OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 14 Februari 2018

Ulama Diserang, GP Ansor: Jika Polisi dan BIN Tak Bisa Tuntaskan, Mending Diganti Banser

Ulama Diserang, GP Ansor: Jika Polisi dan BIN Tak Bisa Tuntaskan, Mending Diganti Banser

10Berita, Indonesia Lawyers Club (ILC) malam ini (13/2/2018) mengangkat tema “Teror ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya?” dengan menghadirkan sejumlah nara sumber di antaranya Wakil Ketua GP Ansor.

Setelah melakukan berbagai analisa, GP Ansor melihat banyak keanehan dalam kasus-kasus yang terjadi belakangan ini. Misalnya yang menjadi sasaran adalah ulama dan pelakunya disebut sebagai orang gila.

Orang gila, menurut GP Ansor, seharusnya bersikap random (acak). Siapapun yang menghalangi akan diserang. Namun tidak demikian dengan orang-orang gila dalam kasus tersebut. Mereka hanya mengincar ulama.

“Ini harus diusut tuntas dan jelas” tegasnya.

Serangan terhadap ulama sangat berbekas bagi Ansor karena dulu pernah terjadi pada tahun 1965 dan juga kasus penyiksaan guru ngaji di Banyuwangi.

“Ini negara ke mana?” tandasnya.

“Negara itu harus melindungi negaranya, melindungi rakyatnya,” lanjutnya.

GP Ansor juga mencurigai ada kaitannya dengan Pilkada. Karena biasanya menjelang Pilkada hanya ada pengkondisian dengan kata-kata.

Secara spesifik, GP Ansor menanyakan peran polisi dan BIN. 

“Kalau kemudian BIN begitu juga semua aparatur negara yang punya fungsi intelijen tidak cepat dan tidak tepat, mending diganti Banser wae,” ujarnya.

Sumber : Tarbiyah 

Kaca Masjid Tuban Dirusak, Polisi: Pelaku Diduga Orang Gila, Warganet: Bukan Teroris, Pak?

Kaca Masjid Tuban Dirusak, Polisi: Pelaku Diduga Orang Gila, Warganet: Bukan Teroris, Pak?


10Berita, Masjid Baiturrahim Jl Sumurgempol No 77 Karangsari Tuban Jawa Timur dirusak oleh orang yang tidak dikenal pada Selasa 12 Februari dini hari. Menurut informasi tertulis yang diterima dari Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, pelaku diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Pelaku terdiri atas satu orang laki-laki yang diduga mengalami gangguan kejiwaan. Satu orang laki-laki yang diakui sebagai saudara bertindak sebagai pengemudi serta tiga anak yang terdiri atas satu perempuan usia SMP dan dua laki-laki balita. Mereka mampir ke masjid menggunakan kendaraan Toyota Inova H-8697-JQ. Seorang pelaku mengamuk dengan melakukan pemecahan sebagian kaca masjid.

“Hasil interograsi dan pemeriksaan sementara bahwa keluarga pelaku tersebut mengalami gangguan kejiwaan yang mengakibatkan perilaku menyimpang,” kata Frans dalam keterangan tertulisnya, Selasa 13 Februari 2018.

Berdasarkan keterangan sementara, pada Senin 11 Februari 2018 sore, pelaku dan keluarga datang dan melakukan shalat Ashar kemudian berdialog dengan masyarakat. Lalu pada pukul 17.30 WIB, yang bersangkutan beserta rombongan keluar meninggalkan masjid. Menjelang waktu Isya pelaku datang kembali serta mengikuti salat berjamaah. Namun pelaku membuat barisan saf sendiri.

Setelah mengerjakan shalat Isya, pelaku melaksanakan istirahat dan tidak beranjak dari Masjid. Selasa dini hari, warga menanyakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan pelaku di Masjid Baiturrahim. “Namun yang bersangkutan melakukan pemukulan kepada korban sehingga korban lari keluar masjid untuk memberitahukan kepada warga lainnya,” jelas Frans.

Sekitar pukul 01.30 WIB, pelaku melakukan pengrusakan terhadap kaca Masjid Baiturrahim dengan menendang menggunakan kaki. Mendengar adanya suara pecahan kaca tersebut warga sekitar Masjid mulai berdatangan dan meneriaki pelaku untuk menghentikan perbuatannya tersebut. Namun dijawab oleh pelaku bahwa dia siap untuk mati.

Polisi pun mengamankan sejumlah pelaku tersebut. Frans masih enggan menjelaskan secara rinci berapa jumlah pelaku yang diamankan maupun siapa pelaku pengrusakan tersebut. Namun, satu pelaku berhasil diidentifikasi atas nama Zaenudin (40 tahun), asal Rembang Jawa Tengah.

“Kondisi pelaku satu orang mengalami luka-luka pada tangan dan kaki akibat terkena pecahan kaca serta pada saat diamankan pelaku teriak-teriak,” kata Frans.

Sejumlah barang bukti, termasuk mobil pun masih diamankan kepolisian setempat. “Sampai saat ini masih belum diketahui motif dari pelaku dan masih dalam pemeriksaan Satreskrim Polres Tuban,” ujar Frans.

Sumber: Republika.co.id

Anggota FPI Penggrebek Pasangan Mesum Dijadikan Tersangka, Kapolres klaten DIGUGAT Praperadilan

Anggota FPI Penggrebek Pasangan Mesum Dijadikan Tersangka, Kapolres klaten DIGUGAT Praperadilan


10Berita, Tim Pengacara Pembela Aktivis Islam sebagai kuasa dari angggota FPI Klaten, Ustadz Sulis dan kawan-kawan mengajukan gugatan praperadilan terhadap Kapolres Klaten AKBP Juli Agung Pramono, S.H., SIK, M.Hum di Pengadilan Negeri Klaten, Selasa 13 Februari 2018.

Anggota Tim Pengacara Pembela Aktivis Islam, Aziz Yanuar menjelaskan, alasan pengajuan gugatan praperadilan tersebut lantaran Ustadz Sulis dan kawan-kawan ditetapkan sebagai tersangka tidak melalui prosedur hukum yang benar.

“Ustadz Sulis dan kawan-kawan ditangkap, ditahan secara serampangan dan sewenang-wenang, yang menyalahi KUHAP dan bertentangan dengan due process of law. Singkatnya Ustadz Sulis ditersangkakan dulu, ditangkap dan ditahan kemudian, baru dicarikan bukti,” ungkap Aziz.

Padahal, faktanya, jelas Aziz, Ustadz Sulis dkk dijerat karena menjalankan haknya sebagaimana Pasal 1 angka 24 jo. Pasal 111 ayat (1) KUHAP yaitu untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana sehubungan dengan penggunaan fasilitas kamar Hotel Srikandi oleh pasangan yang tidak terikat perkawinan (perbuatan mesun).

“Semestinya Kapolres Klaten memberikan apresiasi, bukan malah menjerat pidana Ustadz Sulis dkk dan memperlakukannya layaknya pelaku terorisme, dengan memindahkan tahanan Ustadz Sulis dkk ke Polda Jateng,” pungkas Aziz yang juga merupakan Pengacara GNPF Ulama dan Anggota Badan Hukum Front FPI.

Sumber : PORTAL-ISLAM.ID

Tetap Muter-Muter Bahas Konflik Antar Umat Beragama, Ini Skak Mat Karni Ilyas untuk Akhmad Sahal

Tetap Muter-Muter Bahas Konflik Antar Umat Beragama, Ini Skak Mat Karni Ilyas untuk Akhmad Sahal


10Berita, Indonesia Lawyers Club (ILC) malam ini (13/2/2018) mengangkat tema “Teror ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya?” dengan menghadirkan sejumlah nara sumber di antaranya Akhmad Sahal.

Sayangnya, Akhmad Sahal justru membahas tentang konflik antar umat beragama. Karni Ilyas pun mengingatkannya.

“Tema kita malam ini Teror ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya” kata Karni Ilyas.

Namun, Akhmad Sahal masih juga membahas hal yang sama, tidak sesuai tema.



Karni Ilyas pun mengingatkan lagi tentang tema ILC. 

Setelah beberapa kali diingatkan tidak juga kembali ke tema, Sahal masih juga muter-muter soal konflik antar umat beragama. 

Karni Ilyas pun meluruskan apa yang disampaikan Sahal bahwa yang terjadi bukanlah konflik antar umat beragama karena justru umat beragama baik Muslim maupun Kristen cukup harmonis. Buktinya, mereka bersama-sama membersihkan gereja di Sleman usai serangan.

Sahal lantas membela diri dengan mengatakan bahwa apa yang ia sampaikan bertujuan agar umat Islam tidak dijadikan wayang.

“Yang dijadikan wayang itu bukan Islam, tapi orang gila” kata Karni Ilyas. Skak mat. [Ibnu K/]

Sumber :Tarbiyah.net

Penyerangan Gereja, Pengamat Krtitik Polisi Soal Pelabelan Teroris

Penyerangan Gereja, Pengamat Krtitik Polisi Soal Pelabelan Teroris


Harits Abu Ulya, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)

10Berita, JAKARTA – Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menyayangkan pelabelan ‘teroris’ kepolisian kepada pelaku penyerangan Gereja di Sleman pada Ahad (11/2/2018).

Harits menilai stigmatisasi aparat tersebut terlalu didramatisir.

“Soal Sleman tidak perlu didramatisir dan kembali ke TKP itu sebagai aksi kriminal. Kalau teroris maka motifnya apa dengan menyerang dengan parang masuk gereja? Saya lihat label teroris sudah liar penggunaannya,” kata Harits dalam keterangan tertulis, Selasa (13/2/2018).

Menurutnya, yang harus diungkap adalah dalang yang memanfaatkan orang-orang yang kurang waras untuk melakukan serangan ‘konyol’ seperti itu.

“Sleman dilakukan oleh orang-orang yang labil secara psikis. Perlu diungkap mastermind di balik dia. Karena tidak menutup kemungkinan ada “siluman” yang mengkondisikan orang-orang labil kemudian diagitasi untuk melakukan tindakan konyol,” paparnya.

Sumber :Jurnal Islam 

DSKS Desak Polri Jelaskan Kematian Muhammad Jefri

DSKS Desak Polri Jelaskan Kematian Muhammad Jefri

10Berita, SOLO – Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) mendesak Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Presiden Jokowi untuk menjelaskan perihal kematian Muhammad Jefri (MJ). MJ ditangkap Densus 88 di Indramayu pada Rabu (7/2/2018) dan dipulangkan dalam keadaan tak bernyawa. MK dimakamkan pada Sabtu, (10/2/2018) di Lampung.

“Membantu menjelaskan kepada publik sebab kematian Muhammad Jefri, paska penangkapan tanggal 7 Februari 2018 hingga berakhir dengan kematian tanggal 10 Februari 2018 oleh Densus 88,” kata Ketua DSKS Ustadz Muinuddinillah Basri  dalam audiensi di Mapolresta Surakarta, Selasa (13/2/2018).

DSKS juga meminta Komnas HAM dan DPR RI untuk mengusut penyebab kematian MJ dengan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang independen.

Sebab, kata Ustadz Muin, sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada rakyatnya.

Dalam audiensi tersebut, DSKS yang diterima oleh Kasatintel Bowo Hariyanto meminta aparat kepolisian untuk bersikap terbuka dalam menangani kasus tersebut guna menghindari kecurigaan masyarakat.

“Agar peristiwa kematian mirip Siyono warga Klaten tidak terulang di kemudian hari,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, MJ dan isterinya ditangkap oleh Densus 88. MJ dipulangkan tak bernyawa sedangkan belum ada keterangan terkait nasib isterinya. Pada saat penangkapan, Densus 88 juga dikabarkan tidak berkoordinasi dengan keamanan setempat. Ditambah lagi, belum ada informasi resmi soal peran pelaku dalam aksi terorisme hingga ia meninggal.

Sumber : Jurnal Islam

Tak Ulangi Preseden Buruk Kasus Siyono, Polisi Diminta Terbuka Terkait Kematian Jefri

Tak Ulangi Preseden Buruk Kasus Siyono, Polisi Diminta Terbuka Terkait Kematian Jefri


MJ (kanan) sehari sebelum ‘dibawa’ Densus 88 dan dipulangkan sudah jadi mayat (kiri)

10Berita, JAKARTA - Terkait dengan Kematian Muhammad Jefri (MJ) yang menurut istrinya, saat ‘diambil’ Densus 88 dalam keadaan sehat, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak meminta polisi Terbuka kepada Publik.

MJ (32) ‘dibawa’ Densus 88 dari Desa Cipancuh, Kecamatan Haurgelis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada Rabu (7/2/2018). Istrinya, ASN (18) juga ikut ‘dibawa’ untuk dimintai keterangan.

Namun kemudian MJ dipulangkan dalam keadaan sudah menjadi mayat. MJ yang meninggalkan seorang istri dan bayi yang baru berumur 10 bulan itu dimakamkan pada 10 Februari.

“Terlepas dari apakah Muhammad Jefri terlibat dalam jaringan ‘Terorisme’ atau tidak, saya menganggap Densus 88/Polisi harus terbuka terkait dengan kematiannya, jangan sampai mengabaikan penegakan hukum yang beradab dan terus mengulangi preseden buruk kematian Siyono di Klaten,” kata Dahnil dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/2/18).

Dia mengingatkan, pada 1,5 tahun yang lalu, Pemuda Muhammadiyah menangani kasus Siyono, warga Klaten, yang ditangkap Densus 88, kemudian dipulangkan dalam keadaan sudah menjadi mayat.

“Karena peristiwa seperti ini Bukan justru mengubur ‘terorisme’, namun justru mereproduksi ‘terorisme’ baru,” terangnya.

Seperti kasus Siyono, dalam kasus kematian MJ ini, ungkap Dahnil, dia menemukan banyak sinyal kejanggalan. Oleh karenanya, agar sinyal kejanggal-kejanggalan tersebut tidak menjadi fitnah dan tuduhan terhadap Kepolisian, dia menyarankan pentingnya Densus 88 menjelaskan secara terbuka hasil autopsi terhadap MJ.

“Penting dilakukan autopsi yang lebih independen terkait sebab kematian MJ, apakah benar yang bersangkutan meninggal karena komplikasi penyakit seperti keterangan polisi, atau karena faktor yang lain,” ujarnya.

Karenanya, kata Dahnil, Densus 88 juga harus bisa menjawab, kenapa keluarga dilarang membuka kafan jenazah MJ pada saat diserahkan kepada keluarga.

“Jadi, saya berharap Densus 88 dan Kepolisian terbuka. Dan bila memang ada kesalahan maka harus ada hukuman pidana yang jelas, tidak seperti kasus Siyono yang sampai detik ini tidak jelas penuntasan hukumnya, meskipun Autopsi terang sudah membuktikan Siyono meninggal karena penganiyayaan bukan karena yang lain,” ungkapnya.

Selain itu, Dahnil juga menyarankan kepada pihak keluarga untuk berusaha mencari keadilan secara aktif dan tidak perlu takut.

“Silakan bawa kasus kematian MJ ke Komnas HAM agar bisa ditangani oleh institusi negara tersebut, untuk dibuktikan penyebab kematian MJ. Ini penting, dan polisi tidak boleh tertutup terkait dengan hal ini,” pungkasnya.


Muhammad Jefri dan anaknya yang baru berumur 10 bulan

Sebelumnya diberitakan, Muhammad Jefri ‘dibawa’ dari Indramayu, Jawa Barat, pada 7 Februari 2018 lalu oleh Densus 88 dan berakhir dengan kematian yang jasadnya dimakamkan pada 10 Februari.

Kasus MJ yang dipulangkan kepada keluarga dalam keadaan sudah meninggal, juga mendapat perhatian dari Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) yang menulis Surat Terbuka pada 13 Februari 2018. Surat Terbuka itu ditujukan kepada Presiden, Kapolri, Komnas HAM, Ketua DPR RI, Ketum MUI Pusat, Ketum PP Muhammadiyah dan Ketum PBNU.

Surat Terbuka itu intinya meminta pihak-pihak tersebut di atas untuk membantu menjelaskan kepada publik sebab kematian MJ pasca penangkapannya, dan meminta negara melindungi warganya serta mengusut kematian MJ dengan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) independen. (S)

Sumber : Salam Online.

Selasa, 13 Februari 2018

Mata Berkaca-Kaca, Mualaf Pierre : Ya Allah Ambil yang Allah Mau dari Saya, Asal Jangan KeIslaman Saya

Mata Berkaca-Kaca, Mualaf Pierre : Ya Allah Ambil yang Allah Mau dari Saya, Asal Jangan KeIslaman Saya

BANDARpost, Seorang Mualaf bernama Pierre Reynaldi menceritakan perjalanan hidupnya hingga akhirnya ikrar Syahadat dan memeluk agama Islam.

Piere menegaskan bahwa keputusan dirinya memeluk agama Islam adalah keputusan yang bulat tanpa ada keraguan. Berkat Islam, Piere mengaku terselematkan dari pergaulan bebas dan narkoba.

“Yaa Allah Ambil deh, ambil yang Allah mau dari saya. Keluarga saya, pekerjaan, temen, saya ga masalah, saya ga peduli. Cuman satu jangan KeIslaman saya yang Engkau ambil.

Saya ga punya apa-apa kalau ga punya Islam, Islam selamatkan hidup saya, Islam merubah hidup saya 360 derajat. Mungkin kalau ga ada Islam, saya ga tau saya jadi apa. Mungkin bisa mati karena pergaulan bebas, mati karena narkoba. Saya ga mau mati dalam keadaan kafir” papar Piere dengan mata berkaca-kaca.

Sumber : http://dakwahmedia.co

Rachel Maryam: Indonesia Mendadak Darurat Orang Gila!

Rachel Maryam: Indonesia Mendadak Darurat Orang Gila!

10Berita, Dini hari, Selasa (12/02), tercatat tiga masjid di Sukabumi, Tuban, dan Yogyakarta telah diacak-acak orang tidak dikenal.

Ketiganya adalah Masjid Al-Quba, Cipanggulan, Pondokkaso, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat; Masjid Baiturrahim, Jl Sumurgempol No 77, Karangsari, Tuban, Jawa Timur; dan Masjid Al Matabb, Karangturi, Yogyakarta.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, pelaku pengrusakan Masjid Baiturrahim, diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Artis yang juga politisi Partai Gerindra, Rachel Maryam, mempertanyakan aksi pengrusakan Masjid belakangan ini dikatakan pelakunya adalah “orang gila”. “Indonesia mendadak darurat orang gila..,” tulis Rachel di akun Twitter @cumarachel mengomentari tulisan bertajuk “Kaca Masjid Tuban Dirusak, Pelaku Diduga Orang Gila”.

Ustadz Hilmi Firdausi mencermati pelaku penyerangan ulama ataupun pengrusakan masjid yang hampir semua “orang gila” tersebut.

“Kenapa seringkali pelaku terorisme bawa identitas lengkap, bahkan bawa ijazah kayak mau melamar kerja? Masa kalah cerdas sama orang gila yang menganiaya Ulama. Tapi Saya tetap mengutuk tindakan terorisme apapun motifnya, terlebih aksi kekerasan kepada Ulama. Semua harus diusut tuntas tanpa pandang bulu!” tegas Ustadz Hilmi di akun @Hilmi28.

Diberitakan sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menegaskan bahwa Suliyono, pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diduga mendapat pengaruh paham radikalisme.

“Dia pernah tinggal di Poso, Sulawesi Tengah dan Magelang. Ada indikasi kuat yang bersangkutan ini mendapat paham radikal yang prokekerasan,” kata Tito di Polda Metro Jaya (12/02).

Sumber : intelijen.co.id

 

Terharu Dikunjungi Anies Baswedan, Bima Arya: Sepanjang 536 Tahun, Baru Kini Gubernur DKI ke Bogor

Terharu Dikunjungi Anies Baswedan, Bima Arya: Sepanjang 536 Tahun, Baru Kini Gubernur DKI ke Bogor

10Berita, Ada kisah mengharukan saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan kunjungan kerja ke Bogor, Senin (12/2/2018) kemarin. Kunjungan itu dalam rangka kerja sama antardaerah untuk menanggulangi banjir sekaligus meninjau kondisi di lapangan terkait potensi banjir.

Anies disambut hangat Walikota Bogor Bima Arya dan jajaran SKPD di kantor Walikota. Bagi Bogor, kunjungan Gubernur DKI Jakarta adalah kunjungan istimewa karena sepanjang sejarah baru kali ini terjadi.

“Ini sejarah bagi Kota Bogor. Sepanjang 536 tahun Kota Bogor, baru kali ini Gubernur Jakarta datang ke sini, terima kasih sudah hadir,” kata Bima Arya di sela-sela kunjungan itu.

Anies menjelaskan, Jakarta dan Bogor saling membutuhkan sehingga keduanya memiliki tanggung jawab untuk ditunaikan terutama terkait penanggulangan banjir.

“Semua daerah terlebih Jakarta-Bogor akan saling membutuhkan, sehingga kita sama-sama punya tanggung jawab dan beban yang harus ditunaikan untuk seluruh warga,” kata Anies seperti dikutip SuaraJakarta.

Bima Arya berharap kerjasama itu di antaranya normasilasi sungai, revitalisasi situ dan kolam retensi serta pembuatan sumur resapan.

“Kalau boleh kita ubah format itu lebih dialogis dengan ruang lingkup kesepakatan meliputi normalisasi sungai di lintas batas, penataan bantaran sungai ciliwung, revitalisasi situ dan kolam retensi, dan pembuatan sumur resapan biopori di DAS Cisadane dan Ciliwung,” papar Bima Arya.

Usai melakukan pertemuan, Anies dan Bima Arya serta jajaran SKPD kemudian meninjau Sungai Cieuhelet dan Bendungan Katulampa. [Ibnu K/]

Sumber :Tarbiyah