OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 18 Oktober 2017

Perjuangan Muslim Grenada Membangun Islam

Perjuangan Muslim Grenada Membangun Islam

10Berita, JAKARTA --  Grenada merupakan salah satu negara kepulauan Karibia Amerika Serikat. Selama empat dasawarsa terakhir, umat Islam di sana menghadapi banyak rintangan dan tantangan. Awalnya, mereka membentuk Komunitas Muslim Grenada.

Perkumpulan itu diharapkan menjadi naungan generasi Muslim masa depan, sehingga dapat mendukung kegiatan keagamaan dan semakin mengeratkan ikatan persaudaraan sesama Muslim. Saat ini, Grenada memiliki jumlah Muslim dengan skala kecil, sekitar 300 orang atau 0,03 persen dari populasi keseluruhan.

Sekitar 100 Muslim merupakan imigran Gujarat India. Sebanyak 120 Muslim lainnya merupakan mahasiswa kedokteran yang berasal dari keluarga Muslim di AS, Kanada, Inggris, dan sekitarnya. Komunitas Muslim di Grenada saat ini didukung oleh Muslim Trinidad yang jumlahnya lebih besar.

Zaid Azam Rahaman, aktivis Muslim Grenada yang juga Sekjen Yayasan Muslim Grenada 2009 lalu menelusuri sejarah Islam pertama kali datang ke Grenada. Islam datang ke pulau seluas 122 mil persegi ini pada awal abad 17. Ketika itu, orang Afrika yang diculik dan diperbudak oleh penjajah Eropa mulai menempati pulau tersebut. Muslim memberontak melawan perbudakan, tapi kalah oleh serangan balasan pasukan kolonial. Mereka akhirnya diasingkan di sana.

Sekitar 1970 muncul sebuah gerakan yang disebut gerakan Black Power, Kekuatan Hitam. Gerakan ini muncul di Trinidad yang menyebabkan lahirnya Grenadian muda memeluk Islam. Semangat itu muncul karena ajakan seorang advokat Muhammad Yusuf yang dikenal memiliki banyak murid Muslim baik pria maupun wanita muda yang sangat religius.

Mereka meninggalkan kesan mendalam bagi sebagian besar masyarakat Grenada. Ba nyak di antara mereka merupakan lulus an institusi bergengsi Grenada Boys Secon dary School. Cara berpakaian mereka mirip busana Islami Timur Tengah. Pemuda biasa nya mengenakan peci, jubah panjang, dan membawa tongkat. Sedangkan, wanita nya mengenakan hijab yang men utupi kepala dan baju longgar.

Mereka terbiasa berjalan berkelompok baik saat di kota maupun di desa saat berdakwah. Mereka kemudian mendapatkan pengakuan masyarakat Grenada sekitar awal 1970

Sumber : Republika