatot, Senin (12/22018)

Sumber: https://mobile.twitter.com/Nurmantyo_Gatot

(NB: Akun twitter @Nurmantyo_Gatot adalah akun resmi Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Twit pribadi ditandai *GN*)

__
Setelah “orang gila” bersenjata tajam melakukan teror, penyerangan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan terhadap ulama/ustdaz di wilayah Jawa Barat… kini di Yogyakarta gereja, jemaat, dan pendeta tiba-tiba diserang orang tak dikenal.

KH Umar Basri dianiaya saat dzikir di Masjid usai sholat Subuh. Selang beberapa hari Ustadz Prawoto dianiaya saat hendak sholat Subuh dan akhirnya meninggal dunia.

Kemarin, Minggu (11/2/2018), ibadah misa yang digelar di gereja St Lidwina Dukuh Jambon Trihanggo, Gamping, Sleman, D.I. Yogyakarta diteror. Lelaki bersenjata tajam menyerang jemaah yang sedang khusyuk berdoa. Pendeta terluka. Penyerang akhirnya ditembak.

Sumber : http://dakwahmedia.co

Survei: Islam Cocok dengan Nilai-Nilai Prancis

Survei: Islam Cocok dengan Nilai-Nilai Prancis

Islam tetap menjadi topik utama yang membawa perbedaan pendapat.

10Berita ,  PARIS -- Sebuah survei terbaru menyebut sebanyak 56 persen penduduk Prancis yakin Islam cocok dengan nilai-nilai kebangsaan mereka. Survei yang dilakukan oleh Institut Franais dOpinion Publique (IFOP) mencatat sisanya beranggapan kebalikan.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam surat kabar mingguan Prancis, Le Journal Du Dmanche, Ahad (11/2). Pada 2016, survei serupa juga menyampaikan hasil yang sama.

Surat kabar tersebut menganalisa bahwa berarti Islam telah berkembang dengan baik. "Islam tetap menjadi topik utama yang membawa perbedaan pendapat, menurut kepekaan politik dan bias," katanya.

Survei juga merespons keterkaitan Islam dengan sentimen politik. Sebanyak 63 persen pendukung Republik dan 62 persen pendukung National Front yakin Islam tidak sesuai dengan masyarakat Prancis.

Sebaliknya, 73 persen pendukung Sosialis, 60 persen pendukung France Soumise, 58 persen Republique en Marche berpikir sebaliknya. Selain itu, IFOP juga mensurvei tentang pajak pada makanan halal.

Ide menambahkan pajak makanan ini berawal pada 2016 oleh asosiasi kelompok Muslim. Tujuannya dana akan digunakan untuk pembangunan masjid dan program pemberantasan radikalisme pada generasi muda.

Terkait hal ini, mayoritas penduduk, sekitar 70 persen menolak pajak tersebut. Hanya 29 persen mendukun ide tersebut. Pada 2016, mantan Perdana Menteri Manuel Valls sempat mengatakan bahwa banyak penduduk berpikir Islam tidak sesuai dengan Prancis.

"Penting bagi kita untuk mengampanyekan yang sebaliknya," kata dia. Valls meminta agar pemerintah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang hebat dan secara fundamental cocok dengan nilai mana pun di Prancis.

"Baik dengan Republik, demokrasi, nilai-nilai kita dan juga kesetaraan antara pria dan perempuan," kata dia dalam wawancara dengan Liberation.

Sumber :Republika.co.id 

Hukum Indonesia di Tengah Lilitan Jaringan dan Mobilisasi Orang Luar

Hukum Indonesia di Tengah Lilitan Jaringan dan Mobilisasi Orang Luar


10Berita, JAKARTA - Jaringan mereka luas, mereka punya banyak teman tukang ganggu (hukum) negara kita di luar. Kemampuan mobilisasinya tinggi termasuk pada guru besar yang tidak paham persoalan.

“Mereka dimobilisasi untuk sesuatu yang aneh; menolak mendiskusikan dan menganggap sesuatu final. Dalam soal KPK, aneh karena para guru besar melarang kampus mendiskusikannya. UU 30/2002 dianggap sebagai ayat Tuhan yang kalau diubah dianggap penistaan,” kata Fahri Hamzah, di akun Twitter pribadi miliknya, Ahad (11/02/2018).


Orang-orang itu menurutnya mengaku pembela HAM dulu, waktu pesanannya membela HAM. Sekarang mereka membolehkan UU mengintip warga negara tanpa batas. “Mereka menyetujui proses hukum yang didominasi oleh satu lembaga tanpa batasan bahkan tanpa SP3 dan pengawasan.”

Waktu melawan TNI mereka disebutnya memakai HAM tapi waktu membangun proxi KPK mereka mencampakkan HAM. “Jadi buat mereka yang penting bukan HAM tapi eksistensi mereka dalam menciptakan kekacauan dalam sistem kita. Cara-cara mereka bebas nilai dan Machiavellian.” (Robi/)

Sumber :voa-islam.com

Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam

Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam

Oleh: Nasrudin Joha

10Berita, Setelah berhasil menghingar bingarkan kabar insiden penyerangan Gereja Lidwina, menutup pemberitaan kematian MJ ditangan Densus 88, melupakan kasus pembunuhan dan penganiayaan ustadz dan kiyai, kini media mainstream melanjutkan misinya.

Suliyono terduga penyerang gereja digambarkan menelepon orang tua, ingin menikahi bidadari di surga setelah khatamkan Al Quran. Sekali lagi, pelaku penyerang gereja diarahkan seorang muslim yang terikat dengan Al Quran. Ia tidak mau menikah, ia ingin menikahi bidadari di surga.

Lebih lanjut, framing akan sampai pada perbuatan pelaku adalah dalam rangka jihad suci untuk menggapai kompensasi bidadari di surga, sebagaimana diajarkan dalam doktrin Islam.

Luar biasa ! Umat Islam menjadi korban pembunuhan, umat Islam juga yang dituduh sebagai pelaku kejahatan. Tidak saja pada umatnya, ajaran dan simbol Islam akan diseret sebagai bukti kejahatan. Ini melanggar batas merah ! Marahlah wahai umat Islam !

Gereja diserang, panglima, ketua DPR, kabareskrim, kakek tua yang tak dianggap Buya, sampai Densus 88 ikut turu gunung. Mereka koor menyanyikan lagi keprihatinan, mengumandangkan lagu kekecewaan, kesedihan, padahal belum ada nyawa melayang.

Bagaimana jika serangan itu terhadap umat Islam? Nyawa sudah melayang, tidak ada ujaran simpati apalagi empati. Kakek tua yang sudah bau tanah juga tidak cuap-cuap kecewa, mungkin saja dia malah bersyukur.

Tidak ada panglima, tidak ada DPR, tidak ada media, hanya seruan sosmed yang Istiqomah mengabarkan keprihatinan dan derita umat. Prawoto meninggal, dimana mereka semua ? MJ tewas setelah ditangkap Densus 88, kemana mereka ? Penganiayaan kiyai, percobaan pembunuhan, penyerangan masjid saat subuh, kemana mereka semua ?

Apakah mulut mereka telah dijahit jika ingin membela umat Islam ? Apakah kekuasaan yang ada ini memang terstruktur dan masif untuk mendzalimi Umat Islam ?

Wahai umat Islam, bangkitlah ! Bela saudaramu ! Darah mereka haram ditumpahkan, jiwa mereka melayang disebabkan kedzaliman, tuntutlah para penguasa dzalim itu yang membiarkan semua ini terjadi !

Mereka sibuk dengan citra diri, bermain sepeda atau membagi buntelan kehinaan, yang membiarkan rakyat berlarian memperebutkan. Penguasa dungu itu, terus saja sibuk bersolek dengan citra survey, mengabarkan kepalsuan dan menutup onggokan dusta dan pengkhianatan.

Wahai umat, Siyono meminta pertanggungjawaban ! Prawoto menuntut pembelaan Anda ! Semua Syuhada Densus 88 akan menuntut Anda jika Anda semua diam !

Ya Allah, aku telah kabarkan kewajibanku. Ringankanlah hisabku, jadikan ikhtiarku menjadi penghalang murka-Mu. Hasbunallah Wani’mal Wakil, Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir.

Sumber : Dakwah Media

Rindu DEMO

Rindu DEMO 

10Berita, Joha membuka jendela, menghirup udara pagi, menepi ke emperan rumah, hinggap di kursi malas, menyelonjor kaki sambil menunggu sesuatu. Sesuatu itu akhirnya muncul dari balik pintu, kerupuk Selondok dan kopi kapal api nikmat.

Dari kejauhan, terlihat Nawas berlari terengah, siaran nafasnya terdengar jelas. Tergopoh, Joha langsung menyambut Nawas dan mempersilakan duduk di emperan rumah, risalah satu sudut dimana ia asyik betkhalwat bersama Selondoknya.

Nawas: “Kakanda Joha, maaf selagi ini aku menemuimu. Mohon kiranya tidak merasa terganggu 🙏”,

Joha: “oh, tidak mengapa adik, tetapi apa gerangan yang membuat langkah dikau sampai ke rumahku sepagi ini?”

Nawas: “ada sesuatu yang penting, tetapi sebelum masuk diskusi penting, bolehkah daku ajukan permintaan penting? Bahkan super penting?”

Joha: “tentu saja adik, kabarkanlah apa kiranya itu?”

Nawas: “aku datang kepadamu, mendapatimu bersama Selondok dan kopi kapal api. Bukankah pagi ini begitu indah, jika saja Selondok dan kopi itu juga dihidangkan kepadaku ?”.

Joha: “Amboi, tentu saja adik. Itu soal kecil,”

Tiba2, Joha merapal ajian “KAMAJAYA JALA SUTERA”, sekejap tanpa menunggu lama, dari balik pintu muncullah seseorang wanita nan rupawan, dengan sopan menghidangkan secangkir kopi kapal api nikmat.

Nawas: “Trims Kanda”

Joha: “never mind, tafadhol…”

Dengan riuh Nawas mengunyah Selondok dan tentu saja, tiada lupa ia menyeruput kopi nikmat yang dihidangkan.

“SRUPUT…PYAR..” suara kenikmatan membahana. Suasana pagi yang gelap gulita seketika menjadi terang benderang.

Nawas: “sebenarnya, aku ingin mengabarkan kerinduan..”

Joha: “kerinduan apa ?”

Nawas: “rindu demo ..”

Joha: “oh, apa alasannya? Apakah dikau mau menyampaikan aspirasi ?”

Nawas : “tidak tidak, aku demo bukan karena aspirasi, bukan mau kasih kartu kuning atau merah, tetapi aku demo karena hobi. Hobiku ini telah lama terpendam, ingin kusalurkan”

“Dengan demo, aku bisa memahat kekuasaan, menggusur tirani, menelanjangi kemunafikan, mendobrak tirani, meninju kecongkakan, mengabarkan bisyaroh dan membangun keyakinan..”

Joha : “wah mantab sekali adik, engkau telah mewarisi sifat Nasrudin Joha, selamat, kita ini pejuang bukan cucu TI PATKAI.

Adik, jangan pernah ucapkan “SEJAK DAHULU BEGINILAH CINTA, DERITANYA TIADA AKHIR, OH DIK CHANG E”.

Mereka asyik ngobrol ngalor ngidul, tidak terasa purnama sudah menyapa. Eit, mentari.

Akhirnya, kemeriahan itu meninggalkan duka yang mendalam bagi Joha. Sepulang Nawas, Joha mendapati toples kerupuk Selondoknya kosong. Saat diskusi, Nawas berapi menggenggam dan melahap bongkahan selondok sambil terus berdiskusi. [].

Sumber : Dakwah media