OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 30 Mei 2017

Cetak Rekor Baru! Presiden Paling Banyak Menggelar Rapat

Cetak Rekor Baru! Presiden Paling Banyak Menggelar Rapat

Oleh: Hersubeno Arief

(Konsultan Media dan Politik)

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto punya info menarik soal gaya dan kebiasaan beberapa Presiden RI dalam memimpin pemerintahan. Kebetulan Wiranto pernah menjadi pembantu empat  presiden, yakni Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid dan  Joko Widodo.

Wiranto hanya absen menjadi menteri selama Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden.

Menurut Wiranto, dari empat orang presiden tersebut, Jokowi adalah presiden yang paling banyak menggelar rapat. Dalam satu hari, Jokowi bisa menggelar dua sampai tiga rapat. Dalam sebulan rapat yang digelar, Jokowi bisa mencapai 36 kali rapat. Sungguh dahsyat!

“Saya jamin pemerintah Jokowi-JK ini yang paling baik. Tidak ada hari tanpa rapat terbatas,” Menurut Wiranto rapat sebanyak itu sesuai dengan nama kabinet Jokowi, yakni Kabinet Kerja. Jadi “kerja…kerja….kerja…”

Suasana kerja di masa Jokowi,  kata Wiranto, sangat berbeda. Jauh lebih mantap dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.  Di era Presiden Soeharto, Wiranto adalah Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap  Panglima ABRI. Saat Soeharto berkuasa, rapat dilakukan lima kali dalam satu bulan, terdiri dari satu rapat paripurna, satu rapat kementerian koordinator, dan satu rapat cadangan.

Pada masa pemerintahan Habibie yang berlangsung singkat Wiranto tetap menjabat posisi yang sama sebagai Menhankam/Pangab. Di zaman Habibie, rapat dilakukan dua kali dalam satu pekan.

Ketika pemeritahan berganti ke Presiden Abdurahman Wahid, posisi Wiranto menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam).  Suasananya jauh lebih santai. Rapat sangat jarang dilakukan dan frekuensinya tidak teratur. “Saya pernah usul ke Gus Dur kalau rapat menteri ke Polkam saja, nanti dilaporkan ke presiden. Katanya, ya bagus itu,” kata Wiranto.

Kebanyakan Rapat Produktivitas Menurun

Benarkah banyaknya rapat menunjukkan kinerja dan produktivitas? Sebuah penelitian yang digelar oleh Sharp di Inggris (2014) menunjukkan kebanyakan rapat bisa menurunkan produktivitas. Rapat dan presentasi yang terlalu sering juga membuang-buang waktu.

Dengan rata-rata jam kerja selama 8 jam/hari  selama 5 hari, maka waktu kerja adalah 40 jam. Bila dalam sehari digunakan untuk rapat selama 1-1,5 jam, maka setidaknya waktu kerja sudah berkurang 5-7,5 jam.

Lho, bukankah rapat maupun presentasi  juga bagian dari kerja? Dalam penelitian tersebut terungkap, satu dari delapan orang tertidur selama presentasi kerja. Satu dari 10 orang merasa bosan saat presentasi. Saking bosannya, mereka rela berbohong demi bisa meninggalkan ruang presentasi. Sedangkan sebanyak 6 dari 10 orang (61 persen) mengatakan, mereka menganggap presentasi itu terlalu lama, dan 56 persen lainnya menganggap pembicaranyalah yang membosankan.

Sisanya, mengaku tetap antusias dan bersemangat mengikuti presentasi. Hanya seperlima (21 persen) saja yang ingin sekali menginterupsi rapat tetapi tidak mendapat kesempatan untuk melakukannya. Hal itu membuat sepertiga (34 persen) peserta tetap tenang menghabiskan sisa waktu presentasi dengan melamun.

Tapi, itu kan penelitian terhadap para karyawan. Pasti berbeda dengan para menteri yang merupakan orang pilihan. Apalagi kalau yang memimpin adalah seorang presiden yang sangat doyan kerja seperti Jokowi. Seorang menteri tidak mungkin hanya bekerja 8 jam sehari dan 5 hari dalam sepekan. Kalau perlu sehari kerja selama 24 jam, Sabtu dan Minggu juga tetap kerja. Saking beratnya menjadi menteri, Wiranto sambil bercanda menawarkan untuk bergantian menjadi menteri.

“Dengan rata-rata jam kerja selama 8 jam/hari  selama 5 hari, maka waktu kerja adalah 40 jam. Bila dalam sehari digunakan untuk rapat selama 1-1,5 jam, maka setidaknya waktu kerja sudah berkurang 5-7,5 jam”. – Hersubeno Arief


Berapa Jam Kerja yang Dihabiskan Untuk Rapat?

Mari kita berhitung berapa jam kerja para menteri Kabinet Kerja yang dihabiskan untuk rapat. Bila benar seperti yang dikatakan oleh Wiranto rata-rata sebulan bisa mencapai 36 kali rapat, maka setidaknya dalam sebulan para menteri menghabiskan waktu untuk rapat sebanyak 36-72 jam bila durasi rapatnya antara 1-2 jam. Itu kalau rapatnya efesien. Ditambah dengan rapat-rapat internal kementrian, bisa dibayangkan berapa waktu yang dihabiskan untuk rapat saja.

Jumlah Kabinet Kerja sebanyak 34 menteri dan 8 orang setingkat menteri, total ada 42 orang. Bila rapat paripurna maka semua pejabat tersebut harus hadir. Tinggal hitung berapa total jam para pejabat tinggi tersebut yang dihabiskan untuk rapat.

Belum lagi bila kita menghitung tingkat kemacetan di Jakarta yang kian hari kian parah, berapa jam waktu yang diperlukan untuk pulang pergi dari kantor masing-masing ke istana.

Bagi para menteri yang kantornya berada di seputar Istana Kepresidenan, mereka beruntung karena tidak perlu menghabiskan waktu terlalu banyak di jalan. Namun untuk menteri yang kantornya cukup jauh dari istana, katakanlah Menteri Pertanian yang kantornya berada di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, berapa jam waktu yang dipergunakan untuk pulang pergi.

Yuk, coba kita hitung-hitung. Pada jam-jam kerja normal, waktu tempuh antara Ragunan ke Istana setidaknya diperlukan waktu 1,5 jam. Pulang pergi memerlukan waktu 3 jam. Jadi, sang Menteri Pertanian setidaknya menghabiskan waktu di perjalanan selama 3 jam x 36 rapat atau total 108 jam.

Harap dicatat: Presiden Jokowi menerapkan standar pengawalan dan rangkaian kendaraan kepresidenan tidak boleh menggunakan sirene dan tidak boleh melakukan penutupan jalan. Sebuah kenikmatan untuk para pejabat di masa pemerintahan sebelumnya, kini tidak berlaku lagi. Kalau presiden saja tidak boleh, tentu para menteri juga tidak boleh memanfaatkan kemewahan itu. Perjalanan menjadi lebih lama. Kapan kerjanya?

Berbahaya Bagi Kesehatan

Berdasarkan sebuah penelitian, kerja ataupun rapat dengan duduk terlalu lama juga berbahaya bagi kesehatan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Alberto J. Caban-Martinez, seorang dokter sekaligus ilmuwan di University of Miami, menunjukkan rapat terlalu lama bisa menyebabkan kegemukan, penyakit diabetes tipe 2 dan berbagai penyakit lainnya.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Preventing Chronic Disease itu menyebutkan dengan mengurangi durasi rapat dan mengubahnya menjadi rapat sambil berjalan, terbukti efektif mengurangi ketidakhadiran para pekerja dengan alasan kesehatan. Para karyawan lebih sehat dan lebih bersemangat untuk kerja.

Percobaan yang dilakukan selama tiga pekan terhadap sejumlah karyawan, rapat selama 30 menit sambil berjalan membuat produktivitas mereka kian meningkat. Selain lebih sehat karena tubuh terus bergerak, suasana di sekitar lokasi rapat yang berganti-ganti menstimulasi mereka menjadi lebih kreatif dan datang dengan gagasan yang lebih segar.

Memanfaatkan Teknologi

Dengan memanfaatkan teknologi, rapat maupun presentasi sesungguhnya bisa dilakukan secara efesien dan tidak memerlukan waktu terlalu lama. Materi rapat bisa disirkulasi lebih dahulu melalui berbagai jalur komunikasi. Bisa melalui email, medsos dan berbagai perangkat digital lainnya. Peserta rapat tinggal bertemu untuk membahas beberapa detil penting dan mengambil keputusan. Sangat efesien.

Kehadiran fisik juga bisa dikurangi dengan menggunakan video conference, melalui perangkat personal seperti Skype, Facebook dll. Dengan tingkat kemacetan super parah seperti Jakarta, berkurangnya rapat secara fisik menjadikan jalannya pemerintah bisa lebih efektif. Tidak perlu menghabiskan waktu berlama-lama dalam perjalanan, apalagi duduk terlalu lama karena bisa membahayakan kesehatan.

Lebih sehat, lebih produktif dan selebihnya bisa dipakai kerja.. kerja.. kerja..!

Sumber: NETIZENPLUS.com.


Related Posts:

  • Untung Bu Risma Bukan Gubernur DKI Untung Bu Risma Bukan Gubernur DKI 10Berita, Andai saja hari-hari ini Tri Rismaharini (Risma) yang menjadi Gubernur DKI Jakarta, bisa dibayangkan apa yang terjadi.Polisi dipastikan bakal kewalahan. Saking banyaknya … Read More
  • Kuat Dugaan China Mau Buat Senjata Biologi Kuat Dugaan China Mau Buat Senjata Biologi Kuat Dugaan China Mau Buat Senjata Biologi Mungkinkah China sedang dalam proses membuat senjata biologi? Pertanyaan ini wajar dimunculkan mengingat negara komunis ini sangat… Read More
  • Misteri di Balik Sikap Diamnya Presiden Xi Jinping Misteri di Balik Sikap Diamnya Presiden Xi Jinping Misteri di balik sikap diamnya Presiden Xi Jinping 1. CNN Internasional melaporkan sejak kasus virus corona merebak, Presiden China Xi Jinping tidak banyak mengeluar… Read More
  • Revitalisasi Monas Disoal, Sing Waras Ngalah Revitalisasi Monas Disoal, Sing Waras Ngalah 10Berita - “DOAKAN saya agar tidak salah dalam setiap mengambil keputusan. Kalau dianggap salah, itu gak masalah,” kata Anies dalam suatu kesempatan.Dianggap salah, tampak… Read More
  • Aksi 212 dan Mega Korupsi Aksi 212 dan Mega Korupsi 10Berita,Bukan reuni 212 yang biasanya dilaksanakan bulan Desember tetapi ini adalah agenda aksi 21 Februari yang dimotori FPI dan GNPF. Tema aksi adalah menguak mega korupsi yang berhu… Read More