OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 13 April 2018

Puisi Novanto: Di Kolong Meja, Ada Pecundang yang Sembunyi Sembari Cuci Tangan

Puisi Novanto: Di Kolong Meja, Ada Pecundang yang Sembunyi Sembari Cuci Tangan

10Berita, Di akhir pembacaan nota pembelaan atau pledoinya, Jumat (13/4/2018) di Pengadilan Tipikor Jakarta, Setya Novanto meminta izin pada majelis hakim untuk membacakan puisi.

“Saya mau baca puisi, mohon diizinkan saya baca puisi yang mulia. Satu menit saja, puisi untuk Pak SN (Setya Novanto) dari Linda Djalil,” ucap Setya Novanto.

Di Kolong Meja

di kolong meja ada debu
yang belum tersapu
karena pembantu sering pura pura tak tahu

di kolong meja ada biangnya debu
yang memang sengaja tak disapu
bersembunyi berlama-lama
karena takut dakwaan seru
melintas membebani bahu

di kolong meja tersimpan cerita
seorang anak manusia menggapai hidup
gigih dari hari ke hari
meraih ilmu dalam keterbatasan
untuk cita-cita kelak yang bukan semu
tanpa lelah dan malu
bersama debu menghirup udara kelabu

di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia
yang semula bersahaja
akhirnya bisa diikuti siapa saja
karena cerdas caranya bekerja

di kolong meja ada lantai yang mulus tanpa cela
ada pula yang terjal bergelombang
siap menganga
menghadang segala cita-cita..

apabila ada kesalahan membahana
kolong meja siap membelah
menerkam tanpa bertanya
bahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yg sepatutnya jadi sasaran

di kolong meja
ada pecundang
yang bersembunyi
sembari cuci tangan
cuci kaki
cuci muka..

cuci warisan kesalahan

apakah mereka akan senantiasa di sana..

dengan mental banci berlumur keringat ketakutan
dan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan?

( LD , Jkt, 5 April 2018 )

Terpisah, kuasa hukum Setya Novanto, Firman Wijaya mengatakan puisi itu dibuat khusus oleh sahabat Setya Novanto, Linda Djalil.

“Itu puisi di kolong meja, dibuat oleh sahabat Pak Setya Novanto, Linda Djalil. Beliau wartawan, penulis. Puisi dibuat tiga hari sebelum sidang,” ujar Firman Wijaya.

Sumber: tribunnews

Boediono Angkat Bicara Soal Kasus Bank Century, Sudah Pasrah Mau Diapakan KPK

Boediono Angkat Bicara Soal Kasus Bank Century, Sudah Pasrah Mau Diapakan KPK


10Berita, Mantan Gubernur Bank Indonesia, Boediono angkat bicara soal kasus bailout Bank Century yang belakangan mencualt kembali.

Ia menyerahkan sepenuhnya dugaan keterlibatan dirinya dalam megaskandal Bank Century kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Hal ini disampaikan Boediono menanggapi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengabulkan seluruh gugatan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) dengan termohon KPK.

Dalam amar putusannya, PN Jaksel memerintahkan KPK agar menetapkan sejumlah tersangka baru centurygate. Salah satunya, Boediono.

“Kalau mengenai masalah aspek hukum, saya menyerahkan semuanya kepada para penegak hukum,” ujar Boediono di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (13/4/2018).

Ia meyakini penegak hukum dapat bekerja dengan profesional untuk mengungkap kejahatan dalam penegakan keadilan.

“Saya sepenuhnya percaya pada kearifan beliau-beliau ini,” tuturnya.

Perintah agar KPK menetapkan Boediono sebagai tersangka kasus Century termuat dalam Putusan Nomor 24 pid.pra yang dibacakan hakim PN Jaksel, Senin (9/4) lalu.

Praperadilan diajukan MAKI karena KPK selama ini hanya berdalih masih mendalami dan analisa kasus Bank Century, dan tidak mau disebut telah menghentikan penyidikan.

Sumber: pojoksatu

‘Pesawat Kiamat’ Sudah Mengudara, Tanda Perang AS v.s Rusia akan Pecah di Suriah?

‘Pesawat Kiamat’ Sudah Mengudara, Tanda Perang AS v.s Rusia akan Pecah di Suriah?


10Berita -Presiden AS Donald Trump secara verbal sudah memberi peringatan keras, rudal-rudal pintar AS akan diluncurkan ke Suriah. Lewat cuitan di akun twitternya, Trump meminta Rusia sebagai pelindung Suriah segera bersiap.

Perang baru ini menurut Trump sebagai reaksi kabar penggunaan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur oleh pasukan Suriah. Tanda segera digelarnya peperangan baru ala Trump disinyalir CivMilAir, kelompok yang memonitor pergerakan pesawat terbang di dunia.

Lewat akun Twitternya, CivMilAir, menginformasikan sebuah pesawat militer AS yang diberi nama “Doomsday Plane”, telah bergerak dari pangkalan Wright Pettersonb di dekat Dayton, menuju Springfield, Illinois.

Pesawat Boeing E-4B Nightwatch itu merupakan pesawat khusus yang berfungsi sebagai pusat komando AS saat perang. Pesawat meninggalkan Deiton pada Rabu, 11 April 2018 pukul 14.09 waktu setempat, atau Kamis (12/4/2018) WIB.

Boeing E-4B Nightwatch ini hanya satu di antara empat National Emergency Command Post (NEACP), yang bisa bergerak mobile sebagai pusat koordinasi dengan pasukan AS di manapun berada.

Selama perang, terutama mengantisipasi perang nuklir, hanya Presiden AS, Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS yang boleh berada di pesawat ini.

Tentu berikut staf-staf komando pusat dan awak pesawat.

Apakah pergerakan pesawat khusus ini pertanda perang segera tergelar?

Belum ada keterangan lebih lanjut terkait pergerakan pesawat ini. CivMilAir hanya memajang screenshoot rute pergerakan pesawat E-4B berkode 73-1677 MATH01. Juga belum ada tanggapan resmi dari otoritas militer AS.

Secara spesifikasi, “pesawat kiamat” ini memang sangat spesial. Ia juga dijuluki “National Airborne Operation Centres”, yang memungkinkan pengambil keputusan berkomunikasi dengan siapapun dan di manapun berada saat di udara.

Sistem komunikasi masih mampu beroperasi sekalipun menghadapi peralatan pengacak tercanggih sekalipun dari musuh. Pesawat tiga tingkat ini menggunakan instrumen penerbangan analog, menghindari serangan siber dari lawan.

Pesawat khusus tipe Boeing 747 jumbo jet ini akan selalu terbang mengikuti Air Force One, ke manapun Presiden AS sebagai Commander in Chief bergerak.

Washington menuduh Damaskus di balik serangan kimia yang konon menewaskan puluhan penduduk di Douma. Lokasi kejadian berada di lokasi yang semula dikuasai kelompok militan Jaish al-Islam.

Ribuan jihadis yang dibackup Arab Saudi ini telah direptriasi secara damai ke Jarablus, dekat perbatasan dengan Turki. Pemerintah Suriah membantah tuduhan keji ini.

Kementerian Pertahanan Rusia berkali-kali sebelumnya memperingatkan, kelompok pemberontak menguasai senjata kimia, dan merencanakan penggunaannya untuk provokasi dan fitnah.

Penggunaan bahan kimia oleh kelompok pemberontak itu akan jadi preteks intervensi militer oleh AS dan sekutu Eropa maupun Arab.

Para spesialis senjata kimai Rusia telah dikirim ke Douma, ke lokasi yang dilaporkan ada kejadian serangan kimia. Namun mereka tidak menemukan jejak penggunaan senjata kimia yang dituduhkan.

Mereka juga tidak menemukan korban serangan kimia di berbagai pusat pengobatan di Douma. Moskow dan Damaskus mengundang pakar OPCW guna menyelidiki langsung laporan itu ke lapangan.[]

Sumber : Tribunnews

Tinggalkan Damaskus, Assad Mengungsi ke Bunker Pasukan Rusia

Tinggalkan Damaskus, Assad Mengungsi ke Bunker Pasukan Rusia

10BeritaJakarta - Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan telah keluar dari kota Damaskus dan bersembunyi di sebuah bunker milik Rusia guna menghindari kemungkinan serangan rudal.

Assad tidak menggunakan telepon seluler di bunker yang tidak memiliki jendela tersebut. Sementara itu para ahli mliternya tengah menyusun strategi untuk menghadapi serangan AS dan negara Barat yang menuduhnya menggunakan senjata kimia dalam menghadapi kelompok pemberontak.

Para menteri kabinet Inggris setuju untuk mengambil tindakan terhadap rezim Assad. Akan tetapi Jerman menolak untuk ikut bergabung. 

Ratusan orang menggelar aksi protes di depan kantor perdana menteri Inggris. Mereka menolak penggunaan serangan militer ke negara tersebut.

Diperkirakan gudang senjata kimia akan menjadi target serangan udara yang akan dipimpin oleh Amerika Serikat. Akan tetapi pangkalan militer, markas intelijen dan aset milik Assad dan kerabatnya tidak akan menjadi sasaran serangan.

Tadi malam ada laporan Assad telah meninggalkan Damaskus dalam sebuah konvoi kendaraan militer Rusia.

The Baghdad Post menyatakan melihat foto Assad tengah berada di dalam bunker di pangkalan militer Khmeimim di pantai barat Suriah sebagaimana dikutip Mirror.co.uk, Jumat (13/4).

Untuk menghindari pelacakan atas lokasi keberadaannya Assad tidak diperbolehkan menggunakan telepon selular, menurut harian itu.

Satu sumber intelijen menyebutkan "Serangan militer pada 2017 denga target gudang senjata kimia Assad tidak memberikan dampak berarti”. 

Sumber: kabar24.com

Bisa Jadi Kitalah yang Menggoda Syaitan

Bisa Jadi Kitalah yang Menggoda Syaitan

Oleh: Salim A Fillah

“Sesungguhnya syaithan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh…” (QS Faathir: 6)

“Wahai Guru,” adu seorang murid pada Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali, “Bukankah syaithan akan terusir jika kita berdzikir?”

“Betul Anakku,” jawab Sang Imam.

“Lalu ada apa denganku ini? Aku telah mencoba untuk banyak berdzikir, tapi si terkutuk itu rasanya terus datang dan datang lagi, menggangguku dengan berbagai was-was yang akrab sekali.”

Sang Guru tersenyum.

“Bagaimana pendapatmu Anakku,” ujar beliau, “Tentang seorang yang berulang kali menghalau anjing buduk dari tempatnya duduk, tapi di situ dia selalu menyanding tulang, jeroan, dan daging yang amat disukai si anjing?”

“Pasti anjing itu selalu kembali,” si murid menanggapi, “Meski diusir berulang kali. Karena di sisi orang itu, masih tersaji hal yang mengundang minatnya.”

“Begitu pula dzikir kita,” urai Imam Al Ghazali, “Adalah hal yang ditakuti syaithan. Ia lari terbirit tiap kali lisan dan hati melantunkan wirid. Tapi ia akan selalu kembali selama di dalam dada ini kita menyuguhkan hal-hal yang menjadi kegemarannya.”

“Apakah itu Guru?”

“Penyakit hati. Seperti sombong, tamak, dan dengki.”

Maknanya, jangan-jangan bukan syaithan yang tak ingin pergi, melainkan kita yang selalu merayunya agar kembali. Ia terpesona oleh takabbur kita, dan tergoda untuk membesarkannya. Ia terpesona oleh kerakusan kita, dan tergoda untuk meraksasakannya. Ia terpesona oleh hasad kita, dan tergoda untuk meledakkannya.

Maka sungguh kita amat perlu menyucikan jiwa dari kotoran-kotorannya, agar syaithan tak berminat untuk datang kembali di saat kita mengusirnya. Dan lebih dari itu, kita menghajatkan bersihnya hati untuk kemesraan yang paling berharga.

Hati ini adalah yang senantiasa akan dilihat oleh Rabb kita ‘Azza wa Jalla. Jika wajah yang ditatap sesama manusia amat kita perhatikan kecerahannya, kehalusannya, dan kesegarannya, lalu kita rawat dengan pelembab hingga perona; maka hati yang ditatap Pencipta, Raja, dan Sesembahan manusia memerlukan perhatian lebih dalam penjelitaannya.

Benarlah Imam Hasan Al Bashri ketika menyatakan:

داوِ قلبك فإن حاجة الله إلى العباد صلاح قلوبهم

Obati hatimu dari penyakit-penyakitnya. Sungguh hajat Allah kepada hamba-hambaNya adalah kesentausaan hati mereka. []

DICLAIMER: Tulisan Salim A Fillah di dan untuk Islampos berdasarkan lisensi atau izin dari beliau langsung. Bukan asal salin-tempel (copy-paste).

Sumber : Islampos.

DHUAAR!! Audit BPK BONGKAR Borok Bisnis Jalan Tol: 4 Ruas Tol SEMESTINYA GRATIS!

DHUAAR!! Audit BPK BONGKAR Borok Bisnis Jalan Tol: 4 Ruas Tol SEMESTINYA GRATIS!


10Berita, Audit BPK mengungkap borok bisnis jalan tol. Empat ruas vital yang dikangkangi PT Jasa Marga Tbk, menurut audit, semestinya sudah gratis sejak dua dekade silam.

Temuan lainnya: warga kerap membayar tarif lebih mahal daripada seharusnya, pemerintah tak punya rencana induk penyelesaian kemacetan dalam jalan tol dan konsumen diam-diam mengongkosi belanja kopi, teh, tisu dan segala rupa pengeluaran operasional kantor pusat Jasa Marga. Tidak ada yang sesabar orang Indonesia.

Pemerintah abai dan menabrak asas keadilan dan transparansi dalam mengelola megabisnis jalan tol, terutama saat menghadiahkan paket konsesi 13 jalan tol untuk PT Jasa Marga Tbk pada 2005, yang berujung terampasnya hak warga, termasuk kesempatan menikmati tol gratis di empat ruas vital di Jakarta Raya sejak dua dekade silam, demikian menurut dokumen audit Badan Pemeriksa Keuangan.

Audit atas kinerja Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), dan perusahaan pengelola tol di Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah periode 2014-2016 itu menunjukkan konsumen seharusnya sudah menikmati tarif tol yang lebih murah dan bahkan gratis untuk ruas tol Bandara sejak 1997, Jakarta-Tangerang sejak 2013, Jagorawi pada 2018, dan Cikampek pada 2021.

Konsumen, menurut dokumen tersebut, bahkan seharusnya sudah bisa menikmati tol gratis lebih cepat lagi — Tol Bandara sejak 1995, Jakarta-Tangerang sejak 2011, Cikampek sejak 2015, dan Jagorawi sejak 2016 — bila biaya operasional kantor pusat Jasa Marga, yang diam-diam ikut dihitung sebagai dasar pemberian konsesi dan penentuan tarif, dihilangkan.

Dokumen 98 halaman itu merupakan audit paling komprehensif sejauh ini atas hak-hak konsumen yang diabaikan Pemerintah, BPJT, dan perusahaan pengelola tol. Lembar demi lembarnya menghanyutkan narasi yang kerap didendangkan pejabat, dari level menteri hingga anggota parlemen di Senayan, bahwa tol telah dikelola profesional dan kenaikan tarifnya yang rutin tak dapat dihindari untuk menjamin pengembalian investasi.

Audit sekaligus menyibak sisi gelap dari ambisi besar pemerintahan Presiden Joko Widodo memperpanjang ruas tol di berbagai provinsi saat jalan non-tol, khususnya di Jakarta Raya, praktis hanya bertambah sembilan kilometer dalam kurun 2010-2015.

Temuan lain BPK mengungkap BPJT serta perusahaan tol tak menunjukkan keseriusan mematuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), acuan baku pelayanan jalan tol yang wajib dipenuhi perusahaan tol.

Terlebih, hingga audit terbit pada 8 Januari 2018, tak satu pun dari lembaga pemerintah yang punya rencana induk penyelesaian kemacetan laten di jalan tol, utamanya di ruas vital Jakarta Raya. Akibatnya, menurut BPK, konsumen jalan tol tak kunjung bisa mendapatkan penuh hak-haknya sebagaimana diatur dalam undang-undang.

Menurut BPK, biang perkara terampasnya hak konsumen menikmati tol gratis di Jakarta Raya berawal dari keputusan Pemerintah pada 2006, yang menghadiahkan paket konsesi tunggal – 40 tahun dengan Internal Rate of Return (proyeksi keuntungan) 14,84 persen — untuk 13 ruas jalan tol ke PT Jasa Marga. Ketigabelas ruas tol itu mencakup ruas tol Jagorawi, Jakarta – Tangerang, Surabaya – Gempol, Jakarta – Cikampek, Padalarang – Cileunyi, Prof. Sedyatmo (Tol Bandara Soekarno-Hatta), Cawang – Tomang – Pluit, Belawan-Medan-Tanjung Morawa, Semarang Seksi A, B, C, Pondok Aren-Bintaro Viaduct-Ulujami, Palimanan – Kanci, Lingkar Luar Jakarta (JORR) Seksi E1, E2, E3 dan W2, dan Cikampek – Padalarang.

Penjelasan pejabat BPJT yang terekam dalam dokumen audit, menyebut keputusan itu berlatar pertimbangan agar Jasa Marga lebih kinclong dan dilirik investor saat menjual sebagian sahamnya di bursa. Kata pejabat, hanya sebagian dari ke-13 ruas yang terbilang ‘basah’, sehingga perlu ada “subsidi silang” serta untuk mendulang dana segar demi pengembangan jalan tol. Setelah masuk bursa, saham Pemerintah di Jasa Marga tersisa 70 persen.

Merujuk kepada sejumlah aturan dan fatsun dunia keuangan, BPK berpendapat perhitungan investasi dan masa konsesi ke-13 ruas tol itu seharusnya dilakukan secara individual pada tiap-tiap ruas. Toh, katanya, waktu pembangunan dan biaya investasi tiap-tiap ruas jalan tol berbeda-beda. Tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi, misalnya, beroperasi sejak 1978 sementara tol Cikampek-Padalarang baru beroperasi pada 2003.

“Dengan perhitungan dan masa konsesi secara gabungan, maka ruas jalan tol yang secara individu telah memperoleh keuntungan (Net Present Value Positif/NPV>0), pengguna jalannya tidak dapat menikmati tarif tol yang lebih murah bahkan gratis,” kata BPK mencontohkan tol Prof. Sedyatmo dan Jakarta-Tangerang yang seharusnya tak diberi konsesi lagi lantaran Jasa Marga sudah untung. “Biaya investasi telah kembali dan (perusahaan, red) telah memperoleh keuntungan yang wajar.”

Lacurnya, menurut BPK, konsesi level dewa itu diperparah dengan pembebanan biaya overhead kantor pusat Jasa Marga kepada biaya operasi dan pemeliharaan ke-13 ruas tol dalam perhitungan masa konsesi. Padahal, kantor pusat tidak berkaitan langsung dengan operasi dan pemeliharaan ruas jalan tol.

Selain itu, dasar penentuan alokasi biaya overhead kantor pusat pada tiap-tiap ruas tidak jelas. BPK mencontohkan, ruas Prof. Sedyatmo yang panjangnya 13,40 kilometer (paling pendek) memperoleh alokasi biaya overhead kantor pusat paling besar, rata-rata sebesar 58,32 persen dari biaya operasi dan pemeliharaannya. Sedangkan ruas Jakarta-Cikampek (terpanjang) 72,50 kilometer memperoleh alokasi rata- rata 41,33 persen.

“Hasil konfirmasi pada BPJT dan PT JM (Jasa Marga, red), biaya overhead kantor pusat merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai operasional kantor pusat,” kata BPK.

Apa maknanya bagi konsumen? Menurut BPK, semua itu berujung kepada tirisnya aliran kas (cash proceed). Cash proceed adalah selisih penerimaan (perkalian jumlah kendaraan dan tarif) dengan pengeluaran (termasuk biaya operasi dan pemeliharaan) jalan tol, basis utama perhitungan pengembalian biaya investasi perusahaan tol.

“Dengan pembebanan biaya overhead kantor pusat, nilai pengembalian menjadi lebih kecil, selanjutnya akan memperpanjang masa konsesi, yang pada akhirnya membebani masyarakat pengguna jalan tol karena membayar tarif tol yang di dalamnya dibebani biaya overheadkantor pusat PT JM,” kata BPK.

Menurut BPK, BPJT tidak kunjung bisa menerangkan dasar perhitungan besarnya pembebanan biaya overheadkantor pusat Jasa Marga pada tiap-tiap ruas. BPK mendesak Kepala BPJT segera mengevaluasi konsesi dan tarif atas 13 ruas jalan tol yang dikelola Jasa Marga, dengan memastikan masa konsesi dihitung secara individual (tiap-tiap ruas jalan tol) dan membuang biaya operasional kantor pusat dari perhitungan masa konsesi “sehingga pengguna jalan tol dapat memperoleh tarif tol yang riil”.

Tidak Punya Rencana

Pisau audit BPK juga menyasar fondasi utama bisnis tol. Menurut BPK, salah satu tujuan penyelenggaraan jalan tol sesuai Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2004 tentang Jalan adalah memperlancar arus lalu lintas. Namun, dari pemeriksaan dokumen serta wawancara dengan pihak Kementerian PU, BPJT, dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), BPK mendapati tak satu pun dari mereka yang mengantongi rencana induk mengatasi kemacetan di jalan tol.

Padahal, kata BPK, dari evaluasi kinerja jalan tol dan data tingkat kepadatan lalu lintas atau Volume-Capacity Ratio (VCR) periode 2014-2016, terdapat sejumlah ruas yang setiap harinya macet, semisal ruas Jakarta–Tangerang, Cawang– Tomang–Pluit, Jakarta Outer Ring Road (JORR), Jagorawi, Jakarta–Cikampek dan Ir Wiyoto Wiyono (Cawang-Tj. Priuk-Pluit).

“Kemacetan terjadi pada jam-jam tertentu pada pagi dan sore hari. Dengan kemacetan tersebut Standar Pelayanan Minimal dan tingkat pelayanan jalan tol pada aspek kelancaran lalu lintas tidak terpenuhi,” kata BPK.

Ketiadaan rencana komprehensif, menurut BPK, juga terlihat dalam studi kelayakan rencana pembangunan 18 jalan tol baru, di antaranya ruas JORR II dan enam ruas baru dalam kota. Pemerintah, BPK bilang, sebatas menyimpulkan bahwa pembangunan ruas tol itu “secara prinsip membantu mengurangi beban lalu lintas” atau memperbaiki kinerja jalan arteri dan jalan tol yang sudah ada. Tapi, menurut BPK, kesimpulan itu “masih bersifat umum” dan tidak didukung analisis spesifik dan terukur yang menjelaskan hubungan antara ruas jalan tol baru dengan pengurangan kemacetan.

Selain itu, BPK juga menemukan bolong besar pada kinerja BPJT dan mendapati badan itu kerap bekerja amatiran. Semisal dalam soal pemenuhan SPM, BPJT tak punya prosedur standar pemeriksaan, tidak merujuk kepada hasil laporan bulanan konsultan dalam mengambil kebijakan serta tidak mengecek kembali keabsahan laporan konsultan.

Lantaran itu, BPK mendapati perbedaan data antara Berita Acara Pemeriksaan SPM Sementer 1 2016 dengan Laporan Evaluasi Kinerja dan Pengusahaan Jalan Tol Operasi yang dibuat oleh konsultan pada gerbang tol Karang Tengah (ruas jalan tol Jakarta-Tangerang). Kepala Sub Bidang Operasi dan Pemeliharaan II BPJT berdalih, perbedaan itu lantaran keterbatasan waktu dan pegawai untuk mengecek kondisi ruas tol, sementara konsultan BPJT baru dikontrak periode Juni-Desember sedangkan pemeriksaan SPM dilakukan periode Februari-Agustus.

Bagian lain dalam dokumen audit BPK menunjukkan:

●Kementerian Perhubungan, Korps Lalu Lintas Polri, BPJT, dan perusahaan tol intensif berkoordinasi untuk penyelesaian kemacetan tol hanya pada waktu-waktu tertentu, semisal mudik lebaran, libur Natal, dan masa liburan panjang. Di luar itu, tiap-tiap lembaga lebih sering jalan sendiri.

●Pemerintah abai dari memaksa perusahaan tol memperlebar ruas tol sesuai perjanjian awal, semisal pada ruas Jakarta-Tangerang (segmen Tomang-Kembangan) dan ruas jalan tol Jagorawi (segmen Bogor-Ciawi). Padahal, di kedua ruas itu tingkat kepadatan sudah di atas ambang kewajaran.Kementerian PU dan BPJT tidak mempertimbangkan SPM dan pertumbuhan daya beli masyarakat saat menaikkan tarif, yang pada ujungnya merugikan masyarakat.

Dalam kasus ruas tol Jakarta-Cikampek, kenaikan tarifnya bahkan melebihi laju inflasi. Tak sekadar itu, Pemerintah juga main pukul rata nilai inflasi meski tol melewati wilayah yang tingkat inflasinya berbeda, semisal Jakarta dan Bekasi. Inilah, yang menurut BPK, menjadikan warga di Jawa Barat membayar tarif tol yang lebih mahal daripada seharusnya.

“BPJT menyadari bahwa telah terjadi pembebanan tarif yang tidak sejalan dengan amanat peraturan perundang-undangan,” kata dokumen audit, mencantumkan janji BPJT melakukan penyesuaian tarif pada ruas jalan tol Jakarta Cikampek segmen Cibatu-Karawang Barat, Cibatu-Karawang Timur, dan Cibatu-Dawuan IC serta JORR “yang belum dihitung sesuai dengan nilai inflasi”.

●Laporan pemenuhan SPM semesteran yang rutin diumumkan BPJT sebagiannya bodong. BPJT, menurut dokumen, tidak melakukan pengujian lapangan atas indikator SPM kecepatan tempuh rata-rata dan panjang antrean. Sementara itu, konsultan tidak melakukan penilaian pemeriksaan SPM atas sepuluh ruas jalan tol pada September 2016.

Kementerian PUPR menghadiahkan kenaikan tarif untuk tiga dari 10 ruas tol itu pada Desember 2017. Saat pengumumannya, Menteri menyebut keputusan itu sudah mempertimbangkan pemenuhan SPM.

●Empat baron tol – Jasa Marga, Citra Marga Nusaphala Persada, Bosowa Marga Nusantara, Bintara Serpong Damai – hingga kini belum mengembalikan kelebihan pendapatan tol yang mereka terima pasca kebijakan Pemerintah mengubah golongan jenis kendaraan bermotor pada 2007. Lantaran perubahan golongan kendaraan itu, tarif tol untuk sebagian kendaraan yang sama menjadi naik dari sebelumnya.

Sebagai contoh truk 4 gandar dan 5 gandar sebelumnya termasuk dalam golongan II.B dengan tarif 20 ribu rupiah (Jalan Tol Jakarta-Cikampek), tapi setelah perubahan menjadi golongan IV untuk truk 4 gandar sebesar 25 ribu rupiah dan golongan V untuk truk 5 gandar 30 ribu rupiah.

Semestinya, kelebihan penerimaan itu menjadi acuan BPJT dalam mengusulkan penurunan tarif atau pemendekan masa konsesi.

Audit menyebut Jasa Marga dan CMNP setuju menunjuk auditor PricewaterhouseCoopers untuk menghitung kelebihan bayar yang mereka terima dalam satu dekade terakhir. Uniknya, hingga kontrak dengan auditor berakhir pada Desember 2015, BPJT tak kunjung mendapatkan hasil penilaiannya.

Sumber : PORTAL ISLAM 

Amien Rais : Mas Jokowi kita bertarung secara ‘Gentle’ ya, Jangan Curigai Umat Islam

Amien Rais : Mas Jokowi kita bertarung secara ‘Gentle’ ya, Jangan Curigai Umat Islam

10Berita, Amien Rais menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo untuk tidak mencurigai pergerakan umat Islam menjelang pilpres 2019.

Ketua Penasihat Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) itu menantang Jokowi untuk bertarung secara gentle dengan tidak mendiskreditkan umat Islam.

“Saya sampaikan, Mas Jokowi, umat Islam ini itu jangan dicurigai. Kita bertarung secara gentle. Kita enggak akan berbuat makar, enggak akan buat negara tumpah darah, hancur lebur,” kata Amien saat memberikan tausiyah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4).

Amien mengklaim mudah sekali umat Islam mengalahkan Jokowi pada Pilpres mendatang jika bersatu.

Mantan Ketua Umum PAN itu meminta seluruh umat Islam untuk bersatu dan mengganti Jokowi dari pucuk pimpinan nasional melalui pilpres 2019 mendatang.

“Alangkah bahagianya saudara-saudara, kalau bulan Mei tahun depan kita punya presiden yang 90 persen memang harus ganti, ini konstitusional, ini demokratik, legal, legitimate, absah. Jangan pernah takut,” tegasnya.

Tausiyah tersebut ia sampaikan dalam acara peringatan Isra Miraj sekaligus salat subuh berjamaah. Ada juga pembaiatan jemaah agar setia kepada Rizieq Shihab.

Acara dihadiri ratusan jemaah dari Dewan Kemakmuran Masjid Baiturrahim, Remaja Masjid Baiturrahim, Forum Umat Islam, Gubernur Muslim Jakarta, Gerakan Indonesia Salat Subuh, Suara Islam, dan PA 212.

Selain Amien, Penasihat PA 212 Eggi Sudjana dan Sekjen FUI Muhammad al Khaththath juga ikut hadir dalam acara tersebut.

Sumber: cnn

Menakar Kecilnya Peluang Jokowi di 2019

Menakar Kecilnya Peluang Jokowi di 2019


10Berita, Dalam beberapa bulan terakhir ini kita merasakan perang urat syaraf, opini, adu argumentasi dan bahkan “adu kuat” antara pendukung Jokowi dan pendukung non Jokowi atau ABJ alias Asal Bukan Jokowi. Sesuatu yang lumrah dalam alam demokrasi, sepanjang berjalan dalam koridor aturan main dan fair.

Sebagaimana dalam dunia olah raga, incumbent atau petahana cenderung lebih stres, gugup, emosionil dan mudah panik. Disisi lain, petahana umumnya memiliki lebih banyak resources termasuk fasilitas dan jaringan (kekuasaan) formal dan atas non formal.

Tetapi karena sering panik, kelebihan2 ini kadang justru digunakan secara non-produktip baik dalam bentuk pernyataan maupun tindakan. Misalnya pernyataan bahwa mayoritas rakyat masih menginginkan Jokowi padahal hasil hasil survey politik, bahkan dari lembaga survey yang ditengarai sering berpihak sekalipun, menyimpulkan bahwa elektabilitas Jokowi masih yang tertinggi tetapi dibawah 50%. Artinya bukan mayoritas.

Contoh lain adalah tindakan hukum yang sering dirasakan atau dianggap berat sebelah yang diam diam sebenarnya justru merugikan petahana sebab semakin mensolidkan sikap pesaing yang akan diwujudkan nanti pada hari H dengan tidak memilih petahana.

Dalam pilpres 2014 yang lalu Jokowi relatip hanya menang tipis dari Prabowo Subianto. Meski sudah berkuasa 3,5 tahun, nampaknya Jokowi gagal memelihara jumlah pendukungnya. Sinyalemen ini dapat diketahui dari berbagai survey yang umumnya menampilkan elektabilitas Jokowi dibawah 50%, bahkan hanya sekitar 35%.
Artinya terjadi penurunan jumlah pendukung Jokowi. Penurunan ini juga sejalan dengan observasi umum yang tidak menemukan perubahan sikap kelompok pemilih dari semula non-Jokowi menjadi Projo. Sebaliknya kita sering melihat dari Projo yang kecewa menjadi non-Jokowi bahkan anti Jokowi.

Bagaimana dengan parpol parpol yang pada pilpres 2014 yang lalu tidak mendukung Jokowi tetapi kini mendukung Jokowi maju lagi dalam pilpres 2019? Jawabnya sederhana saja bahwa dukungan parpol hanyalah tiket pencalonan ke KPU. Tidak berbanding lurus dengan perolehan suara. Dan itu sudah dibuktikan sejak terpilihnya SBY dalam pilpres 2004 maupun dalam banyak pilkada, termasuk saat terpilihnya Jokowi sebagai Gub DKI yang masing masing kemenangannya tidak berbanding lurus dengan besarnya dukungan parpol. Artinya dukungan resmi parpol boleh saja minimalis tetapi memperoleh kemenangan yang meyakinkan, dan sebaliknya yang besar dukungan parpolnya tetapi dikalahkan telak oleh pilihan rakyat.

Sudah menjadi rule of thumb bahwa dalam simple majority system, untuk layak dimajukan lagi seorang petahana “disyaratkan” memiliki dukungan atau elektabilitas minimal 60% dengan perhitungan kalau ada penurunan dukungan sampai 10%, masih memperoleh sisa 50% plus alias masih menang.

Jika elektabilitas petahana dibawah 60%, parpol pendukung biasanya ragu ragu untuk mencalonkan kembali, dan bila di bawah 50% logikanya parpol pendukung akan mengajukan calon lain. The simple theory atau argumentasi dari logika tersebut,— selain dari kebiasaan dan empiris di negara negara demokrasi,— bahwa seorang petahana itu telah manggung dengan jabatan dan kekuasaannya sehingga sudah jelas kualitasnya, baik buruknya, atau kinerjanya dimata pemilih. Maknanya, para pemilih sudah mengetahui dengan jelas alasan dukungan atau penolakannya terhadap petahana. Bukan lagi membeli kucing dalam karung.

Oleh karena itu seorang petahana yang hanya didukung kurang dari 50% hampir dapat dipastikan akan kalah. Contoh terakhir dalam pilpres adalah Ibu Megawati sebagai petahana yang di kalahkan SBY dalam pilpres 2004, sejalan dengan hasil survey bahwa dukungan terhadap Ibu Megawati selaku petahana dibawah 50%. Atau contoh terakhir dalam pilkada adalah kekalahan Ahok dalam pilkada DKI. Selaku petahana, dukungan terhadap Ahok sesuai hasil hasil survey, seingat saya, selalu dibawah 50% meski selalu tertinggi dibandingkan calon calon yang lain. Bahkan dalam putaran pertamapun Ahok memperoleh suara tertinggi, melampaui suara Anies Baswedan. Tetapi dalam putaran kedua atau akhir, Ahok dikalahkan Anies yang sebelumnya baik dalam survey survey maupun putaran pertama kalah oleh Ahok.

Perolehan suara petahana biasanya memang stagnan. Ini menjelaskan bahwa dukungan terhadap petahana,- ceteris paribus—, cenderung fixed. Mengapa? Sekali lagi karena pemilih sudah tahu kinerja petahana. Jadi yang mendukung akan benar benar mendukungnya dan yang menolak juga akan benar benar menolaknya. Inilah untung ruginya petahana.

Oleh karena itu sungguh keliru bila elektabilitas petahana dibandingkan dengan calon penantangnya. Hampir dapat dipastikan petahana akan selalu unggul seperti halnya Ahok dalam pilkada DKI, ataupun kini dalam hal menyongsong pilpres 2019. Elektabilitas Jokowi akan lebih tinggi dari calon lainnya. Meski begitu, sepanjang elektabilitas petahana dibawah 50%, hampir dapat dipastikan petahana akan kalah.

Mengapa? Sebab berarti lebih dari 50% pemilih tidak mendukung petahana yang untuk sementara suaranya mungkin masih terpecah pecah atau terbagi bagi ke beberapa calon, atau sengaja belum menentukan sikap pilihannya tetapi hampir dapat dipastikan tidak ke petahana. Tetapi bila nantinya head to head antara petahana dengan penantangnya, suara yang tidak mendukung petahana atau belum bersikap tadi akan merge (bersatu) untuk atau demi mengalahkan petahana.

Dengan demikian adalah suatu kekeliruan besar bila kita membandingkan elektabilitas petahana dengan elektabilitas para penantangnya. Elektabilitas petahana hanya dapat dibandingkan dengan dirinya sendiri yaitu berapa besar yang tidak mendukungnya.

Perbandingan elektabilitas sesama calon hanya dapat di sajikan (sebagai rujukan) bila sama sama baru, tidak ada calon petahana.

Dari gambaran keadaan diatas dapat dimengerti bahwa para bakal calon dengan Tim suksesnya harus beradu cerdas mengatur strategi. Para pemilih juga harus cerdas dalam menyikapi issue, pembentukan opini dan membaca hasil hasil survey. Perbandingan elektabilitas petahana dengan calon lain yang bukan petahana misalnya, bukanlah perbandingan apple to apple dan karena itu tidak usah dibeli.

Kita juga bisa memahami (bila benar) issue yang berkembang bahwa strategi tim sukses petahana adalah menawarkan calon penantang yang paling potensial untuk menjadi cawapresnya. Ini adalah strategi yang amat jitu dan murah /efisien dari petahana yang hanya mempunyai dukungan dibawah 50% sebab akan melahirkan calon tunggal, atau mungkin cukup memasang calon boneka untuk sekedar memenuhi syarat formal. Tetapi blunder bagi sang penantang dan kekuatan pendukungnya.

Karena itu keputusan Gerindra dan parpol parpol pendukung Prabowo untuk tetap mengajukan Prabowo sebagai capres dalam pilpres 2019 sudah tepat, sebab selain berpeluang memenangkan pilpres, setidak tidaknya juga akan meningkatkan perolehan suara legislatif parpolnya.

Sebaliknya kita juga bisa memahami bila ada strategi para capres yang tidak mengambil tokoh parpol sebagai cawapresnya karena yang penting adalah kuatnya dukungan suara.

Kita juga bisa memahami issue bahwa petahana ingin tetap berpasangan dengan JK mengingat kemenangan dalam pilpres 2014 adalah karena faktor JK yang dianggap sebagai tokoh Islam sekaligus tokoh Indonesia timur. Saya kira tanpa JK, dukungan kepada Jokowi akan lebih turun lagi. Tapi nampaknya JK terhalang oleh larangan konstitusi karena sudah 2 kali menjadi warpes.

Dengan demikian sungguh naif bagi mereka yang telah membuat kekeliruan analisa dalam pilkada DKI dengan meyakini Ahok akan menang (padahal elektabilitasnya, meski selalu diatas yang lain, tapi tidak me lebihi 50%), kini membuat kesalahan serupa bila meyakini Jokowi akan menang padahal elektabilitasnya jauh di bawah 50%.

Karena itu prediksi 2019 akan ada presiden baru, bukan prediksi yang tidak berdasar.

Penulis: Dr. Fuad Bawazier, ekonom senior dan mantan Menkeu

Sumber :Portal Islam

TERUNGKAP! Ancaman Pemblokiran Facebook Adalah Momentum untuk BUNGKAM Gerakan #2019GantiPresiden

TERUNGKAP! Ancaman Pemblokiran Facebook Adalah Momentum untuk BUNGKAM Gerakan #2019GantiPresiden


10Berita, Pemerintah mengancam akan menutup situs pertemenan Facebook (FB), setelah terbukti adanya kebocoran data pengguna FB.

Pengamat politik Ahmad Yazid mensinyalir, ancaman penutupan FB telah dijadikan momentum untuk membungkam massif-nya gerakan di sosial media yang mengusung gerakan “2019 Ganti Presiden”.

"Fakta data bocor dan ancaman pemblokiran FB menjadi momentum tepat untuk membungkam gerakan massif ganti Presiden di FB. Gerakan itu dinilai mengkhawatirkan penguasa saat ini," kata Ahmad Yazid, Kamis, 12 April 2018.

Menurut Yazid, saat ini gerakan ganti Presiden di FB bisa menjadi kekuatan yang sangat dahsyat terutama di kalangan perkotaan.

"Kalau menutup tanpa alasan, jelas pemerintah akan dianggap melanggar kebebasan berbicara dan mengutarakan pendapat. Kalau menutup FB dengan alasan adanya kebocoran data, bisa jadi pertimbangan banyak orang," papar Yazid.

Yazid menilai, pemerintah juga kebingungan mencari alasan bahwa gerakan ganti Presiden di FB sebagai pelanggaran hukum.

"Apalagi gerakan Saracen yang awalnya di FB tidak terbukti di pengadilan," jelas Yazid.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan bahwa pemerintah tidak sungkan menutup Facebook.

Namun, pemerintah juga menghargai perbedaan pendapat mengenai perlunya menutup Facebook di Indonesia, menyusul skandal penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica.

Sumber :Portal Islam 

Sandiaga; Bagai David VS Goliath, Sejarah Pilkada Jakarta Bakal Terulang di 2019

Sandiaga; Bagai David VS Goliath, Sejarah Pilkada Jakarta Bakal Terulang di 2019

10Berita – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dipastikan maju dalam Pilpres 2019. Keputusan tersebut diambil setelah menerima mandat dalam forum Rapat Koordinasi Nasional (Rakosnas) Partai Gerindra di Bogor, Jawa Barat, hari Rabu (11/4) kemarin.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah Prabowo dapat menyaingi Jokowi pada Pilpres mendatang, mengingat dia sudah pernah kalah di Pilpres 2014 lalu.

Hal ini pun ditanggapi oleh Ketua Tim Pemenangan Pilpres 2019 Partai Gerindra Sandiaga Uno. Sandi mengibaratkan pertarungan Pilpres nanti seperti David vs Goliath.

“Kami di Partai Gerindra melihat ini David vs Goliath dalam film Goliath. Karena Pak Prabowo sepertinya dianggap lemah oleh sebagian kalangan, khususnya kalangan-kalangan elit,” ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta di Jakpus, Kamis (12/4).

Pak Prabowo baru didukung Gerindara dan sinyal dari PKS. Sementara lawannya, Jokowi, sudah ada lima parpol Senayan dan dua parpol yang mengusung.

Namun, Sandi mengatakan, Pilkada DKI 2017 menjadi bukti bahwa siapa yang dapat merebut aspirasi rakyat, dia lah pemenangnya.

“Jangan pernah kecil hati karena kisah ini akan terulang lagi di DKI, dimana kita dianggap kecil, kita dianggap tidak punya sumber daya, kita dipandang sebelah mata, tapi kita bisa menangkap aspirasi rakyat. Karena yang akan menentukan pemilihan dan presiden ke depan itu adalah rakyat,” tambahnya.

Sandi yakin, dengan dikerahkannya 8 juta kader Partai Gerindra yang bekerja dalam kampanye akan membuat dampak besar bagi Prabowo. ()

Sumber :rmol