OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 09 September 2017

Warga Rohingya: Tentara Datang dan Menembak Tanpa Pandang Bulu

Warga Rohingya: Tentara Datang dan Menembak Tanpa Pandang Bulu


10BWarga desa di Rakhine, Myanmar menceritakan bagaimana para tentara datang ke desa mereka dan menembak tanpa pandang bulu. Dalam operasi militer pada 25 Agustus lalu itu, ribuan warga desa Kha Maung Seik terpaksa lari ke Bangladesh.

Dikatakan Kadil Hussein, pengungsi Rohingya yang kini berada di Bangladesh, militer Myanmar datang ke desanya dan melakukan penembakan dan pembakaran rumah-rumah warga.

“Semua muslim di desa kami, sekitar 10.000 orang melarikan diri. Beberapa tewas akibat tembakan, sisanya datang ke sini. Tak ada satu orang pun yang tinggal (di desa itu),” tutur pria berumur 55 tahun itu seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (7/9/2017).

Hussein kini tinggal di kamp pengungsi Kutapalong, Bangladesh bersama ribuan warga Rohingya lainnya yang telah lebih dulu mengungsi.

Hampir 150 ribu warga Rohingya telah tiba di Bangladesh sejak operasi militer dilancarkan pada 25 Agustus sore menyusul serangan kelompok militan Rohingya atau ARSA ke puluhan pos polisi dan pangkalan militer di hari yang sama, beberapa jam sebelumnya atau pada dini hari waktu setempat.

Reuters mewawancarai warga desa Kha Maung Seik dan dusun-dusun sekitarnya, yang menceritakan pembunuhan dan pembakaran rumah yang dilakukan militer Myanmar sebagai respons atas serangan militan ke pos-pos polisi dan pangkalan militer. Disebutkan bahwa pasukan Myanmar dan warga Buddha di Rakhine berniat mengusir mereka semua.

Seorang pengungsi Rohingya, Body Alom mengatakan, dia bersembunyi di hutan bersama ribuan orang lainnya ketika para tentara tiba di Rakhine. Dia bersembunyi berjam-jam di hutan sebelum pergi mencari keluarganya.

Pria berumur 28 tahun itu mengaku melihat jasad-jasad di sawah-sawah, dan akhirnya menemukan ibu dan saudara laki-lakinya telah tewas dengan luka-luka tembakan. “Karena tak aman, saya meninggalkan mereka begitu saja,” ujarnya.

“Saya tak punya kesempatan untuk memakamkan mereka,” imbuhnya.

Dua pengungsi lainnya mengaku melihat jasad-jasad di lapangan. Sulit untuk memverifikasi pengakuan para pengungsi tersebut. Akses ke wilayah Rakhine telah dibatasi sejak Oktober 2016 lalu, ketika kelompok militan Rohingya menyerang pos-pos polisi yang menewaskan 9 polisi Myanmar.

Militer Myanmar telah menegaskan bahwa pasukannya tengah memerangi para “teroris” di Rakhine. Bahkan menurut media pemerintah, para militan Rohingya telah membakar desa-desa dan membunuh warga sipil dari semua agama.

Sumber: detik.com